Who Are You

466 51 8
                                    

-

-

-

* Lu Han POV
At hospital, 2 days later

Aku sudah selesai menjalani pemeriksaanku. Aku merasa gugup sekarang, entah kenapa. Aku merasakan ada sesuatu yang hilang. Mereka bilang aku mengalami amnesia ringan, tetapi kenapa tetap saja aku merasa ada yang kurang? Orang-orang di rumahku berkata aku sudah mengalami koma selama hampir 4 bulan lamanya. Tak ada yang mengetahui apa sebenarnya yang terjadi padaku sebelum aku mengalami koma. Aku? Haha, aku? Tentu saja tak mengingatnya. Jangankan untuk mengingat apa penyebab aku terbaring koma, hari dimana kejadian naas menimpaku saja aku tak ingat.
Aku juga merasa ada sesuatu yang salah yang sedang terjadi, tapi apa, aku tak tahu.

Aku senang kakekku selalu ada di sampingku dan sangat perhatian. Meski aku merasa awkward dengan perlakuannya yang jujur saja terlalu berlebihan. Dan aku jelas akan bertambah senang setiap saat Sehun menjengukku. Lalu, hei, apa kalian tahu, aku sama sekali tidak lupa dengan kakekku dan Sehun. Aku masih mengingat siapa mereka dan apa saja kebiasaan yang mereka lakukan. Bahkan aku tidak lupa dengan kenanganku bersama Sehun saat masih kecil dulu. Aku hanya lupa dengan sesuatu yang telah menyebabkan aku koma. Dan 'sesuatu' itulah yang terpotong dari ingatanku. Entahlah.

Aku masih harus berbaring di tempat tidurku. Aku masih kesulitan menggerakkan tangan dan kakiku yang terasa kaku tentu saja. Kakekku membayar seorang perawat pribadi untuk membantuku terapi. Karena setelah pemeriksaan, aku ingin sekali menjalani terapi dengan sesegera mungkin. Aku tak suka terus berbaring dan hanya menatap langit-langit di kamarku setiap hari, sendirian. Sungguh menjengkelkan. Belum lagi harus melihat sikap para maid ataupun orang-orang yang bekerja di rumah. Mereka seperti menjaga jarak denganku dan selalu bersikap aneh, serasa menutupi sesuatu. Aku ingin sekali bertanya pada mereka, tapi semua bungkam. Dan Sehun sama sekali tak membantu, ia seharian pergi dari pagi hingga sore hari. Aku penasaran apa saja yang ia lakukan seharian penuh di luar rumah. Dia memang tak pernah lupa menjengukku saat malam, tapi, aku ingin mengobrol lebih banyak dengannya, karena aku kesepian.

Hari ketiga aku kembali ke rumah sakit untuk check-up dan memulai sesi terapi. Aku senang dengan ini, setidaknya aku berada di luar rumah dan bisa melihat suasana di luar ruangan selain kamarku yang membosankan.

Aku baru saja mengalami hal yang luar biasa. Aku melihat seorang malaikat di sini. Tapi benarkah dia malaikat? Jika iya, aku pasti sudah mati, karena malaikat itu biasanya ada di surga.
Hanya sekilas memang, tapi sekilas itu bagaikan ribuan tahun untukku. Aku tak akan pernah melupakan wajah itu. Pipi yang chubby, mata yang indah, dan ekspresinya selalu memberi kesan yang mendalam lewat matanya itu. Seperti menyimpan rahasia yang kelam. Tiba-tiba aku merasa ingin sekali bertemu dengan malaikat itu lagi. Tapi, bisakah aku?

Aku pun bertekad, secepatnya harus membuat diriku sembuh dan menjalani terapi dengan rutin. Aku ingin menjalani kehidupanku yang normal lagi. Seperti dulu, atau sedikit berbeda tak masalah, yah, aku masih belum mengingat apapun selain keluargaku dan masa kecilku.

* * *

Sudah satu bulan aku melakukan kegiatan rutinku. Yakni pergi cek kesehatan dan seberapa besar kemajuan ingatanku mulai pulih, tak lupa sesi terapiku. Tak ada apapun yang terjadi selama sebulan belakangan ini. Yang ku ingat hanyalah sosok malaikat itu dan betapa besarnya keinginanku untuk bertemu lagi dengannya, atau setidaknya melihatnya sekali saja, meski hanya sekilas, tak apa. Apa aku terlalu berharap atau memang aku sudah gila? Entahlah, tapi itu adalah hal yang aku inginkan pertama kali setelah aku sadar dari komaku, tak ada yang lain.

Ada satu lagi yang membuatku penasaran selain malaikatku itu. Yaitu antara kakekku dan Sehun. Apa yang terjadi pada mereka? Aku pernah tak sengaja mendengar mereka bertengkar dan berakhir dengan Sehun pergi dari rumah selama dua hari dan di hari ketiga kakekku membawa pulang Sehun dengan mengerahkan semua pengawalnya untuk menyeret Sehun pulang ke rumah. Aku amat sangat ingin tahu apa yang mereka ributkan. Dan kenapa Sehun begitu marah sampai seperti itu. Ini pertama kalinya, sedari kecil hingga sekarang, seingatku dulu, tak pernah aku melihat Sehun begitu marah dan gusar. Biasanya Sehun selalu menjadi cucu yang baik dan penurut pada kakekku, tapi ini... Sangat aneh, jelas aku tak nyaman dan tak terbiasa.

My Future is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang