PART 5 : PERAHU KERTAS

32 8 0
                                        

“Look the other side.
And you will know
the truth

-Sinar-

☔☔☔

Tiba-tiba Sinar mendekat kearah Tari, mengunci pergerakannya dan mendekat.. Mendekat... Terus mendekat... Jarak mereka tinggal beberapa centi..

"Lo..lo ma..mau ngapain hah?!!"
Hingga..

Sreeet....

"Masangin sealtbealt lo, emang lo pikir gue mau ngapain? Ohh... Jangan-jangan lo mikir kalo gue mau nyi.."

"Gak kok!!gu..gue kan nanya karena gue ga tau. Ngarep banget!" Tukas Tari yang pipinya sudah seperti kepiting rebus, malunya dia...

"Yeee..gue juga kaga sudi kali nyium lo. Bisa dilaundry pake air kembang tujuh rupa bibir gue" Ucap Sinar dan mulai menjalankan mobilnya.

"Lebay banget. Dilaudry aja sono, biar tambah monyong tuh mulut" Ucap Tari yang masih kesal.

Sisa perjalanan mereka lalui dalam diam, dengan pikiran masing-masing. Karena mereka pulang diwaktu magrib, dan azan juga sudah berkumandang. Maka, Sinar memutuskan untuk singgah disalah satu masjid untuk menunaikan sholat.

"Lo tunggu disini" Suruh Sinar.

"Kenapa?" Tanya Tari ketus.

"Loh.. Bukannya lo agama kristen?" Tanya Sinar balik.

"Gue muslim" Jawab Tari malas.
"Bukan kristen? Muka lo lebih mirip orang chinese lho.." Ucap Sinar dengan menuturkan pendapatnya.

"Papa gue mualaf" Jawab Tari lagi.
Sinar mengangguk tanda mengerti, lalu keluar dan mengitari mobil untuk membukakan pintu bagi Tari.

Mereka berdua berjalan menuju ke tempat wudhu khusus laki-laki dan khusus perempuan.

Suasana masjid yang sederhana namun terlihat megah ini, menambah kekhusyuk-an orang-orang yang sedang menunaikan Sholat berjamaah.

Selesai sholat, Tari melipat mukenah masjid dengan rapi, sesuai bentuk lipatan awalnya.
Saat sedang berjalan untuk meletakkan mukenah tadi di lemari, tiba-tiba seorang ibu-ibu menyenggolnya hingga lipatan tadi ikut tersenggol dan kembali berantakan.

"Hei, kalo jalan tuh liat-liat" Hardik ibu yang menyenggolnya tadi.

'Loh..kok salah gue?! Udah jelas yang nabrak ibuk" Batin Tari kesal, baru saja ingin menyolot, tiba-tiba kata-kata mamanya terngiang di kepalanya.

Memaafkan dan memaklumi itu adalah salah satu alasan kalau kamu itu benar”

Tari pun mengurungkan niatnya dan menghirup nafas pelan sebelum menghembuskannya perlahan lalu menoleh pada ibu tadi.

"Iya bu.. Maaf ya" Ucap Tari walau tanpa senyuman,tapi menunjukkan bahwa permintaan maaf dia itu tulus.

Ibu tadi jadi terlihat celingak celinguk tak enak.
"Saya juga minta maaf. Karena tadi saya lagi buru-buru" Ucap ibu tadi.

"Saya permisi" Ucapnya lagi dan berlalu pergi. Tari menatap kepergian ibu tadi dengan lega. Ternyata memaafkan itu lebih nyaman, daripada keluar masjid dengan kepala panas.

"Tumben lu kaga nyolot" Ucap suara dibelakangnya. Siapa lagi kalau bukan Sinar. Tari memutar kedua bola matanya malas.
"Suka-suka gue. Gue kan kudu hormat sama yang udah tua" Jawab Tari sembari memasukkan mukenah ke lemari.

SunRainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang