"Kamu yakin mau dateng?"
Seongwu yang ditanya menghentikan aktivitas membenarkan penampilan rambutnya . Ia menoleh pada Minhyun yang berdiri bersandar pada pintu kamarnya.
"Iya, kamu gak mau dateng juga?" jawab dan tanya Seongwu
"Aku ada janji sama dosen buat selesaiin penelitian ku. Nanti kalau gak ketemu makin lama aku lulusnya."
Minhyun memang sedang masa-masanya berjuang untuk penelitian nya. Demi gelar dokter spesialis obsgyn sesuai mimpinya selama ini yang sudah didepan mata.
"Wu, gak usah dateng deh.." ucap Minhyun lagi "Nanti kalau disana ada apa-apa gimana?"
Seongwu justru tertawa kencang. Merasa konyol dengan apa yang Minhyun khawatirkan tentangnya.
Seongwu hanya akan menghadiri undangan pertunangan Jackson--mantan kekasihnya saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Jackson hanya bagian dari masa lalu yang sudah Seongwu tinggalkan.
Tunggu harusnya mungkin itu cukup berat. Tapi ayolah, Seongwu sekarang sungguh sudah tak apa. Ia baik-baik saja. Hatinya sudah jauh lebih baik. Dan itu semua berkat Daniel.
Mungkin memang akan beda ceritanya jika Daniel tak hadir dalam hidup Seongwu. Pasti sekarang ia akan menangisi pertunangan Jackson. Merutuki betapa malangnya Seongwu. L
Ia dan Jackson bahkan sudah menyiapkan pernikahan namun hubungan mereka justru kandas karena masalah restu. Dan sekarang mantannya itu akan bertunangan dengan gadis pilihan orangtua Jackson.
Tapi sekarang berbeda. Ada Daniel disisi Seongwu. Ada Daniel yang berhasil menyembuhkan hati Seongwu yang sempat remuk. Ada Daniel yang sekarang siap sedia menopang Seongwu. Ya sudah ada Daniel disisi nya.
Bunyi bel apartemen Seongwu terdengar.
"Itu pasti Daniel. Bisa minta tolong bukain gak?" dengan polosnya Seongwu memerintah Minhyun
Pria bermarga Hwang itu sempat bersungut. Namun ia tetap membukakan pintu itu. Dan benar saja sudah ada Daniel yang berdiri disana. Memakai setelan jas berwarna hitam yang sangat cocok dengannya.
Terlihat sangat tampan. Minhyun tanpa sadar memuji penampilan kekasih sahabatnya itu. Tak biasanya Daniel yang tampil seadanya dengan ripped jeans dan kaos memakai setelah baju formal seperti ini. Membuatnya tampak berbeda.
"Seongwu nya mana?"
"Masih dandan itu. Masuk dulu gih.." suruh Minhyun memberi ruang agar Daniel masuk
Ini baru pertama kalinya Daniel masuk kedalaman apartemen Seongwu. Selama ini dia hanya mengantar Seongwu sampai depan apartemen saja. Seongwu juga tak pernah mempersilahkannya untuk sekedar mampir. Padahal Daniel banyak berharap.
Apartemen itu tak begitu besar. Hanya ada sebuah kamar, ruang tengah yang menangkap ruang tamu pula dapur kecil yang tak disekat. Meski begitu apartemen itu tetap tertata dengan rapi dan bersih.
Daniel duduk di sofa berwarna coklat ditengah ruangan. Matanya kembali berkeliling mengamati ruangan itu. Tak banyak foto yang Seongwu pajang. Hanya fotonya dan Minhyun. Pula tak ada foto keluarga disana. Yang Daniel dengar Seongwu memang hidup sebatang kara. Kedua orangtua nya sudah lama meninggal.
"Maaf membuatmu menunggu.."
Seongwu keluar dari dalam kamarnya. Ia juga memakai setelan jas. Rambut pria itu ditata belah samping. Setiap gadis yang melihatnya pasti akan berdecak mengucapkan kata tampan. Tapi tidak dimata Daniel, kekasihnya itu terlihat lembut. Entahlah kata apa yang bisa Daniel ungkapkan untuk menjelaskan Seongwu dimatanya. Seongwu hanya terlalu sempurna.