Dear, Hyung's - 4

6.7K 1.3K 236
                                    

"Mark hyung!"

Mark menoleh dan mendapati Jaemin tengah berlari ke arahnya diikuti Jeno dari belakang.

"Jaemin, jangan!" Jeno menarik lengan Jaemin paksa membuat lelaki berharga Na itu menghentikan larinya spontan.

"Kau tak bisa seperti ini, setidaknya Mark hyung-"

"Tolong, Jaem. Ini permintaanku," ucap Jeno sembari mengatur napasnya yang turun-naik tak beraturan karena berlari.

Jaemin menatap wajah pucat sahabatnya.
"Tapi-"

"Tolong," pinta Jeno lemah membuat Jaemin menatapnya tak mengerti.

"Kenapa?"

"Aku ingin pergi dengan tenang, tanpa melihat satu airmata pun."

Jaemin menunjuk dirinya sendiri. "Lalu aku? Apa kau pikir aku takkan menangis saat sahabat terbaikku pergi?"

Jeno menepuk pundak Jaemin pelan. "Kau itu lelaki, jadi jangan menangis."

"Kau pikir seorang lelaki tak akan menangis saat kehilangan sahabat terbaiknya?"

Jeno menatap Jaemin sayu. Tatapannya lalu teralih pada Mark yang tengah berjalan ke arah mereka.

"Tolong, hanya kau dan aku yang tahu. Aku percaya padamu."

"Ada apa, Jaem?"tanya Mark begitu berada di depan mereka.

"Ah, itu... Jeno salah makan, jadi aku ingin melapor padamu."

Mark menatap wajah adiknya yang pucat. "Kau baik-baik saja?"

Jeno mengangguk lemah. "Aku hanya salah makan, jadi perutku sakit."

Mark baru ingin mengatakan sesuatu. Namun tertahan karena kehadiran Koeun.
"Mark, wali kelas mencarimu."

***

"Jaemin."

"Jangan bicara padaku."

Jeno menatap langit. Saat ini keduanya tengah berada di taman belakang sekolah.

"Jika aku pergi, boleh aku minta tolong?"

Jaemin menatap ke arah lain. "Sudah kubilang, jangan bicara padaku."

"Aku tahu kau akan tetap menuruti permintaanku," ucap Jeno membuat Jaemin berbalik menatapnya dengan mata memerahnya.

"Sejak kapan kau sakit? Kenapa tak memberitahuku?"

"Aku tak tahu, tapi beberapa bulan belakangan ini, hidungku mudah berair dan ingusku selalu darah, lalu aku sering mimisan seperti sekarang."

Jaemin menatap Jeno tak percaya. Jaemin merasa bodoh, bagaimana dirinya tak menyadari itu?

"Kau pintar sekali menyembunyikannya."

Jeno terkekeh membuat Jaemin menghela napas.

"Tak bisakah kau tinggal sedikit lebih lama? Setidaknya sepuluh sampai dua puluh tahun lagi? Aku bersahabat denganmu selama lima tahun, tapi masih ada banyak hal yang ingin ku lakukan denganmu. Apa tak bisa?"

Masih dengan menatap langit, Jeno menjawab, "Kau takkan bisa melawan takdir. Kematian sudah di atur oleh Tuhan, dan tak ada siapa pun yang dapat merubah itu. Dokter hanya bisa memprediksi. Namun, tak tahu kapan tepatnya. Dokter bilang, hidupku hanya tingal dua bulan lagi, tapi siapa yang tahu jika hidupku hanya sampai besok?"

"Jeno, jangan berbicara seperti itu!" bentak Jaemin.

Jeno tersenyum tanpa mengalihkan tatapannya dari langit. "Aku minta maaf jika melakukan kesalahan atau membuatmu sakit hati, Jaem."

Dear, Hyung's | 𝘓𝘦𝘦 𝘑𝘦𝘯𝘰 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang