"Amri kamu kenapa sayang?"
"Ngga ma, gakpapa kok cuman agak pusing aja."
"Nanti malam kita kedokter, sama papa." Orang Tua perempuan Amri ini sangat memperhatikan Amri.
Sitareny,
Mama Amri sangat menyayangi Amri, karena kakak pertamanya meninggal secara tragis ditemukan dikamar. Dokter mengatakan Alya, kakak Amri. Depresi, menyebabkan Alya meninggal. Maka dari itu Sita berhenti dari kerjanya dan fokus menjaga Amri, walau Amri terkadang risih."Gak usah mah, makasih." Amri menolak baik-baik.
Sejak sore kemarin Amri merasakan sakit, bukan sakit badan saja sepertinya. Hati lebih tepatnya.
Entahlah mengapa hati Amri yang belum pernah merasakan first love ini sangat sakit, sahabatnya sudah memiliki pacar? Jua dan Azka.
Amri segera menuju kamarnya, menenangkan pikiran dan mengistirahatkan tubuh.
Terlalu lelah tubuh Amri dengan kegiatan hari ini. Hati pun lelah dengan maksud sebenarnya ada apa yang dirasakan.
"Hahaha"
Amri yang baru saja menutup mata beranjak dari kasurnya, menuju jendela yang tertutup rapat oleh gorden.
Dari lantai dua tempat kamar Amri berada, gadis yang sempat memasuki pikirannya hadir disamping rumahnya.
Rumah Amri dan Jua berdekatan, bisa disebut tetangga. Mereka sangat dekat seiring waktu. Sejak kecil selalu bersama, melibatkan canda tawa sebagai pengalaman.
Keduanya entah mempunyai rasa sebagai teman atau lebih dari sekedar teman, tapi sampai sekarang entahlah mereka memiliki perasaan lebih atau tidak.
Dulu saat awal pertemanan terjalin Jua sangat menyukai hujan, setiap bersama Amri tak luput mengajak untuk bermain dibawah derasnya hujan.
Namun, itu dulu.
Bisakah mengulang? Jika saja vidio player, mungkin saja mereka terus bersama walau hanya status berteman atau mungkin jika status lebih dari teman tak perlu memerlukan vidio player untuk mengulang kejadian. Bisa dirangkai kejadian bersama lebih banyak, indah, tanpa vidio player.
Tawanya.
Manis dan nyata.
Dulu tawa itu penyebabnya Amri, tapi kali ini siapa yang berada disampingnya?
"Jua, Azka kalian cocok." Amri tersenyum diluar, namun hati berkata lain.
Sakit, itulah yang sebenarnya. Walau perlu kita tau, memang dia sudah bersamanya bukan bersama kita.
Tik
TikRintihan hujan mulai menangis, seakan tahu hati kecil seseorang sedang sakit.
Amri segera menutup gordennya. Mengingat hujan kebahagiaan gadis itu, terserah sekarang ia mengajak orang lain. Asalkan bahagia dengan pilihannya bukan pilihan orang dan terus memaksa.
Tok
TokJantung Amri seakan kaget, merasa didepan itu gadis yang baru saja ia pikirkan.
"Hai ju..." Amri menutup mulutnya rapat, tidak melanjuti pelengkapan nama yang akan disebut.
"Bibi bukan jua atuh den,"
"Saya disuruh nyonya kasih selimut ini, soalnya cuaca dingin hujan terus-terusan atauh. Jadi dipake ya den."
"Kalau gitu bibi permisi."Bibinya saja mengenal Jua,
"hahaha" suara tawa kecil jua karna melihat acara comedy
"aiii selesai" jua mematikan televisi lalu berlari kedapur untuk mengambil snack untuk cemilan dikamar
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain [LENGKAP, TAHAP REVISI]
RomanceHujan? Hampir saja aku menyalahkan hujan sang sahabatku. Cinta kudapatkan dari hujan. Kebencian juga kudapatkan dari hujan, sehingga aku takut harus apa pada hujan. Dan dia menjadi saksi bahwa hujan memang sahabatku, juga dia bersaksi kalau dia ber...