4 - Penguntit?

87 24 19
                                    

Semua kegiatan itu membutuhkan energi. Terlebih lagi menunggu. -Alona Lyyn-

***

Tiba tiba Alona merasa tangannya ditarik dan tubuhnya terhempas keatas tempat tidur dalam ruangan itu.

"Apakah harus ku tutup mulutmu dengan mulutku agar kau diam? Sungguh mengganggu." George sudah berada diatas tubuh alona.

Tangan george memegang tangan alona dan wajah mereka bertatap sangat dekat, hingga ujung hidung mereka yang mancung bersentuhan.

Alona terkejut tak bisa berkata-kata, hanya jantung yang berdegub kencang dan hembusan nafas yang menderu, yang bisa dirasakan oleh George.

"Sial, aroma tubuhnya yang begitu maskulin menusuk hidungku, menjadi ciri khas dari tubuh kekar itu." Batin alona dengan mata terpejam ketakutan.

"Lihatlah wajahmu, apakah kau sungguh menginginkannya?." George menyeringai masih dengan posisinya.

Alona terkejut tak bisa berkata-kata, hanya jantung yang berdegub kencang dan hembusan nafas yang menderu, yang bisa dirasakan oleh George.

"Sial, aroma tubuhnya yang maskulin begitu terasa oleh hidungku menjadi ciri khas tubuh kekar nya." Batin alona.

"Lihatlah wajahmu, apakah kau sungguh menginginkannya?." George menyeringai dengan masih pada posisinya.

"NO! aku tak boleh terpikat padanya, dia pria angkuh, dingin dan gila." Batin Alona.

"Lepaskan aku." Alona mendorong tubuh george, tapi tenaganya tak sebanding dengan pria itu.

"Kau fikir aku tertarik dengan tubuhmu? jangan harap." Posisi George masih diatas tubuh Alona dan mencengkram kuat tangan Alona.

"Auuu.. Tanganku" Cengkraman George membuat Alona mendesis sakit.

"Kau begitu cerewet dan keras kepala sekali." George melepaskan Alona dan merapihkan pakaiannya.

"Dasar pria kasar." Gumam alona terduduk di sisi tempat tidur.

"Kau ingin kemana." Alona melihat george ingin meninggalkan ruangan itu.

"Mengapa aku harus memberitahumu." George acuh.

"Aku akan mengikutimu, aku tak ingin disini." Alona berdiri dibelakang George.

"Apa sekarang kau tetap ingin mengikutiku?" Ucap George memasuki toilet.

"You're Crazy!" Teriak Alona.

"Bukankah kau ingin mengikutiku? Akan ku tunjukan sesuatu jika kau kemari." Goda George dari dalam toilet dan terdengar suara keran air mengalir.

"You're Jerk!" Gumam Alona.

"Tak ada yang menyuruhmu disini kau bisa pergi." George keluar dari toilet dan melangkah pergi.

Tanpa mengucapkan apapun Alona terus mengikuti George dan memasuki mobil duduk di kursi belakang.

"Ya! Aku bukan supirmu. Cepat keluar!" Bentak George.

"Sudahku bilang aku tidak akan pergi." Alona tak takut dengan gertakannya.

"Shitt! Kau menyusahkan sekali!" George menatap Alona kesal.

"Keluar dan duduk di depan, memang kau pikir aku ini supirmu? Cepatlah! Aku sangat membenci ini." George mulai tak tahan.

"Bagaimana jika aku keluar dan dia meninggalkanku pergi? Tidak akan kubiarkan" Batin Alona.

Tiba-tiba Alona melangkah ke kursi depan dengan rusuh dan duduk dikursi sebelah kemudi George.

"What are you doing?" Tanya George kaget melihat kelakuan wanita itu.

"Ready. Bukankah kau memintaku duduk di kursi depan?" Alona tersenyum paksa menatap George yang kesal.

"Persetan dengan jalang! Shit." George mulai melaju dengan mobil mewahnya.

"Sungguh nekat, kau seperti penguntit." George geram, memacu mobilnya dengan kencang.

"Apakah sekarang kau akan membunuhku? pelankan mobil ini." Teriak alona ketakutan memejamkan matanya dan memegang erat sit beltnya.

George hanya tersenyum tipis melihat wajah alona yang ketakutan.

"Untuk kedua kalinya kau membuat jantungku hampir copot." Alona menghela nafas ketika mobil tersebut berhenti.

"Ku bilang jangan mengikutiku terus." George keluar dari mobil.

"Perusahaanmu? Apakah kau ingin wawancaranya disini?" Tanya alona berjalan menuju pintu masuk.

"Aku tak pernah mengatakan begitu." George masih dengan pendiriannya.

"Ya, terserahkau." Gumam alona.

Ketika memasuki gedung semua orang langsung menundukan sedikit badan memberi hormat kepada George dan Alona yang berjalan dibelakangnya.

Alona nampak risih dan tak terbiasa akan hal itu, sangat jauh berbeda dengan ekspresi wajah george yang sudah terbiasa.
Wajar saja dia pemiliknya.

George langsung menuju ruang kerjanya.

"Saat yang tepat untuk wawancara bukan?" Alona langsung mengeluarkan kameranya saat diruang kerja George.

Tak ada jawabannya dari George dia hanya langsung sibuk dengan berkas diatas mejanya.

"Bisakah aku minta waktu anda sebentar tuan, ini sudah sore dengan begitu aku bisa langsung pergi." Alona duduk di depan pria itu.

"Aku sedang sibuk, akan ada meeting. Kau bisa menunggu disana." George menunjuk kesebuah sofa disudut ruangan tanpa melihat Alona.

"Baiklah, aku akan menunggu lagi." Alona menghela nafas.

"Just waiting, waiting again, waiting for you." Alona terus bernyanyi dengan nada yang tidak jelas menyindir George dari kejauhan.

*Ppuukk....*
Gumpalan kertas mengenai kepala Alona.

"Ya! Apa yang kau lakukan. Kekanakan sekali." Alona yang kesal dan bosan menatap tajam George.

"Jangan berisik diruanganku." Ucap George yang masih sibuk.

"Menyulitkan sekali, nampaknya dia hanya mengerjaiku." Batin Alona.

Tak lama kemudian.
"Ada apa." Jawab George kepada sekertarisnya melalui telfon kantor.

"Maaf sir, ada pesanan makanan dari cafe depan katanya dari ruangan anda?" Terdengar suara wanita itu dari balik telfon.

"Aku tak memesan makanan." George heran.

"Maaf, itu makananku dan aku yang memesannya." Alona langsung memotong pembicaraan telfon mereka.

George menghela nafas.
"Antar saja keruanganku." Ucapnya pada sekertaris itu.

"Wanita jalang sialan." George mengumpat.

Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu ruangan kerja George.

***
Continue...

Happy Reading!
Semoga kalian menikmatinya^^

Not Good GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang