Min Co. Indo Vers (Yoonmin)

Fiancee

"T..Tunangan?"

Jimin menatap teliti si wanita muda yang masih berdiri menunggu respon dari permintaannya. Diri jimin benar-benar terkejut dan juga si wanita yang terbingung dengan tingkah jimin. Memiringkan wajahnya dan mengulang patah kata terakhir yang semakin memperjelas apa hubungan dirinya dengan yoongi, barangkali jimin tidak dengar. Namun bagaimanapun jimin jelas mendengar kata tersebut dengan baik, meski ia berharap tidak mendengar apapun itu. Jimin hendak membuka suara, tetapi terlalu gugup bahkan tidak mampu menyelesaikan sebuah kalimat. Tetapi kemudian pintu di belakang jimin terbuka, beriringan wajah wanita tadi berangsur cerah.

"Yoonie!" wanita itu menyeru senang

Diluar kendali, jimin menoleh melihat situasi yang berlangsung tepat di sebelah meja kerjanya. Wanita itu mengalungkan lengan mengelilingi leher pria yang lebih tinggi yang juga jimin ketahui sebagai boss di perusahaan dia bekerja. Tuan min terlihat mengalungkan sebelah lengan  di pinggul ramping si wanita, menenggelamkan wajah ke bahu wanita itu, selagi si wanita mengayunku tubuh keduanya,

"Jimin, masuklah dan bantu aku melakukan sesuatu."

Merespon panggilan permintaan, jimin bangkit dan meninggalkan meja kerja. Melangkah pelan mengikuti pria bersurai merah. Beberapa saat netranya bertemu dengan tuan min, eye contact, meski hanya sepersekian detik. Jimin memustuskan untuk fokus membantu taehyung menghadapi masalah yang baru muncul.

"Aku tahu kau tidak tidur, tapi apa harus seterkejut itu?" Taehyung mendecak geli begitu keduanya sudah diluar area jangkauan pasangan tadi.

"Di-dia punya tunangan..."

"Sulit dipercaya huh? untuk orang pemarah sepertinya, setiap orang akan sulit menebaknya."

Untuk orang pemarah seperti yoongi, itu sangat sulit untuk dipercaya apalagi lebih sangat sulit untuk seorang jimin yang sudah melakukan hal 'tidak pantas' untuk dilakukan. Dirinya benar-benar tidak percaya tuan min benar-benar tidak pernah mengungkit ikatan yang mengikatnya dengan seorang wanita yang amat cantik yang bahkan tidak pantas menerima apa yang telah tuan min lalukan padanya. dan beberapa saat itu jimin merasa seorang perusak rumah tangga dan seharusnya tidka menghancurkan rumah tangga lainnya. Itu hal yang aman diucapkan meski sebenarnya menjadi tidka rasional untuk dipikirkan olehnya setelah apa yang terjadi semalam.

"Hey taetae, jiminnie, kenapa kita keluar kemari? apa kita akan mengerjai yoongi? aku ikut!"

hoseok datang membawa selembar kertas dalam genggaman. Menyerahkan lembaran itu pada taehyung dan berlalu bersama meninggalkan jimin menuju ruang fotokopi. Untuk mengalihkan diri dari rasa tidak nyaman yang memenuhi sekujur tubuh, jimin melihat keduanya. Mereka berbincang satu sama lain dengan cara yang tidak seperti atasan dan bawahan pada umumnya. Jelas keduanya sangat dekar, dilihat seberapa banyak keduanya tersenyum meski hanya bertukar patah kata tanpa ada humor didalamnya. Tawa hoseok dihancurkan oleh sahutan baru yang masuk bersama berbagai tumpukan kertas dalam jinjingan. Si pemagang muda masuk mengolok pasangan dalam ruang fotokopian.

"Bukankah harusnya kau ke sekolah?" jimin bertanya pada jungkook selagi menatap ke arah jam dinding.

"Namjoon hyung bilang dia menelfon sekolah dan mengizinkanku untuk membolos sehari, membantu pekerjaan." jungkook tersenyum lebar selagi berucap bangga. Kemudian izin pergi dari sisi jimin untuk mengusir pasangan yang berdiri disebelah mesin fotokopi mengobrol daripada melakukan hal yang seharusnya keduanya lakukan. Jimin merasa itu saat yang tepat untuk pergi, tidak dalam mood untuk mengobrol lagi. Kemudian duduk dan menempelkan punggungnya malas ke punggung kursi. Menutup mata beberapa saat, menetralkan pikiran.

"Jiminnie sayang, kau pasti lelah." suara seorang wanita menginterupsi

"Pergilah May." jimin mengerang sebagai balasan. Wanita itu sukses mengganggu waktu santai sejenak jimin karena dirinya sudah hampir tertidur.