3 - Awal yang buruk

88 30 25
                                    

"Apakah ini wanita selanjutnya bos." Suara pria lain itu terdengar di belakang Alona.

"Apa maksudmu?" Alona kaget dan memutar badannya dan ternyata itu pria yang dilihatnya di dalam kamar tadi.

"Wanita selanjutnya? Apakah aku akan bernasib sama seperti wanita di kamar tadi?" Batin Alona yang mulai berfikiran negatif.

"Dia bagianku, kau merepotkan saja." George berbicara pada pria itu dan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Apa yang mereka bicarakan aku tak mengerti." Gumam Alona.

"Maafkan aku nona seksi, aku hanya ingin menyapamu." Seolah mengerti dengan kode tatapan George, pria itu langsung pergi.

"Apakah ada yang mereka sembunyikan?" Batin alona mencurigakan kedua pria itu, menatap George heran.

"Maafkan rekanku, kau bisa pergi aku sedang sibuk." George kembali berbalik badan dan berjalan meninggalkan alona.

Meskipun begitu Alona tidak menyerah, karna jika dia kembali maka usahanya akan sia-sia masuk kesini tanpa hasil.

"Tapi beri aku waktumu sedikit saja, ini tak akan memakan waktu lama." Alona mengikuti langkah george dari belakang.

"Bukankah semua orang tau tentang diriku, itu cukup familiar." George terus berjalan dan sampai disebuah halaman belakang rumah yang luas.

"Iya, tapi aku ingin lebih tau tentang dirimu." Jelas alona.

"Lalu apa yang kau ingin mulai tanyakan?" Tanya george dengan masih membelakangi alona.

Belum sempat menjawab pertanyaan George.

Tiba-tiba terdengar suara gebrakan dan tembakan dari arah dalam mansion.

Seketika George langsung berbalik badan dengan mengeluarkan pistol dari balik jas dan beberapa bodyguard langsung menghampiri George.

Alona hanya merunduk didekat George dan menutup telinga dengan suasanya yang mendadak tegang.

"Lama tak bertemu George." Sapa seorang pria bersenjata dengan beberapa pria berotot dibelakangnya.

"Tak butuh basa-basimu, usahamu merebut sahamku akan sia-sia." Jawab George.

Beberapa pengawal George langsung menodongkan senjata kearah pria yang membuat kerusuhan itu.

"Hei tenang boys." Balas pria itu terhadap perlakuan pengawal George.

"Oh shit! Kau telah membuat keributan dirumahku." George memalingkan wajahnya merasa jijik.

"Cukup cantik wanitamu George berapa harga yang kau pasang." Pria itu dengan sedikit tertawa.

"Aku bukan wanitanya, dan aku juga bukan wanita bayaran seperti yang kau fikir." Balas Alona membela diri, namun raut wajah yang ketakutan.

"Kau tak seharusnya terlihat, Amankan dia." Ucap george pada salah satu bodyguard.

Kemudian bodyguard bersenjata itu dengan cepat membawa Alona pergi.

"Apa yang terjadi, mau dibawa kemana aku." Batin Alona yang dibawa menuju sebuah tembok dan siapa sangka itu adalah sebuah pintu rahasia suatu ruangan.

"Apa yang terjadi, apakah dia akan baik-baik saja?" Tanya alona pada bodyguard yang menemaninya.

"Dia akan selalu baik-baik saja." Bodyguard itu menjawab singkat.

"Siapa pria tadi? Mengapa begitu menyeramkan?" Alona yang semakin penasaran.

"Kau tak perlu banyak bertanya kau bisa duduk dengan tenang disini." Bodyguard itu berdiri tegap disamping alona dengan sesekali mendengarkan sesuatu yang terjadi diluar melalui alat komunikasi yang ada ditelinganya.

"Huhh.. menyebalkan sekali kau sama saja dengan bosmu." Gumam Alona merebahkan dirinya disofa.

"Aku memang takut, terlebih narasumberku masih diluar sana dan aku tidak tau apa yang terjadi. Benar benar awal yang buruk" Batin alona.

Tak lama kemudian pintu rahasia itu terbuka dan terlihat wajah George yang tampan itu sedikit lusuh seperti habis bergulat dengan sedikit keringat di dahinya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya George yang tampak melepas dasinya.

"Ya.. aku harusnya yang bertanya begitu padamu." Jawab Alona tak bisa melepaskan pandangannya dari wajah George yang tampan.

"Karna aku hanya tak ingin ada tamu dirumahku yang terluka." George merebahkan dirinya diatas kasur dalam ruangan tertutup ini, dan menutup matanya seolah lelah.

Ruangan yang cukup nyaman seperti sebuah kamar, dengan beberapa perlengkapan hanya saja tertutup dan kedap suara.

Dan sepertinya hanya ruangan ini yang tidak terpasang cctv. Hanya ada Alona dan George di dalam ruangan.

"Apakah seperti ini sering terjadi disini?" Tanya alona.

"Apakah itu salah satu your list question for me?" George kembali bertanya.

"Maybe." Jawab Alona singkat.

"Hanya kedatangan tamu tak diundang." George menjawab enteng dengan mata yang masih terpejam.

"Tamu membuat keributan, mengganggu orang saja." Alona mengomel.

"Tak ada bedanya dengan kau, tamu mengganggu. Sudah diam dan pergi sana aku ingin istirahat." Jawab George menutup wajahnya dengan bantal.

"Tidak! aku harus mendapatkan wawancara dulu denganmu." Alona mulai berjalan melihat lihat barang disekeliling ruang rahasia itu.

"Tidak akan! aku lelah." Nada bicara George yang sudah mulai menahan kantuk.

"Lantas untuk apa ruangan ini dibuat?" Tanya Alona.

Namun George tak menjawab.

"Apakah kau selalu mendapatkan tamu yang bersenjata sehingga harus bersembunyi?
Atau kau memiliki hutang pada rentenir?" Tanya Alona.

"Namun rasanya itu tidak mungkin, karna kau sangat kaya saat ini." Alona bertanya panjang lebar tanpa jeda seolah mengomel.

Tiba tiba Alona merasa tangannya ditarik dan tubuhnya terhempas keatas tempat tidur dalam ruangan itu.

***
Continue...
What will happen?

Happy reading!!

Not Good GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang