Dengan gerakan yang anggun, dia menggerakkan tubuhku hingga, tanpa sadar, kakiku melangkah sendiri menuju kursi. Aku terduduk di sana, seolah terpesona. Cain kemudian mengikatku dengan ikatan sihir yang tak kasat mata, membuatku terjebak dalam pesonanya.
Aku peringatkan kepadamu, jangan sekali-kali mencoba untuk kabur dari sini. Kau boleh tinggal di istana ini sesukamu, tapi aku tidak peduli," perintah Cain dengan soro mt mata dingin.
Cain sungguh - sungguh ingin mengurungku di tempat mengerikan ini. "Yang aku inginkan sekarang keluar dari sini untuk bertemu Christian."
"Jik kau berpikir untuk melarikan diri maka sahabatmu akan terbunuh." Jari - jari tulang bergerak membuka ikatan sihir di tubuhku."Kau lupakan pria itu." Suara Cain tidak suka.
"Kau menyuruhku untuk melupakan sahabatku."
Dia mempertanyakan statusku."Kita sudah suami istri."
Aku tersenyum ironi sambil berkata."Hanya di atas kertas."
Cain memasang wajah tak acuh. Seolah dia tidak suka dengan ucapanku. Kemudian dia berkata."Kau menyukainya."
"Kami hanya sahabat." Walaupun aku berpikir sempat menyukai Christian.
"Kau berbohong." Kata Cain sambil merapatkam rahangnya.
Aku tertawa sinis." Tidak."Aku memandang Cain. Memang dia peduli dengan urusanku. Makhluk tulang tanpa daging. Apa dia cemburu?
"Apa kau ingin tahu aku berasal dari mana di mana rumahku. Kenapa kalian report menanyakannya kalau aku terperangkap di sini seumur hidup?" Secercah kemarahan membuat akal sehatku sedikit gila.
"Aku hanya ingin tahu asal - usul istriku. Aku tidak mau kau punya hubungan dengan dunia luar. Aku bisa saja membuhuh sahabatmu Christian. Tapi itu tidak aku lakukan karena melanggar aturan bangsa tulang."
"Baik aku tidak akan kabur." Kataku puas. Bagaimanapun aku harus mengambil bayanganku dari Cain.
Aku mulai menusuk ayam. Selera makanku sudah hilang. Sambil menelan ludah, kuletakan garpuku."Kau jijik melihat makanan yang ada di piring." Kenjie tertawa.
Sepotong ayam itu berubah menjadi tulang manusia. Membuatku histeris. "Terima kasih untuk makanannya." Hanya kata itu yang terucapkan olehku. Aku berusaha menyembunyikan ketakutanku.
Cain menatap Kenjie marah. Dengan keusilan Kenjie membuatku tidak napsu makan. Rasanya aku ingin pergi dari sini.
Dia mengangguk dari jauh dan memberi isyarat agar aku pergi. Kenjie menopangkan dagu pada kepalan tangannya dan tersenyum senang karena sudah mengerjaiku.
Cukup. Aku berdiri dan mundur kearah pintu. Memunggungi mereka. Aku tidak perduli mereka akan membunuhku atau tidak. Mereka tidak mengatakan apa - apa saat aku melewati pintu. Kedua kakiku lemas.
Aku memasuki kamarku yang luas dan mewah. kemudian berbaring di atas kasur yang empuk dan menenggelamkan tubuhku dalam bantal.
Sambil memandang langit - langit kamar. Berpikir bagaimana cara keluar dari istana ini. Sebelum itu aku harus mencuri bayanganku dan keluar dari Castle mengerikan ini.Aku bangkit keluar dari kamar melewati selasar istana yang mewah dan indah. Lantai marmer berwarna hitam di hiasi karpet merah. Aku berjalan hingga sampai di sebuah pintu. Aku buka pintu itu sedikit mengintip dari balik pintu
Caleb sedang duduk sambil membaca buku. Mulutnya masih tertutup syal.Dengan jari tulangnya Caleb membuka pintu. Membuatku terkejut.
"Masuklah."
Aku masuk di suguhi ratusan buku yang tersimpan dalam rak. Ruangan ini tampak temaram. Caleb berdiri di dekat rak sambil membaca buku. Memakai kemeja putih dengan syal menutup mulutnya.