✿ Name : 02 ✿

1.3K 195 39
                                    

- The Love Without Name -
         [ 名前のない愛 ]


Name; 02

-

The Second Name -
   「 第二の名前に


Aku ingat saat aku memeluknya di tengah hujan....


      

"Kau Kenapa?" Tanya Tadashi Maeda, marketing manager di kantor tempat Kazu bekerja setelah dimutasikan dari kantor pusat beberapa bulan lalu.

Bukan tanpa alasan dia bertanya demikian pada Kazu. Sudah beberapa hari ini dia melihat karyawannya itu tidak terlalu fokus dan lebih sering menguap di jam sibuk kantor.

"Uh, tidak aku cuma kurang tidur beberapa hari ini."

"Kau terlalu banyak lembur sepanjang minggu ini, sebaiknya kau ambil cuti beberapa hari dan istirahatlah." Tawarnya tapi dijawab gelengan halus oleh Kazu.

"Aku butuh biaya untuk membayar karyawisata Kochi awal bulan depan."

"Oh, aku lupa kalau kau sudah punya anak."

"Yah, meski tak semua orang tahu."

"Hei, Fumihito...," panggilnya kemudian menyender pada meja milik pria itu, "katakan padaku siapa ibu anak itu? Kenapa kau malah membiarkan dirimu direpotkan dengan seorang anak berandal yang kau tahu ... anak itu satu sekolah dengan adikku dan dia bilang kalau anak itu sangat jarang masuk sekolah dan banyak juga yang mengatakan kalau anak itu lebih kejam dari gengster."

"Hahaha ... Kochi tidak separah itu," sanggahnya, "mungkin dia jarang masuk sekolah karena sering terjebak di game center tapi, dia sangat jarang berkelahi. Mungkin ada beberapa anak dari sekolah lain yang jadi temannya tapi dia tidak pernah berkelahi brutal seperti yang digosipkan."

Benar. Kazu mungkin tahu kalau Kochi-nya selalu pulang dengan pakaian kotor dan wajah lusuh, bahkan kadang ada beberapa plester yang menempel di wajah pemuda itu tapi, dia yakin kalau pemuda itu tidak termasuk ke dalam daftar berandalan sekolah.

"Dengar Kazu," pria Tadashi Maeda kembali memulai, "aku hanya mengingatkanmu untuk lebih memperhatikan anak itu, karena kalau tidak masa depannya akan berakhir sia-sia."

Kazu mengangguk. Dia berusaha tersenyum meski sebenarnya dia tidak terlalu suka mendengar anaknya diremehkan seperti itu.

"Lagipula, kamu ini salah satu kebanggan kantor. Kalau bukan karena kamu dimutasikan dari pusat ke sini, mungkin kantor cabang ini sudah bangkrut berbulan-bulan lalu."

Mendengarnya Kazu kembali tersenyum simpul, "Aku hanya bekerja, kalau yang kukerjakan berdampak baik, aku bersyukur. Tapi kalau kebalikannya, aku harus cari perusahaan lain untuk menyambung hidup."

"Hahaha ... bisa saja kau ini. Sudah kembalilah bekerja, jangan lembur lagi hari ini." Ujarnya sambil menepuk pundak Kazu beberapa kali. Sebelum akhirnya memilih beranjak pergi.

"Baik, terima kasih banyak...."



Dia menangis seperti takut kehilanganku.



Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, sementara dia masih ada di depan mejanya, menyelesaikan sisa pekerjaan yang masih menumpuk.

名前のない愛 ( On Hold )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang