CHAPTER 3

642 49 9
                                    

Selama 15 menit dalam keadaan seperti itu, lambat laun Tiffany menyadari jika Jessica tertidur di dekapannya. Tiffany menurunkan sedikit tubuh Jessica agar berbaring di ranjang dan kepalanya masih di dada Tiffany. Saat Tiffany hendak beranjak dari ranjang untuk mengganti hoodie nya dengan kaos, tapi tangan Jessica menahannya dan raut wajahnya sedikit mengerut. Tiffany akhirnya mengalah dan melepas hoodie nya dengan hati-hati agar Jessica tidak terbangun dan menyisakan dirinya memakai Tanktop dan Hotpants. Pada akhirnya dia menyusul Jessica ke alam mimpi.

---

Pagi

Jessica terbangun dari tidurnya dan menemukan dirinya sedang dipeluk seseorang. Jessica membalik badannya menghadap orang tersebut yang tidak lain adalah Tiffany.
"Bi~ ireonna~" Jessica membangun kan Tiffany yang masih terlelap itu.
"Emh.. Kau sudah bangun? Bagaimana tidurmu?" Tiffany menangkup wajah Jessica. Sedangkan Jessica tidak menjawab dan malah...
Chu~
Jessica mengecup bibir Tiffany singkat. Mencuri morning kiss.
"Aigoo... " Tiffany tersenyum menanggapinya. Lalu, dengan sigap dia mengunci pergerakan Jessica.
*Chu~
Tiffany kembali meng-kisseu bibir Jessica dengan lembut. Tiffany dengan pintarnya menggigit bibir bawah Jessica.
"Engh... " Jessica mengerang kecil dan membuka mulutnya.
Gotcha!
Tiffany memiliki kesempatan untuk mengabsen satu-persatu gigi Jessica dan berperang dengan lidahnya. Jessica hanya bisa pasrah. Jessica berusaha melepaskannya, tapi apa daya tenaga Tiffany lebih besar darinya.
"Bi~hh... Stophhh.." Jessica berusaha melepasnya. Akhirnya Tiffany melepaskan ciumannya dan menatap Jessica dalam.

---

Malam 10 PM KST

Tiffany merasa haus dan akhirnya bangun untuk mengambil air di dapur.
*Glup..
Saat tegukan terakhir Tiffany berbalik badan hendak kembali ke kamar nya. Namun ada seseorang dengan pakaian serba hitam berhasil masuk ke Penthouse Tiffany. Orang itu tiba-tiba menyerang Tiffany.
*Bugh.. Buagh...
Terjadilah perkelahian antara keduanya. Beberapa kali Tiffany menyerang orang misterius tersebut. Namun, tetap saja Tiffany berhasil dibanting olehnya.
*Brugh... 
"Argh.." Tiffany mengerang kesakitan. Dia melihat orang tersebut memasuki kamarnya dan terdapat Jessica di dalamnya. Orang tersebut menodongkan pistolnya. Tiffany yang melihatnya berusaha bangkit. Dengan sekuat tenaga, dia berlari menghampiri orang tersebut.
*Brughh... Dor!
Tiffany berhasil menubruk orang tersebut. Namun, dia berhasil menarik pelatuk pistol nya. Tiffany langsung menekan tombol darurat yang tepat berada disamping pintu kamarnya. Dia mengabaikan orang misterius tersebut dan berlari menghampiri Jessica yang pingsan.
"Sica? Jessica? Bi?" Tiffany berusaha membangunkan Jessica, tapi tidak berhasil. Dia membuka selimutnya dan tembakan tersebut mengenai dada kanan Jessica. Tiffany yang sadar akan hal tersebut langsung berlari mengambil mantelnya dan menggendong Jessica. Dia dengan terburu-buru berlari keluar untuk membawa Jessica ke rumah sakit. Dia langsung menancapkan gas mobil Peugeot Onyx nya dalam-dalam. Kurang dari 1 menit Tiffany berhasil sampai karena mobilnya yang super cepat cukup membantunya. Setelah sampai, Jessica langsung mendapatkan penanganan dari pihak medis. Tiffany yang melihatnya, hanya bisa menopang kepalanya lesu.

2 jam Jessica dirawat disana. Tiffany masih menunduk sedih dan beberapa kali menghela nafasnya. Dokter yang menangani Jessica keluar dari ruangan dengan agak menunduk.
"Eottokhaeyo?" Tiffany terlihat khawatir.
"Nona Jessica masih dalam keadaan kritis dan kemungkinan besar dia tidak akan membuka matanya" ucap dokter tersebut.
"Anda bisa melihatnya, silahkan" ucap dokter tersebut.  Tiffany langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dan melihat Jessica dengan alat medis yang menempel di tubuhnya.

---

2 minggu kemudian

Jessica masih belum sadar dan Tiffany masih setia menunggu nya. Dia menggenggam tangannya dan mengusap pipinya pelan.
"Bi~ Ireonna... " Bisik Tiffany pada Jessica. Tiffany merasakan tangannya di genggam lemah. Dia langsung mendongak dan mendapati Jessica mulai membuka matanya. Tiffany yang melihatnya langsung terkejut. Namun, matanya kembali tertutup. Alat deteksi detak jantungnya juga mulai melemah dan pada akhirnya tinggal menyisakan garis lurus. Tiffany hanya bisa menundukkan wajahnya sedih menahan air mata. Seohyun yang baru saja masuk langsung melihat kalau Jessica sudah tiada. Dia menghampiri Tiffany yang tertunduk.
"D-depyonim Steph..." panggilnya pada Tiffany. Seohyun menepuk pundaknya pelan.
"Seohyun-ah"

Ended Sweet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang