Chapter 13

761 96 60
                                    

"Terimakasih untuk hari ini," ucap Yunhyeong saat Junhoe mengantarnya hingga di depan pintu.

Ya, Junhoe memang menepati janjinya untuk menraktir Yunhyeong makan dalam rangka kemenangannya hari ini. Tidak ada yang spesial, benar-benar hanya acara makan di luar, tidak lebih.

"Ya, sama-sama," Junhoe tersenyum.

"Um... setelah sampai rumah langsung kompres hidungmu dengan es batu agar cepat sembuh, oke?"

Junhoe mengangguk. Lalu...

TUK

"Akhhh!" lelaki tampan itu memegangi hidungnya yang ditempeli plester setelah Yunhyeong baru saja menyentil hidung yang beberapa jam lalu dinyatakan retak itu, "Jangan menyentuhnya, nanti tulangnya bisa geser!"

Yunhyeong terkekeh kecil, "Saat sampai rumah nanti langsung kompres hidungmu dengan batu es lagi agar cepat sembuh, oke?"

Junhoe mengangguk sambil tersenyum, "Terimakasih."

Yunhyeong tersenyum hingga menampilkan deretan gigi-gigi putihnya.

Tangan Junhoe refleks terangkat, telunjuk dan ibu jarinya menarik pipi kanan Yunhyeong, "So cute."

Senyum Yunhyeong luntur ketika cubitan Junhoe pada pipinya berubah menjadi sentuhan lembut. Yunhyeong masih menatap manik kelam yang seakan memaksanya untuk tidak melihat ke direksi lain. Entah mengapa, Yunhyeong bisa menemukan sorot frustasi ketika Junhoe berbisik, "Aku tidak peduli ini benar atau salah, Yunhyeong-ah."

Otak Yunhyeong blank seketika.

Yunhyeong masih berdiri mematung.

Chu~

Ketika otak Yunhyeong masih memproses kalimat Junhoe, ia lagi-lagi dikejutkan dengan tindakan selanjutnya dari lelaki tampan ini. Yunhyeong baru mengerti maksud perkataan Junhoe tadi setelah sesuatu yang lembut menempel pada bibirnya. Rasanya ia seperti tersiram air es yang dingin, hingga membuat sekujur tubuhnya kaku. Bahkan untuk menghembuskan nafasnya saja Yunhyeong tak mampu. Mata Yunhyeong masih terbuka lebar ketika sebuah tangan meraih pinggangnya dan merengkuhnya dengan gerakan yang sangat hati-hati, seolah ia terbuat dari bahan yang mudah rapuh.

Tetapi, ada sesuatu yang mengganjal di hati Yunhyeong. Ia tersadar dengan apa yang ia perbuat dengan laki-laki yang bukan kekasihnya ini. Namun, entah kenapa ia justru tidak marah kepada Junhoe dan malah merutuki dirinya sendiri. Seharusnya Yunhyeong memberontak ketika laki-laki ini menciumnya dengan seenaknya sendiri. Otak Yunhyeong berusaha meneriaki hatinya untuk melepaskan tautan itu, namun hatinya berkata lain. Hatinya seolah berkata; inilah yang seharusnya terjadi.

Hingga lima menit berlalu, Yunhyeong masih bergelut dengan batinnya sendiri. Sebenarnya ada apa dengan dirinya? Atau yang lebih tepat, sebenarnya ada apa dengan hatinya? Yunhyeong sama sekali tak mengerti dengan jalan pikir otaknya sendiri, ketika tempo lalu ia menolak ketika Chanwoo yang berstatus sebagai kekasihnya sendiri hendak menciumnya. Tetapi, kenapa ia malah diam saja dan menerima ketika Junhoe yang tidak memiliki status spesial dengannya itu sekarang menciumnya. Di depan pintu rumahnya.

Otaknya seakan berteriak dengan keras; Kekasihmu adalah Chanwoo, bukan Junhoe! Sementara itu, Yunhyeong terus mensugesti dirinya sendiri; Aku mencintai Chanwoo, 'kan? Benar 'kan?

Ketika Junhoe merasakan setetes air mengenai pipinya, saat itu juga lelaki tampan itu melepaskan tautan yang berlangsung beberapa menit itu. Ia kelabakan ketika melihat Yunhyeong di depannya sudah beruraian air mata dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Yun-hyeong?"

"I..itu hiks... ci-ciuman pertamaku."

"Mwo?!"

Uncertain • JunHyeong •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang