Chapter 5 - Pertemuan

968 60 6
                                    

Taka mencari Aki keseluruh mansion dan mendapati Tuan Mudanya itu sedang membantu mencuci piring di dapur.

"Aki-sama, Kizuto-sama memanggil anda keruangannya sekarang."

Aki pun segera membersihkan tangannya dan mengikuti Taka keruangan Kizuto. Sepanjang perjalanan Aki memikirkan kesalahan apa yang telah dilakukan hingga Pamannya memanggilnya secara tiba-tiba seperti ini. Tanpa sadar Aki meremas ujung hakamanya. Ditengah lamunannya Aki disadarkan oleh suara Taka yang berbicara kepadanya.

"Silahkan masuk, Aki-sama."

Taka membuka pintu ruangan Kizuto setelah tadi mendapatkan izin darinya untuk masuk kedalam. Aki berjalan berlahan memasuki ruang kerja Pamannya tersebut. Aki terus menundukan kepala dengan tubuh sedikit gemetar ketika mendapati Taka menutup pintu dibelakangnya dan membiarkannya berada diruangan hanya berdua dengan Pamannya.

Kizuto berdiri sembari membelakangi Aki dan melihat kejendela dibelakang meja kerjanya. Aki yang tidak mendengar perintah apapun dari Kizuto berdiri ditempatnya tanpa berani bersuara atau bergerak sedikitpun.

Kizuto berjalan mendekat dan memperhatikan Aki yang menundukan kepalanya. Tiba-tiba Ia mencekram rahang Aki dan mengadahkan kepalanya sehingga mereka saling bersitatap. Cekraman tangan Kizuto dirahangnya terasa begitu menyakitkan namun Aki menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan rintihannya karena Ia tahu Pamannya tidak suka dirinya mengeluarkan sedikitpun suara tanpa disuruh.

"Kau memiliki paras Ibumu" Kata Kizuto secara mendadak.

Aki hanya terdiam sembari menunggu kelanjutan dari ucapan Pamannya. Sejujurnya Aki masih menebak kearah mana pembicaraan ini akan berlanjut.

"Tak heran walaupun kau bukan wanita tetapi dapat membuat lelaki tertarik padamu." Lanjut Kizuto.

Aki mengenyitkan alisnya berusaha mencerna maksud dari perkataan Pamannya itu.

"Kau akan menikah dengan kolegaku seminggu lagi."

Aki membelakkan matanya mendengar pernyataan Pamannya. Kizuto tidak bertanya padanya tetapi memberikan pernyataan yang merupakan perintah yang absolut yang harus Aki laksanakan.

"Akh!"

Aki tidak mampu mencerna informasi itu hingga tekanan pada rahangnya menarik Aki kembali kedalam kesadarannya.

"Aku hanya akan mengucapkan ini sekali, dengarkan baik-baik. Kau akan menjadi informan untukku, lakukan ini secara diam-diam tanpa boleh ada yang mengetahuinya. Jika sampai ada seseorang yang mengetahuinya, itu akan kutukar dengan nyawa mantan pelayan tua itu."

"A-ap---ukh"

Aki terkejut dengan apa yang disampaikan Kizuto, belum sempat Ia mengeluarkan suaranya Kizuto semakin menekan rahangnya dan membuat Aki merintih kesakitan.

"Kau pikir aku tidak mengetahuinya? Selama ini kau masih berhubungan dengannya lewat Taka. Aku dapat dengan sekejap menghilangkan keberadaanya yang tidak berarti itu."

Aki menggeleng ribut sembari memegang tangan Kizuto yang mencengkram rahangnya. Tidak! Jangan sampai Chiyo-Obasan yang merupakan mantan pelayan keluarganya yang sudah pulang ke kampung halaman itu terlibat. Cukup sudah malapetaka yang Aki bawa untuk Chiyo-Obasan dan anaknya Aiko. Mereka dipecat karena membelanya kala itu. Aki tidak mau orang yang sudah merawatnya itu merasakan penderitaan akibat dirinya lagi.

"Ja-ngh..Jangan Pa-paman...ngh..ku-kumohon..."

Airmata Aki sudah membanjiri wajahnya mendengar ancaman Kizuto tersebut. Aki berusaha melanjutkan perkataanya disela-sela rasa sakit yang Ia rasakan pada rahangnya yang Ia yakin sudah memar tersebut.

Void HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang