10

188 31 1
                                    

renjana pov.
Aku baru sadar kalo dia itu sangat wangi saat aku sedang memperban dia. Wanginya bukan wangi maskulin kyk cowok biasanya tapi baunya kyk bedak di campur cabun jadi satu. Ah! Aku tau bau ini! Ini BABY COLOGNE!!! Muahahaha! Cowok berandal pake baby cologne!!

"Kak? Lo pake baby cologne ya?" tanyaku.
"Apa peduli lo?!
"ih, sok sinis amat si baby???"
"TUTUP MULUT LO! PERBAN AJALAH DAN JANGAN BANYAK NGOMONG!" hadeh mulai lagi-_-
"Dasar bule sinting!"
"APA-" baru aja dia mau meneriaki ku tapi kak genta datang dan berteriak.

"Oi ka! gimana punggung lo? Baek baek aja?" dari kata katanya. Memang kak genta keknya khawatir akan lukanya. Tapi dari ekspresi sama nada bicaranya, keknya dia udh biasa sama kak arka yg dpt luka kek gini, jadi dia nanya keadaan cuma buat basa basi doang.

Di belakang kak genta ada kak saka. saka?! Oh cintaku, waktu melihat dia aku memang selalu nge blush, dia tipeku bangett! Mata indahnya, rambut hitam legamnya, bibir kissablenya, Jahahaha.

Aku rasa ada pandangan menusuk dari sampingku. Kuliat itu kak arka lagi ngelirikku dgn lirikkan mematikan.
"Liat apa lo? Mau mati?!" setelah sadar sama apa yg maksud kak arka, aku berhenti memandangi kak saka.
"Eh?! Ap-apa yg kalian lakuin berdua disini?!" teriak kak genta. Dia ngomong begitu karna dia ngeliat aku lagu memegang punggung kak arka (memasang perban) yg telanjang dada.

"Ih~~ renjana genit yaa??" kata kak genta dgn alay nya dan di tambah ekspresi menjijikkannya.
"Jangan mikir yg engga engga deh kak genta! Gk bisa liat lo kak kalo gue lagi merban punggung kak arka?! Dan jgn sok sok akrab sama gue!" teriakku
"Ihh~ renja jahat ih, kita kan bff na."
"Bff? Pala lo peang!"

Sesaat aku lupa diri dan mulai berteriak kepada si monyet ini. Padahal ada kak saka gara gara kak genta gk bisa deh aku jaim di depan kak saka. Tapi kak saka melihatku biasa aja. Mungkin menurut kak saka sikap ku biasa aja.
"Eh ka, org yg mukul lo udh kami tangkap dan kami habiskan." kata kak saka.

Aku gk peduli apa yg terjadi sama ank smanlim itu. Yg pasti aku kasihan dia karena aku menendang 'permata' nya. Dan sekarang harus berurusan sama kak arka.

👐👐👐

"Bagus, kek mana ank buahnya?" kata kak arka.
"Udh kami habisin juga."
"Hm. dengan ini mereka gk berani lagi berurusan dgn kita lagi."
"Knp kalian bisa berantem sama mereka?" potong ku
"Waktu itu arka lagi beli roti, tapi roti terkhirnya di ambil sama ank smanlim yg ternyata ketua di smanlim. Dan arka mulai memaki makinya, terus mereka ngajak berantem. Jadi kita oke oke aja karna kami udh lama juga gk berantem" jawab kak genta. Sekarang aku tau kenapa mereka berteman, karena mereka punya sifat yg hampir sama yaitu, "PSYCOPATH!'

"Keknya lo baek baek aja ka. Nah, sekarang kami mau nongkrong di rumah naresh. Lo mau ikut gk ka?" tanya kak saka. Aku memandang kak arka dgn tatapan gk setuju, dia ngeliat aku bentar terus dia ngomong kek kak genta.
"Gue gak ikut gen, luka gue blm sembuh. Gue mau pulang aja, mau tidur."

Aku kaget dgn jwbnya. Dan lagi, lukanya udh agk sembuh. Jangan jangan dia masih ingin bersamaku. Hooh!
"Tumben ka, biasanya lo gk pernah tidur sebelun jam 3 pagi! Dan lagi ini baru jam sepu-UPHH! UPH!" belum siap kak genta ngomong, tapi mulutnya udh dibekap sama kak saka. Dan kak saka meneriknya untuk pergi.
"Yaudah ka kami pergi dulu! Selamat bersenang senang!" kata kak saka.

Lalu mereka bedua pergi dan meninggalkan kami berdua disini.
"Kenapa lo gk ikut nongkrong kak? Luka lo udh mau sembuh kok."
"Oh yaudah, gue pergi nongkrong aja." katanya sambil berdiri.
"Tunggu-" kataku sambil memegang kepalanya. Kenapa jadi aku yg megang tangannya??
"Apa?"
"Tetep di sini kak." entah knp kata kata ini bisa keluar dari mulutku.

arka tersenyum tipis dan duduk di sampingku lagi, dan aku baru sadar. Kalau baru kali ini aku liat dia senyum! Senyumnya manis banget, bisa kebayang terus nih sama senyumnya.

"Pake baju lo kak." kataku sambil menyerahkan kemejanya. Dia mengambil dan mulai mengancingkannya satu per satu
"Besok ganti perbannya, ganti yg baru. Jgn di biarin aja nanti bengkak terus lama sembuhnya."
"Iya iya, besok lo yg ganti."
"Loh, kok gue?"
"Udh diem, lakuin ajalah." akhirnya aku diem. Karna aku emg ingin merawatnya lagi, hehe.

Lalu dia berbaring di sebelahku dgn kepala di pangkuan ku.
"Eh kak, apa itu di bawah mata lo kak?" aku melihat garis merah di bwh matanya. Tepatnya di pipi atasnya.
"Ah, ini? Terluka waktu kelahi tadi. Keknya ada yg pegang pisau."
"Aduh! Sini gue obatin juga!" kak arka duduk terus kutarik mukanya biar menghadapku. Lalu ku olesi luka itu dgn kapas yg beralkohol.

Tumben dia diem aja? Padahal dari tadi aku ngoceh terus waktu aku mengobati punggungnya. Aku menoleh ke atas, dan pada saat itu aku tau knp dia diem aja. Dia lagi memperhatikanku. Meperhatikan mukaku. Ada apa di mukaku sebenernya? jangan jangan ada kotoran di mata ku. Atau bulu hidungku keluar?

- to be continue -

A R K A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang