DBY • END

6.9K 1K 245
                                    

Wajah Samah yang pucat pasi sudah basah dengan air matanya, saat ini dia duduk di samping Sehun yang berada di dalam mobilnya.

"Apa yang terjadi sama aku, hun?" Tanya samah untuk sekian kalinya, namun tidak ada jawaban dari Sehun.

"Hun, apa a--- a--- hiks a-ku udah ma-mati?" Samah menutup wajahnya dan kembali terisak-isak, suara tangisnya bisa membuat orang yang mendengarnya akan merasakan sakit di hulu hati, jenis tangisan yang memilukan. "Kenapa seperti ini hun? Kenapa aku bisa kaya gini? Apa aku juga koma kaya kamu? Hunnnnn aku mohon jawab!" Samah memukuli bahu Sehun, tidak ada yang Sehun rasakan karena tangan Samah menembus bahunya.

"Aku harus bagaimana? Kalau aku emang udah mati kenapa aku masih di sini? Kenapa aku tidak langsung pergi saja?!" Mobil berhenti di depan sebuah toko bunga. "Kamu mau beli bunga?" Tanya samah yang mengekor.

Sehun mulai berjalan menuju tempat bunga mawar, senyumanya mengembang.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya pemilik toko bunga ramah.

"Saya mau bunga mawar putih ini ya" Sehun menunjuk bunga mawar putih yang mekar cantik.

"Baik pak" Sehun tersenyum, sedangkan air mata Samah kembali menetes.

"Apa kamu sudah memiliki wanita lain? Secepat itu kamu lupain aku?" Tanya Samah kesal saat keduanya sudah berada di dalam mobil. "Aku tau cepat atau lambat kamu harus melanjutkan kehidupan kamu, tapi apa secepat ini? Ini baru tiga bulan dan kamu---" Samah tidak melanjutkan perkataannya, dia menatap ke arah luar dengan air mata yang tidak berhenti mengalir.

Sehun menghentikan mobilnya lalu beranjak keluar, sedangkan samah mematung di tempatnya, badannya bergetar saat melihat tulisan TPU.

"Apa Sehun datang ke kuburan aku?" Samah menggigit bibirnya, mau tidak mau dia turun lalu berlari mengejar Sehun yang sudah jauh, langkahnya terhenti saat melihat Sehun yang berjongkok di depan sebuah kuburan. Air matanya kembali mengalir saat melihat namanya yang tertulis di batu nisan. "Jadi-- aku beneran udah mati?" Samah ambruk dan terduduk di tanah, tidak, kali ini samah tidak menangis karena terlalu kaget. Terlihat sangat shock dan menyedihkan. Matanya bergerak ke arah Sehun dan bantu nisan bergantian.

"Apa kabar?" Sehun mengelus batu nisan. "Aku kangen kamu, aku bawa bunga mawar putih ini untuk kamu, aku tau kamu ga suka bunga mawar putih, tapi arti dari bunga mawar putih ini menjelaskan segalanya" Air mata Sehun mulai menetes, Samah menatap Sehun nanar. "Maafin aku karena menjadi pria yang lemah dan tidak bisa melindungi kamu, aku sok-sokan bilang akan melindungi kamu, tapi pada kenyataannya aku tidak bisa melihat apa yang kamu lihat itu menyerang kamu, maaf" Sehun menunduk dan meremas rumput yang mulai tumbuh, suaranya begitu lirih. "Di saat aku berfikir kita akan bahagia, tapi nyatanya tuhan tidak mengizinkannya, aku harus bagaimana sekarang? Tiga bulan ini aku lalui seperti di neraka, aku malas melakukan apapun, tapi sadar kalau aku tidak boleh terpuruk terlalu lama malah membuat aku sedih, bagaimana jika kamu masih ada di dunia ini dan melihat aku bersama wanita lain? Kamu pasti akan terluka dan menangis"

"Sehun...." Samah berdiri dan berlari ke arah Sehun. "Aku harus bagaimana sekarang?" Tanya samah duduk di samping Sehun, tanganya berada di udara, ingin menyentuh Sehun, namun tidak dapat dia lakukan.

"Aku harus bagaimana sekarang, sa?" Suara Sehun sudah serak.

"Aku sayang sama kamu hun, aku ga mau liat kamu sedih kaya gini" Samah mencoba menghapus air mata Sehun, namun tanganya tidak dapat menyentuh apapun.

"Aku sayang sama kamu sa, aku benar-benar hancur tanpa adanya kamu, apa sekarang kamu ada di sini? Aku merasa kamu di sini dan menangis melihatku, jika kamu ada di sini, jangan menangis ya, aku harap kamu bisa pergi dengan tenang, aku tidak mau kamu di dunia setelah meninggal" Sehun kembali mengelus batu nisan.

Devil Beside You • Osh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang