"Biarkan diriku mendekat agar aku bisa menilai semuanya tanpa campur tangan orang lain"
***
"Maksud Lo Apa berkata begitu?" Senja menunjukkan wajah sangarnya, dia benar-benar merasa dihina oleh perkataan sepele Aditya.
"Lo pikir sendiri." Aditya berjongkok menyuruh Bintang naik ke punggungnya.
"Adit, Lo belum jawab pertanyaan gue!"
Hilang sudah kekaleman Senja, biasanya dia tidak sekepo ini pada orang, Apalagi ketika berhadapan dengan cowok pemalas itu, rasanya Senja ingin mengorek semua isi otaknya agar tidak membuat senja terus mempertanyakan tentangnya.
"Lo nggak usah ngibul deh, bilang aja lo gak mau, biar kelar." Aditya menatap sinis, mengangkat sudut bibir sebelah seraya mendengus sekilas, dia melangkahkan kaki panjangnya sembari membopong Bintang dipunggung lebarnya, Senja mengekori dari belakang.
"Ngibul apaan? orang gue emang nggak punya Hp! lagian lo ngapain minta Nomor handphone gue? gue curiga" Senja memicingkan matanya, langkah Aditya tertahan dengan ucapan terakhir senja.
Aditya membalikkan tubuhnya dengan geram.
"Eh, denger ye pendek! gimana gue mau ngehubungin lo untuk mulai belajar !? Pea" Umpat Aditya.
Benar juga Omongan Aditya, Selama ini, Senja tidak pernah terpikir punya handphone sebab dia tidak mempunyai modal untuk membeli handphone bahkan handphone murah sekalipun, ditengah maraknya teknologi canggih itu beredar, Senja tidak pernah berniat memilikinya, dia mengubur dalam-dalam niatannya.
Senja tersadar dengan Umpatan yang dilayangkan Aditya padanya, dia berlari kearah Aditya, yang saat ini berada tiga langkah darinya, dia menutup telinga Bintang.
"Adit, Lo gak boleh ngumpat dideket anak kecil." Senja Mencaci maki Aditya didepannya.
Bintang hanya sibuk memperhatikan dua sejoli yang sejak tadi bercekcok didekatnya, anak kecil itu hanya bisa senyum-senyum menyaksikan mereka.
"Lepasin tangan lo senja, gue mau pergi!" Penglihatan Aditya menusuk bola mata hitam senja sampai-sampai gadis itu melepaskan tangannya seketika, Aditya beranjak menjauh.
"Gimana tentang belajarnya, Dit?" Senja mengeraskan Volume suaranya kala Aditya sudah beranjak.
Aditya hanya melambaikan tangan Kanan Keatas yang tidak memegang tubuh Bintang dari balik punggungnya.
Senja terkesiap dengan tindakan Absurd Aditya, mulutnya sedikit terbuka, detik berikutnya dia mengepalkan tangannya sambil diremas-remas diiringi bunyi gertakan dari giginya saking gemasnya dengan sikap Aditya.
Aditya, Senja benar-benar penasaran dengan cowok itu, Bagaimana sikapnya disekolah dan diluar sekolah bisa berbeda jauh? Dia harus mendekat lebih dalam kearah cowok itu agar mengetahui kenapa cowok itu menjadi pemalas? setidaknya dengan begitu dia bisa tau orang seperti apa Aditya.
***
Senja telah tiba didepan rumahnya, dia mendorong sepeda roda duanya melewati pagar kayu yang mengelilingi rumah sederhana dengan gradasi warna hijau, dia memarkirkan sepeda roda dua itu didalam teras rumahnya.
Senja mengucapkan salam ketika memasuki rumah sederhananya, lalu memeluk Ibunya yang sedang membungkus pesanan kue.
"Ja, Ganti baju dulu, Nak." Ibunya mencium pipi anak semata wayangnya.
" Hari ini banyak pesanan, Bu?" Senja mengedarkan pandangannya kearah kue yang sudah tertata rapi diatas meja dan siap dibungkus.
"Iya, Alhamdulilah, Ja. Rezeki dari yang diatas." Senja tersenyum senang mendengar penuturan ibunya.
"Nanti tolong Anterin ya, Ja? Alamatnya Ada diatas meja ruang tamu." Senja mengangguk patuh, lalu bergerak menuju kamar miliknya.
Rumah senja hanya terdiri dari dua kamar kecil, Satu miliknya dan satu lagi milik ibunya.
***
Senja mengayuh sepedanya menuju alamat yang tertera pada selembar kertas yang disebutkan ibunya tadi. dia memberhentikan sepedanya didepan Panti Asuhan Cahyani.
"Panti Asuhan Cahyani?" Ucap Senja kala meneliti papan kayu bertuliskan nama panti asuhan itu seraya mengecek ulang alamat yang ada dikertas tadi.
"Alamatnya Betul, Let's Go kue-kueku kita masuk pada pemilikmu." Senja menepuk Kantong plastik yang berisi sebagian bungkusan kue yang sudah diikat rapi dijok belakang sepedanya, dan beberapa bungkusan kue yang berada dikeranjang Sepedanya.
Dia memarkirkan Sepedanya, lalu menenteng Kantong plastik besar berwarna merah tersebut dengan susah payah. Sekumpulan Anak kecil menghampirinya didepan teras panti.
" Kakak, Sini Budi bantuin." Bocah laki-laki bertubuh gemuk menawarkan dirinya untuk membantu senja.
"Cie budi cie, Jangan mau kak, Dia saja tidak bisa membantu tubuhnya, Apalagi membawa yang berat." Sahut bocah bertubuh kurus dengan warna kulit agak Eksotis alias kecoklatan.
Yang lain menertawakan Bocah bernama budi itu, Anak bertubuh gemuk dengan rambut agak kriwil itu menunduk lesu, Senja meletakkan Kantong Plastik merah berisi bungkusan kue pesanan pemilik panti.
"Adek-adek, Jangan menertawakan temanmu, Ok? biarpun tubuhnya gemuk ataupun kurus, yang penting dia berani membantu kakak yang berarti dia pahlawan kecil dan pahlawan itu hebat, Bukan?" Senja berbicara panjang lebar dengan menyamakan tubuhnya pada sekumpulan anak kecil didepannya.
"Seperti Pahlawan-pahlawan yang ada didalam monas, Kak?" Timpal satu-satunya anak perempuan diantara mereka yang memiliki rambut sebahu seperti Senja.
"Bukan, Tapi pahlawan itu seperti Spiderman." kini, Ucapan polos dari seorang Anak yang mengolok budi tadi, Dia menunjuk mainan Spidermannya.
"Salah, Tapi Ultraman." Budi menunjuk mainan ultramannya.
Senja tertawa mendengar kepolosan nada bicara dari mereka, menit selanjutnya dia tersadar bahwa dia belum mengantarkan pesanan pada pemilik panti ini. Dia mengelus puncak kepala masing-masing ketiga anak itu.
"Siapa yang ingin menjadi pahlawan kecil?" Seru senja dengan menaikkan Seblah tangannya.
"Banu Kak. Banu mau jadi pahlawan." Unjuk tangan anak kecil yang mengolok budi tadi.
"Salsa Juga." Anak perempuan tadi ikut menaikkan jari telunjuknya.
"Budi, Budi Kak." Suara budi terdengar nyaring.
"Pahlawan kecilku, Bisa Kalian membantu Kakak memanggil pemilik panti ini?" Senja tersenyum lembut sembari menampilkan lesung pipinya.
Mereka mengangguk dan berlari kedalam dengan tergesa-gesa, Bahkan budi tergopoh-gopoh membawa tubuh beratnya.
Senja duduk dengan memanjangkan kakinya yang bertubrukan disepanjang undukan tangga yang ada diteras depan panti cahyani.
"Kakak!" Teriakan Ketiga bocah tersebut membalikkan tubuh senja yang mendadak terperangah.
"Lo?" Tatkala senja berhasil berdiri dengan perasaan syok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Shot (On Hold)
أدب المراهقينKetika A bertemu D, Bagaimanakah kelanjutannya? Update setiap Sabtu dan minggu~~