Matahari masih menyinari lapangan basket outdoor Higashi Senior High School. Ini sudah jam bubar sekolah. Sebagian besar murid sudah pulang. Hanya beberapa yang masih bertahan. Di antaranya Kenichi dan Keiko.
Kenichi bersiap memantulkan bola basket yang sejak tadi ia pegang erat. Keiko sudah bersiap untuk menghalang-halangi Kenichi memasukkan bola basket itu ke keranjangnya. Pertandingan basket satu lawan satu antara Keiko dan Kenichi akan segera dimulai.
Sebenarnya Keiko dan Kenichi tidak mengumumkan rencana mereka ini kepada siapa pun. Tetapi melihat mereka asyik bertanding berdua, beberapa murid yang belum pulang dan masih berkeliaran di seputar lapangan basket tertarik untuk melihat mereka berdua mengadu ketangkasan menguasai bola basket dan memasukkan ke keranjangnya.
Miyuki ikut menonton pertandingan basket itu. Walau ia tak tahu apa maksud dibalik pertandingan basket satu lawan satu itu, tapi ia berharap Kenichi akan mengalahkan Keiko dalam tempo cepat.
Hajime yang super cuek pun ikut menonton juga. Ia ingin tahu seberapa tangguh murid baru itu. Ia pernah melihat Keiko berlatih atletik.
Diam-diam Hajime mengagumi kecepatan lari Keiko serta kemampuannya melompat tinggi dan melompat jauh. Apalagi Keiko gadis dari Tokyo. Ia tertarik ingin mengajak Keiko ikut komunitas Yamakashi di Kyoto.
Awalnya Kenichi menganggap remeh Keiko. Ia yakin sekali dapat mengalahkan Keiko dengan mudah. Tetapi ia keliru. Berkali-kali Keiko berhasil menggagalkannya memasukkan bola ke keranjang. Bahkan kemudian Keiko mendapat skor lebih dulu. Hajime berseru memberi semangat paling keras.
"Sugoi (1), Keiko!" teriak Hajime sambil bertepuk tangan.
Miyuki menatap sebal kepada Keiko dan memandang heran Hajime yang tiba-tiba saja mendukung Keiko. Kenichi semakin waspada. Sedangkan Keiko tetap santai tapi serius. Ia hanya tersenyum melihat wajah Kenichi yang tampak gemas, serius ingin mengalahkannya. Tak mudah bagi Kenichi hingga ia akhirnya bisa mendapat skor.
Ia semakin gusar, tak mengira Keiko sehebat ini. Ia berusaha semakin keras. Tentu saja ia tak mau dipecundangi Keiko di hadapan teman-temannya yang kini berkerumun semakin banyak menonton mereka berdua.
Kenichi tersenyum agak lega saat ia bisa mengungguli dua angka dari skor Keiko. Tapi senyumnya segera lenyap saat sampai waktu yang telah mereka tentukan habis, skornya dan Keiko seri.
Kenichi kesal sekali. Seri dengan Keiko sama saja kalah baginya. Keterlaluan! Bagaimana mungkin ia bisa kalah dari seorang gadis? Kenichi mendengus kesal. Keiko menghela napas panjang, ia menghampiri Kenichi dan menepuk pelan bahunya.
"Sayang sekali, Kenichi. Kamu nggak berhasil mengalahkan aku. Itu artinya kita nggak jadi nonton berdua," ucap Keiko. Ia tersenyum lebar, berjalan menuju ruang ganti.
Kenichi tertegun sesaat, berusaha meredam kekesalannya. Kemudian ia mengejar langkah Keiko.
"Keiko, kenapa nggak bilang kamu jago main basket?" tanya Kenichi penasaran setelah ia berhasil menjajari langkah Keiko.
"Kamu nggak pernah bertanya," jawab Keiko singkat.
"Kamu ikut tim basket sekolahmu waktu di Tokyo?" tanya Kenichi curiga.
"Aku dulu kapten tim basket di sekolahku di Tokyo. Kangen juga sudah lama nggak bermain basket. Aku jadi tertarik ingin mendaftar ikut tim basket wanita di sekolah ini," jawab Keiko, suaranya bernada santai.
"Jangan!" cegah Kenichi cepat-cepat, setelah ia sempat tercengang.
Keiko mengerutkan keningnya memandangi wajah Kenichi yang tampak cemas.
"Kenapa? Kamu nggak suka aku bermain basket?"
"Aku baru mengenalmu sebentar, tapi kamu selalu membuatku terkejut. Kamu menguasai hampir semua hal. Sedangkan aku, hanya mahir bermain basket. Kalau kamu ikut basket juga, dan jadi kapten tim basket wanita di sekolah ini, lalu apa kelebihanku yang bisa aku banggakan padamu? Aku mohon, bisakah kamu memilih fokus di olahraga lain?"
Keiko tak menyangka akan mendengar alasan seperti itu dari Kenichi. Ia baru menyadari kehadirannya di sekolah ini telah mengancam kepercayaan diri anak lain. Sebaiknya ia menahan diri untuk tidak terlalu menonjolkan diri. Ia tak ingin ada anak yang membencinya di sekolah ini.
"Baiklah, Kenichi, aku nggak akan ikut tim basket sekolah. Kamu nggak usah khawatir," janji Keiko sambil tersenyum.
Lalu ia pergi meninggalkan lapangan itu. Diringi tatapan sebal Miyuki dan tatapan kagum Hajime.
Seusai berganti pakaian, Keiko yang baru saja ingin pulang, teringat dengan bukit di belakang sekolah yang diceritakan Kenichi kemarin. Pandangannya mengarah ke hamparan bukit itu.
Ia beranikan diri melangkahkan kakinya menuju rerimbunan pepohonan. Ingin ia cari pohon sakura satu-satunya yang tumbuh di sana.
NOTE :
(1) hebat
**=========================**
Halo teman-teman. Semoga masih ada yang tertarik baca cerita ini. Part selanjutnya mulai seru karena Keiko bakal bertemu cowok keren di bukit belakang sekolah.
Selamat membaca.
Salam,
Arumi

KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Wish
Ficção AdolescenteNovel ini adalah karyaku dengan nama pena Harumi Kawaii Sinopsis : "Jangan menangis, Keiko. Tetaplah ceria seperti biasanya," ucap Ryuji perlahan. Lalu ia mengecup lembut kening Keiko. "Jika nanti aku tidak kembali..." Keiko tak mau mendengar kelanj...