❄ 3

75.5K 3.7K 40
                                    


PERTEMUAN DAN INTERAKSI SINGKAT

Aku pikir bisa berdialog dengan mu adalah sebuah keberuntungan

❄❄❄

Alayya menggigit bibir dalamnya untuk mengurangi rasa takut dan gugup. Dalam hati Alayya merutuki kebodohannya yang menolak tawaran Atifa untuk menemaninya ke Toilet.

"Oh jadi ini anak yang kata Bu Kartika jago Fisika?" tanya Sabrina dengan nada meremehkan dan terkesan menyepelekan.

Sabrina adalah kakak kelas Alayya. Sabrina satu agkatan dengan Abrar, hanya saja berbeda kelas. Jika Abrar kelas XII IPA2 dan Sabrina kelas unggulan XII IPA1. Siapa yang tidak mengenali Sabrina. Sabrina adalah primadona di sekolah. Setidaknya itulah yang Alayya dengar dari orang-orang.

Terkadang Alayya tak mengerti. Bagaimana bisa gadis yang ada di hadapannya sekarang di juluki sebagai primadona. Cantik, kaya, modis, dan populer, itulah Sabrina. Alayya pun juga mengakui hal itu. Tapi tidak dengan sifat Sabrina yang sombong, angkuh, bertindak seenaknya dan suka menindas orang-orang lemah. Di tindas lalu di manfaatkan. Kejam sekali. Alayya pernah mendengar rumor bahwa Sabrina bisa berada di kelas XII IPA1 karena bantuan orang tuanya, bukan karena kepintarannya. Ya, seperti the power of money.

Alayya masih menundukkan kepalanya. Jemarinya sibuk memilin ujung seragam daritadi. Bahkan ujung seragamnya sampai terlihat kusut. "Kalau di tanya ya di jawab! Lo punya mulut kan?!" bentak Sabrina.

Alayya hanya mengangguk, tak berani menatap wajah Sabrina. "I-iya Kak" jawab Alayya terbata.

Sabrina dan kedua anggota geng nya sibuk berbisik. Alayya yang melihat itu pun mulai mencari celah untuk keluar dari Toilet. Alayya berjalan perlahan menuju pintu toilet.

"Mau kemana lo? " tanya Sabrina.

Alayya tersentak, gugup. "A-anu... Itu... Saya mau balik ke kelas kak"

"Siapa yang suruh lo balik ha?! " kata Lora.

Alayya menunduk kembali. "Lo boleh keluar, tapi ada syaratnya"

"Sya-syarat apa kak? " tanya Alayya. Kepala nya masih tertunduk dalam.

"Lo kan pintar Fisika KATANYA. Jadi gue mau lo kerjain tugas Fisika gue"

Alayya menggeleng spontan. "Sa-saya gak mau kak. Kalau ketauan saya bisa-"

"Lo mau gue jadiin bulan-bulanan tiap hari? Lo mau ngelawan ? Mau lo gantiin posisinya si kacung Laras ha? Mau?!"

Alayya mengangkat kepalanya spontan. Melihat kearah tiga orang kakak kelas yang ada di hadapannya, lalu menunduk lagi. Alayya tahu benar apa yang dilakukan mereka pada siswi kelas XI IPA1 bernama Laras.

Mereka sering menindas Laras bahkan tak segan-segan memperlakukan Laras seperti babu. Seperti membawakan tas, buku bahkan membelikan makanan ke kantin. Barang siapa yang berani melapor ke guru BK, maka ia akan di permalukan di depan umum oleh Sabrina. Berasal dari keluarga berada membuat Sabrina sangat semena-mena pada orang lain.

Jika sudah ketahuan oleh guru BK, maka Sabrina akan membalikkan fakta. Mengancam si korban untuk tutup mulut setiap kali di interogasi. Benar-benar licik. Alayya bahkan tidak habis pikir,bagaimana bisa guru BK percaya begitu saja pada ucapan yang di katakan Sabrina.

"Lo gak bisu kan? Gak tuli kan?" tanya salah satu dari mereka. Alayya tidak tau siapa yang bertanya karena Alayya hanya menunduk daritadi.

"I-iya Kak. Saya kerjakan tugasnya" putus Alayya.

Sabrina dan kedua temannya tersenyum senang sambil ber tos ria.
"Bagus. Kalau gitu pulang sekolah nanti lo datang ke kelas gue dan ambil buku Fisika gue di laci meja. Dan jangan lupa buku sahabat-sahabat gue. Lo liat aja nanti di meja ada nama gue dan samping kanan kiri gue itu meja sahabat gue. Lo kerjain! Paham!" jelas Sabrina panjang lebar.

My Ice Prince (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang