Page 5

2.7K 61 6
                                    


Keesokan harinya, kuceritakan kejadian itu pada orang dirumah, tak ada satupun yang percaya dengan yang kualami, mereka malah mentertawakan aku.

Begitu juga kakak-kakakku. Mereka pikir hanya halusinasiku. Kejadian ini terus berulang-ulang selama seminggu.

Tetap saja tak ada yang percaya dengan ceritaku. Hingga akhirnya ada salah satu adikku mengalami hal yang sama, hanya bedanya dia melihat sosok hitam besar yang berbulu.

Sejak kejadian itu satu persatu keluargaku mulai percaya dengan omonganku.

Sebulan kemudian, atas inisiatif keluargaku maka kami mengundang seorang yang memiliki 'kelebihan' yang kebetulan di recommend oleh teman.

Sebut aja Pade Jon, karena beliau minta dipanggil begitu dan sidin agak harat juga pinanya.

Kata teman, sidin nih jagau banar (hebat banget) kalau kesah(cerita) ngusir dedemit, hampir semua dedemit bukah (kabur) bila ketemu sidin (beliau).

Mungkin dalam hatiku lari mendekat klo lah, karena aku punya feeling orang ini kurang meyakinkan bisa mengatasi masalah keluargaku.

Setibanya dirumah kami, Pade Jon langsung action. Katanya sidin sudah dapat perlawanan dari demit dirumah itu.

Aku hanya bisa kernyitkan dahiku. Makin bertambah kecurigaanku. Setelah beberapa menit melakukan ritual, maka clearlah urusan Pade Jon.

Kata beliau dedemitnya dah pada bukah. Demi menghormati sidin akupun mengucapkan banyak terima kasih, padahal dalam hatiku, rumah ini belum bersih, karena hawanya masih terasa tidak nyaman.

Semenjak hari itu, suasana dirumah kami bukannya bertambah nyaman. Semua jadi tambah runyam.

Setiap hari ada aja yang diributkan, padahal hanya hal-hal sepele. Aku pun semakin lelah, selain gangguan dari demit, masalah dengan saudara juga jadi tambah buruk.

Sementara masa depanku, kurasakan semakin ga jelas. Setiap aku mau memulai sebuah hubungan dengan pria lain, pasti gagal.

Pernah kutanyakan dengan pria yang pernah mendekati aku, kata mereka yang dilihat dari aku itu bukan sosok aku, tapi sosok wanita yang menyeramkan.

Astaghfirullah, sampai begitu pengaruh negatif itu.

Bulan berganti bulan, setahun telah berlalu. Tak banyak yang berubah.

Semua hanya stuck di tempat itu. Lagi dan lagi. Pernah aku coba ikuti sebuah acara ruqiah massal.

Namun hasilnya hanya malah jadi bahan ketawa. Orang yang meruqiah aku malah terkejut ketika aku hanya mentertawakan mereka, aku tahu itu bukan aku lagi yang tertawa.

Ketika aku diberi airpun malah ku sembur ke muka peruqiah nya. Semua tanpa kusadari.

Santet 8 Penjuru AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang