9

194 31 0
                                    

renjana pov.

Aku dan ale jalan jalan (eh sebenernya cuma ke minimarket depan gang rumah) menikmati udara malam yg segar, sampai kami sampai di indoapril terdekat, untuk beli cemilan dan soda.

Karna aku lagi seneng, aku yg membayar semua cemilan dan sodanya. ale heran karna aku yg membayar semuanya dan sampai kami mengarah pulang ke rumahku.

"Coba tiap hari lo kek gini na, gue bisa beli baju baru deh." kata Diandra.

"Jangan mimpi terlalu tinggi le, kali jatuh sakit. btw minggu depan lo lagi yg bayarin gue!" balasku.
"Hah, dasar perhitungan!"

Yayaya, anggap saja aku tak mendengar kata katanya itu. Berhubung aku lagi senang, aku gk mau moodku jelek hari ini.

"Eh na, liat tuh!" Kata ale sambil narik tangan ku.
"Apaan elah??"
"Itu liat! Kak arka anjir!"

Heee?! arka? Mana? Org yg di tunjuk ale masih pake seragam sekolah. Dan itu seragam sekolah yg sama dgn sekolah ku smagas.
Ah bener, itu arka! Rambut pirangnya itu cuma punya arka.

Karna belum ada kulihat ada yg rambutnya berwarna pirang di sekolah. Ya, walau gk bisa kuliat mukanya dengan jelas karena gelap, tapi rambut pirang nya yg berkilau itu udh cukup bagi ku buat mengenalinya. Dia jalan sambil merokok. Entah dari mana dan mau kemana dia, aku pun gak tau.

Tapi, bukan nya itu aneh? Ya aneh, kenapa dia sendirian? Biasanya dia selalu pergi dgn pasukannya, dan bajunya kotor lagi! Banyak cap sepatu sana sini! Bahkan celana bagian lutunya sobek.

Ah! Aku ingat, dia kan habis berantem. Dia bilang mau berantem sama smanlim. Mungkin mereka udh selesai berantem. Ah jadi kepo siapa yg menang.

"ar-" aku berniat memanggilnya, saat dimana cowok berseragam smanlim memukul punggung arka dengan tongkat kayu dari belakang, arka jatuh sambil memegang punggungnya.

Cowok smanlim itu mengangkat tongkat kayu nya lagi dan mulai mengayunkannya utk memukul arka lagi. Reflek, aku teriak "TIDAAAKK!!!" sambil berlari ke arah cowok smanlim itu. Cowok smanlim itu teralihkan perhatiannya kepada ku. arka melihatku kaget.

🌙🌙🌙

Aku tau, aku cuma punya waktu 3 detik sebelun cowok Pajajaran ini sadar dan mengayunkan tongkatnya kepadaku. Jadi, aku menahan nafasku dan membiarkan instingku berjalan.

'BUAKKKKK!!!!'
Aku menendang si cowok smanlim itu. Tepat di bagian tengah, di tempat paling berharga dan sensitifnya. arka terkejut melihatku, sedangkan ale berteriak "BULL'S EYE!" Dan "double kill!"
Si cowo smanlim itu jatuh dengan kepala lebih dulu mendarat baru badan. Sambil memegang mutiara kehidupan nya.

arka masih dalam keadaan shok, tapi akhirnya dia ngomong.
"Ja-jangan pernah lo lakuin itu sama gue, LAGI!"
Di dengar dari suaranya, aku tau kalo dia bersungguh sungguh biar aku gk melakukan ini lagi ke dia.( sebelumnya aku kan pernah menghentakkan lutut ku ke masa depan arka) dan aku hanya tersenyum saja mendengar arka ngomong kek gitu.

"Ashh pelan pelan! Gk bisa lo pelan sikit hah! Entah kenapa lo bisa lahir dengan perlakuan lo yg kek gini!" kata arka.

Kutekan punggungnya yg luka dengan kapas beralkohol untuk mengobati lukanya.
"ASHH! SAKIT! LO MAU MATI?!"
"Berisik! Kalo lo gk bisa diem, Bakal tambah sakit. Tahan aja ngapa jangan kek anak mami!"
"Tutup mulut lo!" teriak arka.

Ya, disinilah kami. Di bangku taman deket rumah ku. Setelah sebelumnya aku pulang buat ngambil kotak P3K untuk mengobati punggung arka yg terluka ya bisa di bilang parah lah.

Aku nyuruh ale pulang dan nelpon kak gemta buat ngabarin keadaan arka, dan ale nurut aja selain nurut juga bisa apa. Tapi aku tau, sebenernya ale nurut aja karena takut melihat luka kek gini. Dan dia juga malu ngeliat cowok bertelanjang dada. (jgn pikir aku mesum atau apalah, tentu aja aku sedikit malu. Tapi aku udh biasa karna adekku si sagara sering keluar kamar mandi hanya dengan celana dalam saja, dan kadang kadang Sagara menambahkan atraksi menari nya-_-)

Punggung arka sangat lebar. Kira kira sama besarnya dgn punggung kak saka, hanya saja arka lebih lebar dikit. Ternyata punggungnya penuh bekas luka. Sepertinya bukan pertama kali dia dapat luka kek gini.

'Ckrek'
arka menghidupkan korek apinya buat membakar rokoknya. Reflek, kutarik rokoknya dan koreknya, dan ku lepar jauh sejauh jauhnya.
"HEH! Apa yg lo-" protesnya
"Denger ya, gue gk suka bau rokok, dan lo kira lo bisa enak enakan merokok sementara gue keganggu sama asap lo? Lebih baik lo diem biar cepat gue ngobatin luka lo."
"Terserah.." dan dia ngeluarin lagi rokok sama korek dari kantong celananya. Huh, bener bener org ini. Pinter sekali dlm membuat ku kesal!

"GUE PERGI!" teriakku, lalu aku membereskan perlengkapan P3K dan bergegas pergi. Tapi sebelun bisa aku pergi, arka memegang pergelangan tangan ku.
"Lepas ka," kataku
"........kak........" dia cuma bilang kak sambil merokok.
"Lepasin gue kak!" teriakku lagi.
"Pergi aja sana. Kata lo mau pergi?" wah sepertinya di org ngajak berantem.

"Kalo lo gk mau ngelepas kek mana lah gue bisa pergi?!"
"Yaudah, pergi sana. Ngapain masih disini?" katanya sambil merokok dan memegang tanganku kuat kuat. Tindakan sana perkataan bener bener beda. Entah apa isi di dlm otaknya itu.
"Lo matiin rokonya, baru gue gk pergi."

Akhirnya di jatohin rokoknya dan di injak. Sambil masih terus memegang tanganku dia berkata,
"kenapa masih disini?! Pergi sana!"
Lalu aku duduk di sebelahnya, "Hadap ke depan, biar gue bisa ngobatin punggung lo. tinggal perban aja kok."

Dia nurut aja gk ada protes. Akhirnya si liar ini bisa diem juga. Kuperban punggungnya dgn melilitnya dari dada sampe ke punggung. Sejujurnya aku malu, karna waktu mutar perban aku jadi dalam posisi meluk dia dari belakang...hehe... mantap.

- to be continue -

A R K A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang