In Your Arms

740 61 31
                                    

-

-

-

* Minseok POV
- 2 bulan sebelum pertemuan -

Hari ini aku pulang dari rumah sakit. Aku sudah merasa baik meski belum sepenuhnya. Karena, rasa sakitku ada di dalam hatiku bukan di ragaku. Walau begitu, aku tetap senang. Setidaknya aku mempunyai teman yang selalu berada di dekatku, mungkin, aku harap. Sebab itulah, aku akan berusaha terus menjalani kehidupanku seperti biasa, tapi dengan sedikit perubahan dalam diriku.
Aku rasa, akan menjadi agak susah untuk tersenyum lagi. Bagiku, begitu sulit menyunggingkan sebuah senyum. Tiap kali aku mengingat hal yang indah, saat itu pula aku akan teringat kenangan pahit. Ingin rasanya aku bisa melupakan semuanya, seperti kemarin.
Sekali lagi, ini adalah takdir yang sudah di gariskan padaku. Aku hanya seorang manusia, bisa apa? Menerima dan menjalaninya, bukan?

Hari ini, saat aku pergi jalan-jalan ke taman rumah sakit, aku mendengar suara itu lagi. Apa ini hanya sebagian hasrat dari imajinasiku yang amat merindukan dia? Sehingga aku berulang kali mendengar suaranya di waktu yang sama. Entahlah, tapi aku benar-benar merindukannya sekarang. Aku tahu dia mungkin sudah pergi dan tak kan kembali, tapi, seandainya aku di beri kesempatan yang kedua, aku tak akan pernah melepasnya lagi. Apapun yang terjadi, dia akan menyukaiku atau tidak, masih mengingatku atau tidak, itu tidak penting bagiku. Yang terpenting dia ada dan berdiri di sisiku, itu sudah cukup untukku.
Apa aku terlalu berkhayal?
Yah, mungkin saja, sebagian otakku kurasa sudah mulai kehilangan kewarasannya. Sudahlah, ini sebaiknya ku simpan dalam-dalam di memoriku. Biar tak ada seorang pun yang tahu.

Tok tok tok!

Aku menoleh ke pintu, kepala Sehun melongok dari balik pintu. Sehun tersenyum menyapaku, kemudian masuk di susul yang lain. Aku tersenyum tipis membalas sapaan mereka. Aku tahu sikap mereka seperti ini sebenarnya menyimpan rasa penasaran yang besar terhadapku. Terlebih Baekhyun, dia berulang kali melirik gugup ke arahku, tapi aku pura-pura tak tahu, aku sibuk melihat keluar jendela.

"Minseok hyung, semuanya sudah selesai, kita tinggal pulang. Kau sudah selesai bersiap?" Sehun bertanya sambil melihat sekeliling, kalau-kalau ada barang yang tertinggal, sedangkan aku bergumam 'ya' saja.

Sepanjang perjalanan begitu senyap. Kami berlima menaiki van milik Yixing, jadi tidak berdesakkan. Aku memilih duduk tengah di dekat pintu, Sehun dan Yixing di depan, Baekhyun dan Jongdae di belakang. Mereka tampak saling lirik satu sama lain, kentara sekali suasana canggung menyelimuti.

"Minseok, kau benar-benar sudah tak apa? Maksudku, kau sudah tak merasa sakit lagi kan?" tanya Baekhyun, mencoba memecah keheningan.

"Aku sudah baik-baik saja, Baek, tenang saja," jawabku,
"Kalau kau punya sesuatu yang ingin kau tanyakan, katakan saja. Jika memungkinkan aku untuk menjawab, maka akan ku jawab."

Kulirik lewat spion, Sehun menatapku begitu pula Yixing melirik sekilas padaku. Mereka sangat menginginkan penjelasan rupanya.

"Kenapa diam saja? Tak ada kah hal yang ingin kalian sampaikan atau tanyakan padaku? Seperti soal mayat di gunung misalnya," ujarku.

Ciiiit..!!

Yixing terkejut dan mengerem mendadak, hampir saja semua terlempar ke depan.

"Yixing! Kau sudah gila! Menyetir yang benar! Tck!" Jongdae.

"Yaak, Yixing! Kau ini kenapa?! Perhatikan jalanmu!" Baekhyun.

"Yixing hyung? Kau tak apa? Ada apa denganmu? Aku tahu ini mobil kepunyaanmu, tapi berhati - hatilah!" Sehun.

"Mianhae, aku tak melihat lampu merah. Jadi aku berhenti mendadak saat mobil di depanku berhenti mendadak. Mian, kalian tak apa kan?" aku melihat mereka semua mendengus, mereka tahu Yixing berbohong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Future is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang