19. Sakura Wish (b)

1.8K 124 53
                                    

Keiko menoleh ke arah Hiroyuki dengan ekspresi heran.

"Benar kamu yang membuat ini tanggal 11 April 2010?" tanya Keiko tak percaya.

Hiroyuki mengangguk.

"Kamu pasti bohong," tuduh Keiko.

"Kamu bisa mengetes akurasi usia kertas itu ke laboratorium forensik jika perlu," kata Hiroyuki.

"Bisa saja kamu memang melukis pohon weeping willow dan pohon sakura tanggal 11 April 2010. Tapi kamu tambahkan sketsa gadis yang berbaring dan pemuda yang bersandar di pohon serta judulnya setelah bertemu denganku," sanggah Keiko.

"Aku menggambar semuanya secara lengkap tepat 11 April tahun 2010. Itu sebabnya aku terkejut saat melihatmu pertama kali berbaring di bawah pohon weeping willow itu. Kamu persis sekali dengan bayanganku yang kugambarkan dalam sketsa dua tahun sebelumnya. Apalagi saat kamu bilang kamu namakan tempat ini Heavenly Garden. Aku benar-benar nggak percaya nama itu baru kamu pikirkan. Aku sempat mengira kamu sudah melihat buku sketsaku diam-diam dan membaca judul sketsa ini." Hiroyuki menjelaskan panjang lebar.

"Aku baru melihat sketsa ini hari ini. Nama Heavenly Garden terpikirkan begitu saja olehku saat aku melihat tempat ini pertama kali," ucap Keiko.

"Kalau begitu, berarti kita memiliki ide yang sama tentang tempat ini. Kita sama-sama menyukai tempat ini. Pernahkah terpikir olehmu, kita telah ditakdirkan bertemu? Sekarang, lihatlah halaman berikutnya sampai halaman terakhir," kata Hiroyuki.

Keiko menurut. Ia membuka halaman berikutnya. Dan ia terkejut karena itu adalah sketsa wajahnya yang tersenyum lebar. Ia buka lagi halaman selanjutnya, juga sketsa dirinya, ia balik lagi halaman selanjutnya, masih sketsa wajahnya juga. Bahkan ada sketsa ia sedang terpejam tampak tertidur pulas, tetapi bibirnya tersenyum.

"Kamu menggambar wajahku sebanyak ini?" tanya Keiko.

"Lihatlah terus sampai halaman terakhir," saran Hiroyuki.

Begitu banyak sketsa wajah Keiko yang sedang tersenyum. Saat ia sedang lari dan lompat. Saat ia bermain basket. Saat pelajaran memasak dan beberapa lainnya ia digambarkan selalu tersenyum. Tetapi menjelang halaman akhir, ekspresi wajahnya dalam sketsa itu berubah. Keiko tanpa senyum. Wajahnya terlihat aneh dan murung. Keiko mengamati gambar-gambar dirinya yang tanpa senyum itu.

"Apa kamu lihat perbedaannya?" tanya Hiroyuki.

"Di lembar-lembar terakhir, gambar wajahku nggak ada yang tersenyum. Wajahku terlihat muram," jawab Keiko.

"Itulah yang terjadi padamu sekarang, Keiko. Aku hampir nggak pernah melihatmu sungguh-sungguh tersenyum. Sampai kapan kamu enggan tersenyum?"

Keiko mengalihkan pandangannya pada Hiroyuki. Ia mengerti sekarang. Sejak kepergian Ryuji, ia memang merasa sulit tersenyum. Rasanya tersenyum adalah suatu pekerjaan yang berat. Padahal dahulu, ia mudah sekali tersenyum.

Apakah Hiroyuki juga menyimpan kesedihan, karena itu ia sulit sekali tersenyum?

"Kamu tahu, kenapa aku membuat sketsa wajahmu sebanyak itu? Karena aku suka melihat senyummu. Senyummu harus aku abadikan sesering mungkin. Aku membutuhkannya. Untuk mengingatkan aku, bahwa suatu saat nanti aku harus bisa tersenyum dengan mudah. Aku ingin bisa tersenyum lepas seperti kamu, Keiko. Tapi aku selalu merasa malas tersenyum," kata Hiroyuki.

"Kenapa kamu malas tersenyum, Hiroyuki? Apa karena kamu juga kehilangan seseorang yang kamu sayangi?" tanya Keiko.

"Bukan. Aku malas tersenyum justru karena aku punya segalanya. Tapi segala yang aku punya itu nggak bisa mengisi jiwaku," jawab Hiroyuki.

Keiko memandangi Hiroyuki tak mengerti.

"Sampai aku bertemu denganmu. Aku penasaran sekali saat melihatmu pertama kali dengan senyummu yang lebar dan wajah tampak ceria. Apa yang kamu punya hingga kamu bisa terlihat sebahagia itu? Ternyata kamu sama dengan orang lain pada umumnya. Hidupmu nggak selalu sempurna. Kamu juga pernah mengalami duka paling menyesakkan. Tapi kamu masih mampu tersenyum. Keiko, aku mohon padamu, janganlah berubah. Tetaplah mudah tersenyum. Bantu aku supaya mudah tersenyum juga," kata Hiroyuki penuh harap.

Keiko mengangguk. Ia mengerti sekarang. Ia harus berhenti meratapi nasib dan menyesali diri. Hidup ini terlalu singkat, sayang sekali jika hanya diisi dengan penyesalan.

"Hiroyuki, arigato (terima kasih)," ucap Keiko sambil tersenyum.

"Sekarang, bolehkah aku meminta kancing baju seragammu yang nomor dua dari atas?" tanya Keiko.

Hiroyuki menatap Keiko lekat. Ia tersenyum. Kemudian ia lepaskan kancing baju seragamnya yang nomor dua dari atas. Lalu ia berikan pada Keiko.

"Simpan hatiku untukmu, Keiko. Hatiku ini sekarang telah menjadi milikmu," ucap Hiroyuki.

Ia kembali tersenyum lebih lebar dari tadi. Keiko menerima kancing pemberian Hiroyuki dan balas tersenyum.

Ini adalah tradisi yang selama bertahun-tahun dilakukan murid-murid senior high school yang lulus dan akan meninggalkan sekolah.

Para gadis diberi kesempatan menyatakan perasaannya kepada anak lelaki yang disukainya dengan meminta kancing baju seragam sekolahnya yang kedua dari atas. Jika anak lelaki itu memberikan kancingnya, berarti cinta gadis itu diterima.

Kenichi masih menunggu Keiko di sekolah. Ia sangat berharap, Keiko akan meminta kancing baju seragamnya. Entah apakah harapannya itu terlalu berlebihan atau tidak.

Ia sudah menjadi teman sebangku Keiko selama setahun ini. Perasaan sukanya pada Keiko semakin besar. Kenichi berharap Keiko juga merasakan hal sama seperti yang ia rasakan.

Kenichi sudah menunggu cukup lama. Tapi tak ada tanda-tanda kedatangan Keiko. Sejak tadi ia tak melihat Keiko.

"Hai Kenichi."

Suara sapaan mengejutkan Kenichi. Ia menoleh ke arah sumber suara itu. Di sampingnya sudah ada Miyuki.

"Miyuki, kau masih di sini?' tanya Kenichi.

"Aku menunggu saat yang tepat untuk bicara denganmu," jawab Miyuki.

"Memangnya kamu mau bicara apa?" tanya Kenichi lagi.

"Boleh aku meminta kancing baju seragammu yang nomor dua dari atas?" jawab Miyuki sambil tersenyum.

Kenichi tertegun. Ia memang sudah lama merasa Miyuki sepertinya menyukainya. Tetapi ia tak berharap Miyuki yang meminta kancing baju seragamnya.

"Kamu berikan saja, Kenichi. Kamu nggak mau belum pernah punya pacar sama sekali hingga lulus senior high school, kan?" kata Keiko yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang mengejutkannya.

Kenichi menoleh, ia melihat Keiko datang bersama Hiroyuki, mereka bergandeng tangan dan kancing di baju seragam Hiroyuki nomor dua dari atas sudah tak ada. Hiroyuki tersenyum tipis, Keiko tersenyum lebar.

Seketika, Kenichi merasa hatinya luluh lantak.

**=========================**

Yup, sampai sini dulu ya aku share cerita ini.

Selanjutnya tunggu situasi. Apa mungkin dilanjutkan. Karena cerita ini ternyata novelnya masih beredar.

Makasih buat yang sudah baca terus.

Salam,

Arumi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sakura WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang