0

11.1K 1.1K 85
                                    

Hellow~

I'm back!

Kindly please re-read all part that I publish again.

There are some changes --maybe :')















Hidup ini berat. Percayalah!

Ong Seongwu sudah merasakannya. Betapa sulitnya membayar biaya sekolah sampai tingkat sarjana. Betapa sulitnya mencari kerja begitu kau lulus. Pula begitu kerasnya dunia kerja. Persaingan yang begitu ketat.

Entah ini sudah amplop keberapa yang Seongwu kirimkan ke berbagai macam perusahaan. Semua isinya sama, surat lamaran.

Sudah hampir 3 bulan Seongwu menganggur. Perusahaan tempatnya bekerja dulu mengalami kebangkrutan. Semua tabungannya sudah habis ia gunakan untuk menghidupi dirinya selama beberapa bulan terakhir ini.

Langkah kaki gontai pria bermarga Ong itu terhenti didepan sebuah butik. Ia menatap lekat tuxedo putih yang dipajang dietalase butik itu.

"Harusnya hari ini kita menikah bukan?" ia bergumam pelan

Ya harusnya hari ini adalah hari pernikahannya bersama orang yang sangat ia cintai. Semua persiapan sudah mereka rencanakan matang. Namun rencana indah itu harus ia kubur karena orang tua kekasihnya itu tak merestui hubungan mereka.

Mereka menentang hubungan sesama jenis!

Seongwu dan kekasihnya itu memang sesama jenis. Bukankah itu sudah menjadi hal wajar dijaman modern seperti ini? Ada banyak pasangan sejenis diluar sana. Toh hubungan mereka terlihat normal layaknya hubungan pria dan wanita.

Namun tidak dengan keluarga kekasihnya itu. Mereka mempunyai prinsip sendiri. Pandangan sendiri tentang hubungan semacam itu.

"Apa kau ingin mempermalukan keluargamu? Bagaimana bisa kau menikahi seorang pria?!"

Kata-kata semacam itu yang didapat Seongwu ketika mereka meminta restu.

Lalu berakhirlah hubungan mereka yang sudah terjalin hampir 4 tahun itu. Klise. Terlalu mudah untuk berpisah bukan?

Seongwu dengar kekasihnya itu --maksudku mantan kekasihnya-- sekarang dijodohkan dengan seorang gadis pilihan orang tuanya.

Bukankah hidup Seongwu benar-benar berat?

Batal menikah lalu menjadi pengangguran. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Dering ponsel membuyarkan lamunan Seongwu.

Ada nomor tak dikenal yang tertera dilayar handphone nya.

"Yeoboseyo?"

"..."

"Nee! "

Wajah Seongwu yang sempat layu mendadak berbinar lagi.

"..."

"Ahh.. Benarkah? Baiklah, saya akan datang tepat waktu."

Begitu sambungan telepon itu terputus Seongwu langsung bersorak gembira. Membuat beberapa orang dijalanan itu menoleh kearahnya. Namun cepat-cepat Seongwu menetralkan dirinya. Ia menutup mulutnya sendiri lalu bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

Menahan malu atas tingkah konyolnya.



















To Be OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang