6

212 33 1
                                    

renjana pov.

Setelah aku berteriak.
"ARKAAAAAAAA!" sambil nangis dia datang. Ya, arka datang. TAPI DALAM MIMPIKU:"

Kenyataannya dia tidak datang seperti yg kuharapkan di film film, dimana sang kekasih hati datang ketika pacarnya memanggil namanya minta tolong. Hah, memyedihkan sekali aku ini.

Setelah aku memanggil nama arka, 4 orang ini hanya tertawa. "Hahahahaha, dia memanggil manggil arka. Namaku bukan arka sayang."

Mereka pasti udah sinting. Putus harapan karena aku tau sia sia aja aku meneriaki nama arka, aku berusaha untuk lari.
Tapi aku sadar kalo kakiku berdarah karena jatuh tadi, dan bukan berdarah saja, ternyata kakiku bengkak luar biasa dan berwarna ungu! Tak bisa kah aku lebih sial dari ini?!!!

'BUAKHH'
Demi tuhan, it-itu arka! Dia datang?!
"APA APAAN LO?" kata salah satu diantara mereka ber-4.
"Mau mati?" tanya arka.
Setelah berkata seperti itu, 10 orang ah engga 10 orang lebih menuju ke arah arka. Ya, diantaranya adalah kak saka sama kak genta.

"Enyah atau mati?" kata arka memberi pilihan kepada 3 org itu (kenapa 3, karena 1 org yg satu lagi udh pingsun dibikin arka.) setelah mendengar kata kata arka ke tiga orang itu lari terbirit birit. Mereka bahkan meninggalka temannya yg pingsan! Teman macam apa mereka itu?!!

"Ehm...te-terima kasih." kataku ke arka.
arka hanya memandang ke arahku dan melirik lututku yg terluka, tetapi dia gk ngomong apa apa.

"Bereskan mayat ini!" kata Wira ke ank buahnya. Dan mereka segera menarik bocah pingsang itu dan meletakkan ke tumpukan plastik di pembuangan sampah, betapa kejamnya mereka.

Kak saka dan kak genta berjalan ke arah ku dan arka.
"Woi arka! Cewek lo luka noh kakinya!" kata kak genta.
"Kamu bisa jalan gak dek?" tanya kak saka.

Aduh bego kenapa aku bilang bisa, padahal udh jelas jelas bengkak kayak gini.

"Bisa kak, tentu aja bisa kak," jawabku sambil mencoba untuk berdiri, luka itu ternyata lebih menyakitkan dari kelihatannya. Begitu mencoba berdiri, lututku lemas dan aku jatuh lagi.

🌼🌼🌼

"Naik ke punggung gue dek, biar gue anter pulang," kata kak saka.
"Gak papa kak?" tanyaku ke kak saka, padahal aku pengen banget di gendong kak saka.
"Gak papa kan?" kata kak saka sambil melirik ke arah arka.

"ngapain lo ngeliat ke arah gue? Kalo mau gendong ya gendong aja. Gue ogah gendong babi seberat dia di punggung gue," kata arka.

Gk bisa apa dia sedikit lebih baik ke aku, mengingat dia yg buat aku kek seperti ini?!
"Gue juga ogah lo gendong gue!" teriakku, "jangan lo jawab gue!" kata arka lagi.

Yah, itu terserah apa mau si arka. Yang penting aku di gendong kak saka ueueueue!!
Akhirnya keberuntungan beralih kepada ku juga hari ini! Aku di gendong kak saka di punggungnya. Bahunya lebar sekali, dan rambutnya wangi, entah shampo apa yg di pakai kak saka. Akhirnya, kami berjalan ke jalan yg sedikit ku kenal sekarang.

Dan aku sangat berterima kasih karena kak saka udh mau nanwarin aku untuk di gendong sejauh ini. Aku jadi berfikir apa aku gk berat? Tapi gk mungkin, terakhir kali aku timbang beratku 55kg? Dan tinggi ku 175.

55kg?! Pasti kak saka leberatan ya?! Aku aja bawa tas sekolah aja aku udah kecapean, apa lagi kak saka yg menggendongku sejauh ini!

'Turunin aja gue kak kalo lo kecapean" kataku ke kak saka.

"Engga kok, lo ringan."
"Berat gue 55kg loh kak dan lo bilang gue ringan?! gendong kucing gue yg beratnya 5 kg aja gue udh setengah mati!"
"Ehm, mungkin lo lupa kalo gue sering ngegym. Jadi gendong lo itu gampang buat gue,"

Oiya aku lupa kalo kak saka sering ngegym. Pokonya aku seneng banget dan merasa beruntung banget udah jadi renjana untuk saat ini!

Saking senengnya, mungkin bisa aja aku meluk kak saka sampai dia sesak nafas. Tapi kebahagianku hanya berlanjut sebentar saja, sampe arka ngomong, "turun."
"Apa?" kataku serentak dengan kak saka.
"CEPAT TURUN KATA GUE DASAR TULI! TURUN DARI GENDONGAN SAKA BUMI! OI BUMI, GAK BISA LO LIAT? CEWEK INI NGELIAT PUNGGUNG LO SAMPE NGILER KAYAK MAU MAKAN LO?! SEBAIKNYA LO CEPET TURUNIN DIA SEBELUM GUE TARIK DIA!"

Entah apa yg ada di otaknya! Dia gila atau apa sih?! Tapi mendengar kata katanya itu aku sempet mengelap mulutku bentar, takut kata kata arka itu bener kalo aku ngiler.

Aku turun dari punggung kak saka dan berdiri dengan satu kaki. Aku kesal sekali sama bule sialan ini. Pengen gitu aku remas mulutnya dan kucabut lalu ku buang ke tong sampah terdekat.

"Woi bumi, pulang sana. DAN KALIAN SEMUA JUGA PULANG SANA!" kata arka ke kak saka dan pengikut pengikut lainnya. Akhirnya kak saka dan pengikut pengikutnya pulang.

- to be continue -

A R K A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang