SANG ICE PRINCE
Aku hanyalah seorang gadis remaja yang sedang berusaha mewujudkan mimpi dan cita-cita yang ku punya
_Alayya Gavaputri_
❄❄❄
Seperti pagi biasanya. Alayya selalu datang ke sekolah pada saat sekolah masih dalam keadaan sepi. Di lihatnya jam yang ada di layar handpone nya. Pukul enam pagi. Siapa yang ingin datang ke sekolah sepagi ini?
Alayya Gavaputri. Seorang gadis manis yang sederhana, pintar tetapi tidak sombong, rendah hati dan baik kepada semua orang. Tapi walaupun begitu, Alayya tidak mempunyai banyak teman. Anti sosial? Tidak, Alayya sulit berbaur, itu saja. Tapi Alayya mempunyai satu sahabat yang sangat di sayanginya, Atifa namanya. Hanya Atifa lah satu-satunya teman yang dapat Alayya percaya, begitu pula sebaliknya. Alayya dan Atifa sudah menjalin persahabatan sejak SMP. Dan selama itu pula Atifa sudah banyak membantu Alayya saat Alayya dalam kesulitan. Alayya nyaman saat bercerita dengan Atifa. Alayya akan dengan mudah mengekspresikan dirinya jika bersama Atifa.
Alayya berhenti di depan papan mading yang ada di dekat perpustakaan. Alayya membuka tas, mengambil selembar sticky note yang ia selipkan di antara halaman buku paket tebal nya. Di bukanya pintu kaca pada mading itu lalu Alayya menempelkan kertas itu disana. Setelah itu Alayya kembali menutup pintu kaca madding dan pergi dari sana.
Mading yang ada di dekat perpustakaan sekolahnya memang dibuat khusus untuk para murid. Siapa saja bebas meletakkan hasil karya atau tulisannya disana, termasuk Alayya. Hal itu sudah di lakukan Alayya sejak tiga minggu belakangan ini. Seminggu sekali Alayya selalu menempelkan kertas yang terdapat tulisan hasil karyanya. Baik itu quotes, kata-kata motivasi, puisi, syair atau semacamnya.
Alayya selalu melakukan itu disaat sekolah sudah sepi. Baik itu saat pagi ataupun saat pulang sekolah. Alayya tidak ingin ada satupun orang yang mengetahui bahwa ia menempelkan sesuatu disana.
❄❄❄
Bel istirahat baru saja berbunyi. "Al, ke kantin yuk! "Ajak Atifa.
"Iya sebentar. Aku mau beresin buku dulu." jawab Alayya. Tangan Alayya masih sibuk merapikan buku dan memasukkan alat tulisnya ke dalam kotak pensil agar tidak hilang.
Alayya berdiri dari duduknya. "Ayo" ucap Alayya sambil menarik pelan pergelangan tangan Atifa.
Atifa berjalan menuju meja tempat Alayya terduduk. Atifa membawa nampan yang berisikan dua mangkuk mie ayam dan dua botol air mineral.
Tiba-tiba Atifa duduk menempel pada Alayya dan itu membuat Alayya sedikit terkejut. "Al, liat tuh Kak Abrar. Ganteng banget" bisik Atifa.
Alayya mengalihkan pandangannya ke arah meja yang ada di sudut kantin. Seorang pria tampan dengan ekpresi datar dan tatapan dingin sedang sibuk memainkan ponselnya. Sementara di samping kanan dan kirinya ada dua orang sahabat nya, Gilang dan Rangga yang sedang tertawa.
"Al, jangan lupa kedip." goda Atifa.
Alayya tersenyum malu. "Kok Kak Abrar makin hari makin ganteng aja ya? Tapi sayang, makin hari dia juga makin dingin." cerocos Atifa.
"orang ganteng mah bebas." sahut Alayya.
Atifa mendengus. "iya deh iya, yang udah jadi bucinnya kak Abrar." ucap Atifa.
Alayya menoleh ke kanan dan ke kiri dengan panik. Takut jika ada orang yang mendengar ucapan Atifa karena Atifa berbicara sedikit keras.
"jangan ngomong keras-keras, Atifa. Nanti ada yang dengar. Makan tuh mie ayamnya. Keburu dingin" kata Alayya mengalihkan pembicaraan. Atifa hanya mengangkat kedua bahunya acuh kemudian memakan mie ayamnya dengan lahap.
Alayya melirik sebentar ke arah meja yang di tempati Abrar dan kedua sahabatnya. Alayya tersenyum kecil lalu kembali memakan makanannya.
Rianazka Abrarham, atau yang lebih akrab di sapa Abrar adalah seorang pria yang ketampanan nya sudah tidak diragukan lagi. Di sekolah, selain di kenal karena ketampanan dan kepintarannya, Abrar juga di juluki sebagai Ice Prince oleh fans-fans nya. Julukan itu di berikan pada Abrar karena sifat Abrar yang kelewat cuek dan dingin. Sedingin suhu di benua Antartika kalau kata Atifa.
Para siswi di sekolah mereka selalu berlomba-lomba untuk mencairkan bongkahan es yang ada pada Abrar. Tak jarang mereka bertaruh hanya untuk meluluhkan hati sang Ice Prince. Mereka juga berlomba-lomba berpenampilan semenarik mungkin hanya agar mendapat perhatian Abrar. Tak sedikit dari mereka yang ingin menjadi pacar Abrar. Tak terkecuali Alayya. Siapa yang tidak menyukai tipe pria seperti Abrar. Hanya perempuan tidak normal yang tidak tertarik dengan Abrar.
Alayya mungkin sama seperti mereka yang selalu ingin menjadi pacar Abrar. Tapi sebenarnya, Alayya dan mereka sedikit berbeda. Jika mereka menunjukkan rasa suka pada Abrar secara terang-terangan, maka berbeda dengan Alayya yang memilih diam di tempatnya. Alayya hanya diam dan terus berusaha agar tidak terlihat mencolok. Bisa melihat Abrar walaupun dari kejauhan, itu sudah cukup untuk Alayya. Alayya cukup tahu diri untuk tidak berada di sekitar Abrar. Pacaran dengan Abrar ? entahlah, rasanya sangat mustahil.
❄❄❄
Alayya berjalan terburu-buru, sesekali melihat jam yang ada di handponenya. Kenapa tidak melihat jam tangan? Karena Alayya memang tidak terlalu suka memakai jam tangan. Alayya lebih suka memakai aksesoris, seperti gelang-gelang kain misalnya. Tapi bukan berarti Alayya tidak punya jam tangan. Alayya hanya lebih sering memakai gelang daripada memakai jam tangan.
Jika biasanya sepulang sekolah Alayya dan Atifa selalu mampir ke perpustakaan umum yang ada di persimpangan jalan, maka tidak untuk hari ini. Hari ini Alayya sudah berjanji pada sang Bunda untuk pulang lebih awal.
Bruk
Buku paket yang di pegang Alayya terjatuh ke lantai ketika Alayya menabrak tong sampah. Handphone yang ada di genggaman Alayya pun juga ikut terjatuh di lantai koridor.
Tanpa menunggu waktu lama Alayya langsung berjongkok dan mengumpulkan bukunya yang berserakan di lantai. Alayya sedang terburu-buru. Bunda nya pasti sudah menunggu di rumah. Alayya langsung melenggang pergi menuju gerbang utama saat semua buku yang terjatuh di lantai sudah berada di pelukannya.
Alayya berjalan dengan cepat. Dan tanpa Alayya ketahui seseorang sedang memperhatikan punggung nya yang mulai menjauh.
❄❄❄
Alayya sedang membantu sang Bunda membuat kue. Bunda Alayya hanya seorang Ibu rumah tangga yang mempunyai usaha toko roti dan catering kecil-kecilan. Seperti menerima pesanan nasi kotak dan kue-kue basah.
Seperti saat ini, Alayya sedang sibuk membungkus berbagai jenis kue dan memasukkannya kedalam kotak. "Bun, udah selesai ini. Di dapur masih ada lagi?" tanya Alayya pada Bunda nya yang juga sedang memasukkan kue kedalam kotak.
"Gak ada. Itu yang terakhir. Bunda juga udah siap. Jam lima nanti tolong kamu antarin kue-kue ini ke Masjid ya"
Alayya mengangguk. "Oke Bun, kalau gitu Alayya mandi dulu. Gerah"
Sang Bunda hanya mengangguk sebagai respon. Alayya pun beranjak dan pergi ke kamarnya untuk mengambil handuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaSUDAH TERBIT 🌹 Welcome to My Area 🌹 Follow sebelum di add ke library Hanya kisah ringan tentang Alayya yang menyukai kakak kelasnya yang bernama Abrar. Tampan, pintar, ketus, dingin dan irit bicara adalah kata-kata yang bisa mendeskripsikan Abrar...