PART 6 : THE TRUTH

41 6 0
                                        

I'm not need you to
believe me, i just need
you to listen to me”

-Violet-

☔☔☔

Playlist :
Alan Walker-Alone

Lipstick merah muda terang menghiasi setiap lekuk bibir wanita berparas cantik nan anggun yang sedang berkaca di depan cermin, memperhatikan
apa yang kurang dari penampilannya.

Setelah yakin kalau tidak ada lipstick di gigi, eyeliner di pangkal hidung, atau rambut yang menjungkit keatas, wanita yang tak lain adalah Violet pun beranjak dari tempat duduk di depan meja riasnya.

Hari ini, seperti yang telah dijanjikannya bersama Tari, dia akan bertemu dengan gadis itu dan menjelaskan semua yang salah diantara mereka.

Wanita berbadan setinggi 177 cm itu memilih memakai celana kain hitam yang press body dan kemeja toska lengan ¾ yang dimasukkan kedalam dan agak dijulurkan keluar.
Rambut coklat tua panjangnya digerai bergelombang.
Kaki jenjangnya menambah kesempurnaan dalam penampilannya.
Memang setelah pulang dari pertemuannya bersama Tari, ia harus berangkat ke kantor. Makanya dia langsung memilih setelan semiformal.

Violet mendekat kearah rak sepatunya yang berukuran setengah dari panjang kamar ini.
Dia menimang-nimang akan memakai sepatu toska atau putih yang berwarna senada dengan tas Guccinya.

Dia suka kedua perpaduan itu, makanya kepalanya pusing hanya karena memilih sepatu.
Jam sudah menunjukkan pukul 14.37, yang tidak mungkin sempat baginya untuk membeli sepatu baru yang berwarna silver plus toska.

"Menurut bunda, kamu cocok pake warna putih deh sayang. Lebih manis" Ucap seorang wanita paruh baya dari arah pintu, siapa lagi kalau bukan bundanya Gabi.

"Emang tadi gue nanya?" Tanya Violet ketus yang ditanggapi dengan biasa saja oleh Gabi.

"Gak kok. Bunda cuman kasih saran aja, lagian kamu kelihatan seneng banget hari ini. Mau kemana sih?" Tanya Gabi.

"Terserah gue"

"Vi.. Kamu kok gitu jawabnya sama bunda?" Tanya Gabi heran, kenapa putrinya ini sungguh tak bisa menerima dirinya walau sudah hampir 3 tahun?

"Apa gue punya kewajiban buat jawab pertanyaan lo?" Tanya Violet dengan mata berkilat tak senang.

"Vi.. Walau kamu tidak menggapku bundamu, setidaknya hormati aku sebagai orang yang lebih tua darimu" Jawab Gabi yang sudah cukup tidak senang akan perkataan Violet yang menggunakan 'lo-gue' dengannya.

"Lo itu cuman perusak kebahagiaan di rumah ini. Apa pantas seorang perusak dihormati? Gue rasa gak, setua apapun lo! Permisi" Lanjut Violet yang langsung berlalu pergi setelah memakai sepatu berwarna toska, walau hatinya sangat ingin memakai warna putih. Egonya akan runtuh bila memakai apa yang disarankan oleh wanita itu.

Gabi hanya diam membisu di daun pintu setelah Violet berlalu dan sempat menyenggol lengan kanannya.

Kakinya yang kian hari makin lemah itu pun berjalan masuk ke dalam kamar putih yang terkesan sangat elegant milik Violet.
Apa kalian pikir dia akan menangis setelah dikatai seperti itu? Singkirkan dulu opini tersebut, karena wanita yang sedang duduk di tepi tempat tidur itu hanya duduk dengan tenang tanpa isakan dan air mata.
Yaah, seandainya mata bisa diajak berkompromi, tentu dia ingin menangis, sangat ingin malah. Tapi nyatanya tak sediki pun matanya merah, memberi kode bahwa ia akan menangis.
Dia sudah lelah, hingga dia berada di titik terlemahnya. Titik dasar yang begitu jauh dari jangkauan.

SunRainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang