Bab 6

130 4 3
                                    

"Apa menjahiliku adalah sesuatu
yang menyenangkan untukmu?"

***

"Aditya, Kelewatan." Senja menepuk keras Bahu Aditya.

Aditya mengerem sepedanya mendadak sehingga mengakibatkan Senja terpental ke punggung Aditya dan spontan Senja memeluk Aditya Erat sebab jika tidak begitu, Dia akan terjatuh.

"Cari kesempatan Yah, Lo meluk gue?" Sebut Aditya menuduh secara sepihak.

"Idih, Kagak. Gue terdorong dan meluk lo Karena lo nggak becus ngeroda sepeda," Senja melepaskan pelukannya dan berdiri disamping Aditya.

"Sekarang putar arah, Mang," Lanjut Senja seraya menjulurkan lidahnya kearah aditya yang sudah melayangkan tatapan sebal.

Aditya memutar balik arah sepeda. Saat Senja ingin naik, Aditya tiba-tiba meroda sepeda itu, Senja berlari mengejar sepeda miliknya dengan bersungut-sungut.

Aditya menghentikan sepeda milik Senja sembari menerbitkan senyum simpul dari ujung bibirnya tatkala melihat Senja yang sudah tiba Dihadapannya dengan Terengah-engah.

Senja menekuk punggungnya sekalian memegang lututnya. Aditya tergelak, dia tidak tahan untuk tidak menertawakan senja.

"hih..bliss.. lo ..hih, Dit." Senja mengatur napasnya, Sementara Aditya menahan perasaan tertawa yang ingin dia keluarkan lagi.

"Sorry, Sengaja." Aditya mengangkat bahunya cuek.

"Naik Cepat! Mau gue tinggalin lagi?" Sambung Aditya dengan nada mengancam.

Dalam relung hati terdalam senja, dia teramat geram dengan sifat tak terduga Aditya. Sebenarnya siapa yang pemilik sepeda itu? kenapa Aditya dengan seenak jidatnya mengerjai senja.

"Ya Mang Gojek! Sabar!" seru senja menghempaskan bokongnya dijok belakang sepeda dengan tampang dongkol.

Aditya meroda sepeda milik senja dengan kekuatan penuh sampai-sampai senja kembali membenturkan jidatnya pada punggung Aditya.

Aditya Mengerem sepeda roda itu tanpa menolehkan kepalanya ke belakang,"Jauh-jauh lo dari punggung gue!"

"Dasar cowok sensian! Makanya ngeroda sepeda itu jangan terburu-buru seperti dikejar setan, Gue jamin nggak ada yang mau diboncengi sama lo." Sembur senja tak berjeda disertai rasa percaya diri yang tinggi.

"Cerewet." Aditya mulai mengayuh kembali, Kali ini dengan sangat pelan.

"Aditya, Kok malah lambat banget?" Senja tidak berani lagi menyentuh punggung Aditya, sebab Aditya sangat Anti terhadap sentuhan senja.

"Biar lo puas," Sindir Aditya dengan kejamnya.

" Maksud gue bukan gini Ju-"

"Berisik."

Cukup satu kata yang dilontarkan Aditya membuat Senja tidak berkutik lagi. Senja mengulang kembali perkataan Aditya, dengan tampang mengejek. Cowok itu, tidak bersuara lagi seraya mengayuh sepeda dengan santai.

Mereka telah tiba di rumah Senja. Gadis bertubuh pendek itu, turun dari sepedanya terlebih dahulu. Dia berjalan sendiri dan baru tersadar Aditya tidak berada disampingnya. Senja melirik kebelakang.

Cowok berkulit putih itu, Hanya diam menatap lurus kearah rumah senja.

"Adit, ngapain berdiri disitu? Ayok masuk!" pekikan senja membuyarkan lamunan Aditya.

Aditya berjalan mendekati Senja yang masih berdiri diambang pintu. Mereka berdampingan mengayunkan langkah memasuki rumah sederhana milik senja. Cewek berlesung pipi itu mengucapkan salam, Kemudian menghampiri Ibunya yang kini serius mencatat sesuatu.

Heart Shot (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang