Di suatu ruangan di gedung timur kediaman Takazawa sudah dua hari Aki dikurung. Perutnya lapar tetapi ia tidak berani meminta diberi makan karena iya tahu bagaimana pamannya. Walaupun sudah biasa tetapi rasa lapar tetap saja menggrogotinya. Setelah insiden hukuman dan Aki sudah sadar tidak ada seorangpun yang datang untuk sekedar memberinya makanan atau minuman. Tidak ada penerangan di ruangan ini hanya sekedar secuil sinar yang masuk di satu ventilasi kecil yang memberi tanda bahwa hari telah berganti. Aki masih menggunakan baju yang digunakannya ketika kabur ke luar beberapa hari yang lalu. Baju itu adalah baju pemberian Taka ketika Aki berulang tahun. Bukan baju baru tetapi baju yang pernah digunakan oleh adik Taka dan diberikan kepada Aki. Paman Aki tidak pernah mau membelikan Aki suatu barang yang baru. Ruang yang Aki gunakan ini sangat dingin dimalam dan siang hari karena letakkanya yang berada di bawah gedung. Aki hanya diberi selimut usang yang sudah bolong disana sini tetapi Aki masih bersyukur dibanding tidak diberikan sama sekali. Ketika Aki hampir tertidur karena menahan lapar, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki dan pintu basement langsung terbuka. Pintu tersebut sangat terang karena cahaya yang masuk dari luar menerangi ruangan yang ditempati Aki yang hampir gelap gulita. Mata Aki yang tidak terbiasa dengan cahaya memincing dengan tangan yang menghalagi sinar tersebut menusuk matanya. Aki membuka matanya berlahan dan Ia melihat Taka berdiri di depan pintu.
Aki membuka mulutnya untuk bertanya, tetapi tidak ada sedikit suara pun yang keluar sehingga Ia berbatuk-batuk ringan untuk meringankan beban tenggorokannya
"A..apakah a-aku sudah diizinkan ke..keluar, Taka-nii?"
Suara Aki sangat lirih dan serak karena tenggorokannya yang sudah tidak dialiri air beberapa hari ini. Aki mengira Taka tidak mendengar suaranya sehingga Ia berusaha bertanya kembali tetapi kalimatnya dipotong oleh jawaban Taka.
"Sudah Aki-sama, mari saya bantu anda untuk keluar dari sini"
Taka langsung berdiri disamping Aki dan memegang lengan atas Aki dengan erat takut Tuan Mudanya terjatuh kembali karena terlalu lemah.
"Akhh...."
Aki merintih dan akan terjatuh kembali tetapi Taka menahannya.
"Ada apa Aki-sama? Apa punggung anda masih sakit?" Tanya Taka khawatir.
"Se-sedikit Taka-nii. Tapi tidak apa-apa aku rasa itu karena aku beberapa hari ini ti-tidak bergera-Uhukk.. uhuk!!"
Aki tidak sempat menyelesaikan perkataanya. Ia terbatuk hebat karena tenggorokannya yang kering dan Ia paksakan untuk bersuara.
"Aki-sama!! Anda tidak apa-apa?! Mari saya bantu kita harus segera mengambil air di dapur"
Taka pun membimbing Aki berjalan berlahan ke arah Gedung utama Takazawa.
🌸🌸🌸
"Pelan-pelan Aki-sama nanti anda bisa tersedak."
Taka mengambil gelas yang Aki letakkan di depannya. Gelas tersebut baru saja Taka sodorkan ke Aki dan langsung di teguk habis oleh Aki dalam hitungan detik. Taka mengisi kembali gelas tersebut dan menyodorkan kembali kepada Aki. Kali ini dia berusaha untuk tidak terburu-buru meminum air tesebut walaupun sebenarnya Ia ingin langsung menegak habis isi dari gelas tersebut.
"Te-terimakasih Taka-nii.." jawab Aki sembari kembali menegak air dalam gelas tersebut. Suara Aki sudah lebih keluar setelah Ia meminum air. Aki menaruh gelas yang tersisa setengah itu tetapi menggengamnya erat sembari sesekali melihat ke arah Taka.
"Ta-taka-nii...i-itu..apakah paman membolehkan aku untuk makan? Pe-perutku lapar sekali."
Aki tanpa sadar berucap sambil memegang perutnya yang memang sudah beberapa hari belum terisi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Void Heart
RomanceWARNING! Kata-kata kasar dan kotor (Boyxboy) bagi yang jijik harap tidak melanjutkan! --------------------- Menikah harusnya menjadi sesuatu yang membahagiakan. Tetapi tidak untuk Aki. Pernikahan atas perjodohan bisnis yang diawali oleh kebohongan...