Prolog

50 8 28
                                    

'Jika aku bukan seorang manusia aku ingin menjadi malaikat Rakib supaya aku selalu bisa mengawasi semua tingkah lakumu'

Stella P.OV
Deru motor dan mobil di sekitar gua lebih dominan dibandingkan nyayian yang sedari tadi tersumpal di telinga gua. Ini semua gara-gara bocah gila yang ngebonceng gua pagi-pagi gini ke taman kota. Entah tujuannya apa, yang jelas di setiap jalan gua hanya menyumpahi dia dengan segela kata yang gua tau.

Motor hitam ini masih melaju, manampakkan sisi yang berbeda dari kota yang gua kenal, lebih sepi dan lambat laun gua mulai mendengar lagu yang mengalun merdu di setiap sudut telinga gua. -Count On Me- Bruno Mars, masih setia menjadi pelarian gua dari gua dan dia yang sama-sama diam.

Setelah lagu selesai dan tak memutarkan lagu lagi, kegiatan yang gua lakuin setiap menitnya hanyalah menghela napas.

"Kita mau kemana si?" Gua menepuk pundaknya, dia diam beberapa saat lalu mengeluarkan cengirannya yang bisa gua liat dari kaca spion.

"Kepo banget ya?" Gua menahan napas sebentar dan membuangnya kuat-kuat melalui mulut. Kalau bukan karena perjanjian kita hari itu, gua ogah.

Fix lo adalah the enemy dalam hidup gua, purusuh disaat gua sedang enak-enaknya merajut mimpi untuk mengajak gua lari pagi dan sore. Lalu menculik gua setelah pulang sekolah untuk diajak main.

Kecepatan motor mulai menurun dan berhenti tepat di tempat kosong yang menjelma menjadi lahan parkir. Gua diam tak berkutik, hanya earphone gua yang sengaja gua lepas. Dia melepas helmnya, sedangkan gua sudah dari tadi melepas helm yang sekarang berada di paha gua.

"Mau sampe kapan lo nongkrong di situ?" Dia berbalik dan memiringkan senyumnya yang sangat sangat memuakkan. Gua langsung turun tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Sini helmnya" dia merebut paksa helm yang tadi gua genggam. Lalu mendahului langkahnya, maunya si diam disini tapi gua takut sendiri jadi terpaksa gua mengejar langkahnya yang sudah agak jauh.

"Gua tanya untuk yang terakhir kali, kita mau ngapain?" Kata yang penuh penekanan malah dijawab dengan naiknya kedua bahunya.

"Kenapa hidup gua dikelilingi orang-orang nggak waras" gua berhenti dan menatap punggungnya. Setelah menghela napas gua kembali mengejarnya.

________
Kenalin nama gua Abelia Stella. Gua umur 17 tahun dan sekolah di SMA Setia Kusuma. Gua punya temen namanya Bastian Stevan Anggara.

________

Stella P.O.V
Setiap hari Stev selalu njemput gua buat berangkat bareng ke sekolah, tapi kalau dia nunggu gua, yang harusnya dia udah sampe sekolah malah baru berangkat.

Stev tinggal di sebelah rumah gua alias tetangga. Dia selalu main ke rumah dari pulang sekolah sampe jam 9 malam, kalo rumah gua sepi karena bonyok banyak kerja jadi ya gitu, dia tau kalau gua takut makanya nemenin sampe bonyok pulang mungkin sekitar jam 7.

Rumah dia sama rumah gua cuma berbatas pagar dari tanaman belukar lalu dibuat pintu dengan pintu kayu untuk jalan penghubung.

Kita temenan dari TK. Gua anak ke dua dan kalau dia anak tunggal.

Kalau kita bareng pasti yang ada suasana jadi beda karena kekonyolan gua dan Stev, dia orang yang nggak jaim juga asik.
Stev itu orang yang baik, setia, konyol, asik,kasar kalau sama gua kalo sama orang lain enggak. Dia ganteng gua berani ngakuin itu, dan gua bisa menaklukan yang namanya cewek dan cowok berteman akan ada yamg jatuh cinta buktinya gua sama Stev nggak pernah saling suka katanya dia jijik sama gua. Dan semoga gua bisa menepatinya sampai akhir hayat.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang