✿ Name : 07 ✿

718 132 26
                                    

- The Love Without Name -
        [ 名前のない愛 ]

Name; 07.

-The Seventh Name-
             [ キス ]
       
   


      
    
"Kazu, kau yakin tidak apa-apa?"  Suara Kochi terdengar sangat gelisah di luar sana sambil terus mengetuk pintu kamar ayahnya, "haruskah kupanggil dokter?"

"Tidak, pergilah sekolah. Aku hanya butuh tidur."

Ini sudah ketiga kalinya pagi ini Kochi memanggil Kazu dari balik pintu kamar. Sejak pagi tadi dia sama sekali tidak menemukan Kazu berkeliaran di dalam rumah atau di sekitaran dapur untuk membuat sarapan mereka seperti biasanya.

Bahkan setiap kali dipanggil pun, Kazu hanya menjawab seadanya.

"Kalau kau tidak enak badan, sebaiknya aku di rumah dan menj—"

"Aku tidak apa-apa, aku cuma kena flu biasa." Jawab Kazu setelah membuka pintu dan menemukan bocah bebal kesayangannya sedang berdiri menatap pintu penuh khawatir.

"Kupanggil dokter setelah itu aku baru pergi ke sekolah?"

"Kau hanya akan terlambat lagi. Lupa? Sudah berapa kali kau bolos dalam sebulan ini?" ingat Kazu betapa anaknya ini terancam tak punya masa depan kalau dia terus tidak pergi ke sekolah, "aku akan meneleponmu setelah keadaanku semakin baik."

"Janji pergi ke dokter sendiri?"

"Kau pikir aku ini manja sepertimu? Sudah sana pergi. Jangan buat aku berurusan dengan wali kelasmu lagi nanti." Kazu memperingati sambil mengacak halus rambut Kochi yang sama sekali tidak disisir.

Meski kesal karena tidak diizinkan tinggal di rumah dan merawat Kazu, tapi Kochi tetap menuruti apa yang diinginkan ayahnya agar dia tetap pergi ke sekolah.

Melihat Kochi menggerutu sambil menendang kerikil di jalanan setelah ke luar dari rumah, Kazu hanya mengembuskan napas berat tanpa berkomentar apapun.

Setelah mengunci pintu dan menutup semua korden, Kazu berjalan kembali ke kamarnya, mengunci diri di dalam sana tanpa menghiraukan perutnya yang meraung minta diisi sejak tadi. Tapi dia malah menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang.

Kalau dia harus jujur, dia sudah berbohong pada Kochi kalau dia sakit. Padahal dia tidak apa-apa, tak ada satu pun penyakit yang hinggap di tubuhnya. Dia hanya ingin terus berada di rumah, menghindari semua orang dan meminimalisir interaksi sosial dengan siapa pun.

Kazu menenggelamkan wajah ke dalam sprei di bawah tubuhnya, meremat sisi lain sprei itu sekuat tenaga saat seluruh isi kepalanya dipenuhi oleh ucapan Ichijou seminggu lalu.

Seminggu lalu saat pria pemilik restoran itu datang untuk makan malam di rumahnya sebagai tamu. Saat Ichijou mengakui kalau Kochi adalah anaknya, darah dagingnya sementara selama ini yang dia lakukan untuk menjauhkan mereka hanya akan berakhir sia-sia.

Ke mana lagi dia harus pindah?

Pekerjaan macam apa lagi yang harus dia dapatkan? Agar dia bisa lari sejauh mungkin dari Ichijou.

Lari ke mana lagi dia sementara ujung bumi adalah tempat terakhir yang dia pijak?

Salahkan dia saat dia membawa pergi anak itu tujuh belas tahun lalu.

Salahkan dia saat dia memutuskan pergi dari rumah itu dulu.

Salahkan dia yang membuat anak yang sekarang sudah remaja itu tidak tahu masa lalunya sedikit pun.

名前のない愛 ( On Hold )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang