6 - Terabaikan.

58 14 14
                                    

Nampaknya aku sudah mulai terbiasa tanpa kehadiran dan kabar darimu.
-Alona Lyyn-

***

Ingin meninggalkannya namun mengapa rasanya tak tenang.

Ah wanita menyulitkanku saja.

"Kemari jaga wanita di ruanganku, dan antar dia pulang." Ucapku pada salah satu bodyguard melalui alat komunikasi HT yang terhubung langsung dengan beberapa bodyguard terpercayaku.

Ya saat ini diriku cukup terjaga dengan berbagai pengawalan dan keamanan high sistem yang telah aku tingkatkan pada bisnisku.

Ini semua karna aku tidak ingin pengalaman buruk yang pernah terjadi terulang kembali itulah alasan dan keuntunganku saat ini.

Tak lama kemudian.

"Jangan bawa dia padaku, tapi tetap jaga dan awasi dia." Tambahku saat bodyguardku memasuki ruangan.

Nampaknya aku mulai bisa melepaskan diri dari wanita ini dan merasa bebas.

Aku langsung melangkah pergi untuk melanjutkan pekerjaanku.

Author POV.

"hoaamm..." Alona menguap seraya meregangkan tangan dan badannya reflek alaminya sehabis bangun tidur.

"sudah bangun nona, cukup lama kau tertidur." Ucap seorang bodyguard pria duduk disampingnya.

"hah. Siapa kau? Dimana Mr. George?" Alona yang kaget melompat dari tempat duduknya.

"dia sibuk, sudah malam mari ku antar pulang." Ucap pria itu melihat kearah jam dinding yang menunjukan pukul 11 malam.

"what? Aku tertidur selama itu?" Alona kaget melihat jam dinding itu.

"cepatlah jika ingin kau ingin ku antar pulang." Pria bertubuh kekar itu berjalan keluar menuju pintu ruangan George.

"tapi, urusan ku dengan Mr. George belum selesai." Alona merapihkan pakaiannya dan rambutnya yang berantakan sehabis tidur.

"sebaiknya jangan menemuinya lagi." Pria itu melangkah keluar dan menutup pintunya.

"oh shit! Sia-sia hari panjangku menunggunya diruangan sial ini." Alona kesal dan berjalan mengikuti bodyguard itu.

Saat keluar dari ruangan George, nampak suasana kantor yang cukup sepi karna sudah malam.

Dan dari arah meja sekertaris George juga sudah tak ada wanita itu disana, hanya ada beberapa orang kebersihan.

Alona berjalan mengikuti bodygurd pria itu menuju parkiran.

"Apakah kau sudah lama bekerja dengannya?" Tanya Alona pada bodyguard itu.

"Hmm." Pria itu hanya mendehem.

"Ayolah, jangan terlalu kaku padaku, apakah bos mu itu selalu dingin pada setiap orang terutama media?" Tanya Alona berjalan dibelakang pria itu.

"Tugasku untuk mengantarmu pulang, tidak untuk menjawab pertanyaan nona terimakasih." Jawab pria itu tegas dan sembari membuka pintu mobil.

"Orang-orang disini benar-benar mengabaikanku." Batin Alona yang terpaksa mengakhiri harinya dengan hasil tugas yang kosong.

Alona dalam keheningan perjalanan pulang hanya ditemani oleh seorang supir dan bodyguard George.

Alona begitu terkejut saat mobil yang mereka naiki sudah memasuki bangunan apartment Alona, karna sedari tadi Alona belum menunjukan jalan.

"Mengapa kalian bisa mengetahui alamatku?" Tanya Alona penasaran pada supir yang mengantarnya.

"Jelas itu bukan hal sulit bagi kami nona mengetahui segalanya." Bodyguard itulah yang justru menjawabnya.

"Jelas saja aku seorang jurnalis terkenal siapa yang tak mengetahui alamatku." Batin Alona dengan percaya diri yang tinggi.

Saat mereka sudah tiba di apartemen Alona,
tanpa berbasa-basi lagi Alona langsung keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya dengan kasar.

Dengan wajah yang lelah dan lesu Alona memasuki Apartment dan menaiki lift menuju lantai 30 dimana kamarnya berada.

Menempati apartemen mewah Leonard 56, dikawasan New York dengan 60 lantai dan harga 47 juta dollar AS atau Rp 617 miliar merupakan salah satu warisan yang diterima Alona dari orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menempati apartemen mewah Leonard 56, dikawasan New York dengan 60 lantai dan harga 47 juta dollar AS atau Rp 617 miliar merupakan salah satu warisan yang diterima Alona dari orang tuanya.

Lahir dari keluarga bisnis yang cukup kaya tidak membuat Alona mengikuti langkah orang tuanya.

Jiwa Alona bukanlah menjadi seorang pembisnis melainkan seorang jurnalis yang ia impikan sedari kecil.

Sejak ditinggal orang tuanya ketika remaja membuat Alona bebas, mandiri dan bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dan menentukan pekerjaannya.

Jika saja orang tuanya masih ada mungkin ia akan dipaksa menjadi seorang pembisnis.

Sesampainya di kamar Alona merebahkan diri diatas kasur dan membuka tab kerjanya.

Alona kesal karna tak ada yang dapat ia laporkan dari kerjanya hari ini yang sia-sia.

"Bitch of son!" Alona mengumpat kesal dengan memutar beberapa lagu untuk menenangkan moodnya.

Alona masih terus mencari info dari file yang dimilikinya mengenai George.

Masih terfokus dengan filenya, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu apartmentnya.

"Who is that? Oh, so tired today. Tamu macam apa datang semalam ini." Gumam Alona menuju pintu.

"How are you baby?" Sapa seorang pria ketika Alona membuka pintunya.


***
Continue...
***

HAPPY NEW YEAR READERS!
Give your vote and comment.
Thankyou.

Not Good GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang