Novel ini adalah karyaku dengan nama pena Harumi Kawaii
Sinopsis :
"Jangan menangis, Keiko. Tetaplah ceria seperti biasanya," ucap Ryuji perlahan.
Lalu ia mengecup lembut kening Keiko.
"Jika nanti aku tidak kembali..."
Keiko tak mau mendengar kelanj...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berita itu datangnya tak terduga. Menggemparkan Higashi Senior High School. Mengejutkan semua murid dan guru di sekolah itu. Tapi terutama membuat syok Keiko.
Ia tak bisa membendung tangisnya sejak mendengar berita itu. Bukan hanya karena ia merasa sedih, melainkan juga karena ia merasa sangat bersalah.
Keiko menyesal sekali. Ia sudah menduga akhir seperti ini kemungkinan akan terjadi, tapi ia kurang keras berusaha mencegah agar hal ini tidak terjadi.
Harusnya ia melarang Ryuji pergi. Harusnya ia melakukan apa pun agar Ryuji tidak pergi melintasi hutan angker itu. Harusnya ... tapi semua sudah terlambat.
Berita pagi ini dari stasiun televisi nasional menyatakan, di lereng Gunung Fuji, ditemukan sesosok jenazah seorang remaja berusia tujuh belas tahun. Jenazah itu sudah membeku. Diperkirakan telah tewas sejak tiga hari lalu. Baru ditemukan pagi ini oleh penjaga hutan Aokigahara. Tampaknya penyebab kematiannya karena kehabisan darah. Di belakang kepalanya terdapat luka besar sepertinya karena terantuk batu.
Dari kartu pelajar yang ditemukan dalam backpacknya, diketahui identitas jenazah itu adalah murid Higashi Senior High School bernama Tachibana Ryuji.
Keiko tak bisa berhenti menangis. Sampai esok harinya, esoknya dan esoknya lagi. Hingga berhari-hari kemudian.
"Ryuji, kenapa kamu nggak menepati janji? Kamu janji pasti pulang, kamu janji bakal muncul lagi di hadapanku. Kamu janji ... " Gumamannya terputus.
Hatinya terlalu pedih mengingat hari terakhirnya bertemu Ryuji. Entah kapan rasa pedih ini bisa hilang. Dan air matanya kembali membanjir.
oOo
Kehilangan seseorang yang dicintai itu sangat menyakitkan. Rasa perihnya bagai merasuk hingga ke tulang. Nyerinya terasa sampai jauh ke ulu hati. Itulah yang dirasakan Keiko. Ia sendiri tak menduga, ternyata ia sangat mengasihi Ryuji. Ia baru sadar saat ia kini benar-benar telah kehilangan Ryuji. Rasa menyesal masih seringkali datang.
"Harusnya aku mencegah dia pergi ..."
Entah sudah berapa kali kalimat itu digumamkan Keiko. Bahkan ia menulis kalimat itu berkali-kali dalam diarinya. Andaikan ada mesin waktu, ia ingin sekali kembali ke masa saat ia minum teh hangat berdua Ryuji di sebuah kedai teh mungil yang hangat itu. Memandangi wajah tampan Ryuji dan menggenggam tangannya erat.
Setelah kematian Ryuji, Keiko baru tahu Ryuji mengidap penyakit hemofilia. Itulah yang menyebabkan Ryuji semakin tak mampu bertahan. Andaikan saja ia tak mengidap penyakit itu. Andaikan saja darahnya bisa membeku dengan normal.
Rasa penyesalan itu tak juga hilang hingga musim dingin berakhir dan musim semi kembali menjelang.
Harusnya ini adalah masa paling menyenangkan bagi murid-murid kelas tiga Higashi Senior High School.
Menyambut awal musim semi ini adalah saatnya berbahagia merayakan masa kelulusan mereka dari senior highschool. Kemudian mereka akan sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi yang mereka idamkan. Tetapi masa kelulusan siswa tahun ini seperti tercoreng oleh satu kesedihan yang mendalam.
Kepergian Ryuji senpai, senior mereka semua, membuat seolah Higashi Senior High School dirundung duka. Duka itu terutama sangat mendalam bagi Keiko.
Bukan hanya Keiko, Naomi pun tak kalah sedihnya. Walau Ryuji hingga terakhir tak juga peduli pada Naomi, tapi Naomi sungguh-sungguh mencintai Ryuji.
Ia masih berharap suatu hari nanti hati Ryuji akan melunak dan mau menerima cintanya. Tapi kini tak ada Ryuji lagi. Tak ada lagi yang bisa ia harapkan. Tujuan hidupnya lenyap dalam sekejap.