"Tidak ada siapapun disini, lanjutkan saja."
Jimin mengangguk paham, membiarkan helaan desah muncul dari belah bibirnya. Dirinya menengadah kebelakang, membiarkan pria lain memiliki akses lebih banyak. Sang boss kemudian mempertemukan bibirnya dengan kulit pucat jimin, seakan dia kini penguasa kulit pucat itu. Semua yang kini jimin dapat lakukan hanya menutup kelopaknya erat dan memutar pemikiran bahwa tidak seharusnya ia melakukan semua ini.
"Tuan, kita tidak seharusnya melakukan hal ini."
Tuan min menjauh dan jimin berfikir semua telah berakhir, tidak dalam jangka waktu yang lama ia kembali merasakan lehernya kembali ditarik keposisi semula dengan bibir tipis menjamah daerah kekuasaannya kembali. Dirinya memberi timbal balik meski benaknya tetap terulang pemikiran mengenai salahnya kegiatan mereka saat ini. Bagaimanapun pria dihadapannya tidak lain merupakan bossnya sendiri, seseorang yang bahkan tidak seharusnya ia berhak untuk sekedar berfikir mengenai kegiatan seksual sebagaimana mereka lakukan saat ini, apalagi duduk dipangkuan tuan min. Selagi ia semakin merasakan ada kontak lebih, jimin tidak lagi mampu untuk mereka ulang bagaimana mereka bisa terjebak dalam kondisi seperti itu
Flashback
"Baiklah, mari kita lihat isi kertas itu." Tuan min meletakkan minuman dan meregangkan lengannya. Jimin mengulurkan apa yang dibutuhkan tuan min dan mulai menerangkan.
"Mereka ingin persetujuan tuan, sebagaimana dengan tuan jung dan tuan kim untuk perpan-."
"Kamu membuatku bosan, minumlah lebih banyak." Pria yang lebih tua berujar, tanpa mengalihkan atensi dari lembaran kertas. Tidak ingin memperburuk mood sang boss, jimin membiarkan bilah ranumnya menyesap cairan dalam gelas lebih banyak, apapun minuman yang kini ditelannya. Matanya meneliti demi inci tubuh sang boss, dirinya seketika terkejut pandangannya kini sudah berada pada tubuh lain. Lebih spesifik pada bagian bibirnya.
"Kau seperti level ayam."
"Ayam?! permisi, tetapi aku bisa minum lebih banyak... aku hanya memutuskan untuk tidak.." Jimin bergumam pelan pada bagian akhir. Bisa ia dengar tuan min mendecak dan meletakkan kembali kertas ke atas meja. Dengan siku bertumpu pada lutut, dan kepala bertumpu pada pergelangan tangan, ia menatap lekat pada jimin dan gelas minuman dalam genggaman tangan yang lain.
"Kalau kau bisa minum melampaui diriku, aku akan memberimu bonus. Jika tidak, kau harus lembur dilain waktu."
Jimin hanya mampu terkejut dengan penawaran tuan min, dia bisa menggunakan uang tambahan meski ia merasa itu tidak benar. "Maaf, tetapi saya fikir menyelesaikan pekerjaan ini lebih pentin-."
"Kau hanya takut, eih.. aku tidak menyalahkan dirimu. Aku juga tidak berfikir kau mampu melakukannya." Tuan min mengangkat bahu tak acuh dan kembali membenarkan posisi duduk, menyeringai selagi dirinya menatap lekat reaksi yang ditunjukkan jimin. Jimin kemudian meneguk sisa minuman dalam gelasnya dan membanting gelas kosong ke atas meja.
"Baiklah!"
Merasa puas, tuan min menuang cairan coklat pekat lagi ke dalam gelas dan mempertemukan kedua gelas hingga berdenting, sebelum akhirnya kembali pada tumpukan kertas. Beberapa minuman habis setelahnya, kertas yang sudah berceceran di sekujur ruangan, bukan lagi menjadi prioritas utama.
"Aku pikir kita harus mendapat sesuatu yang lebih kuat." Jimin mengangguk, netranya terus jatuh menatap gelas kosong
"Ayolah, kau bahkan hampir tidak mampu menahannya."
"A--Aku bisa juga!"
JImin membiarkan bagian atas tubuhnya melewati tubuh tuan min selagi dirinya emncoba meraih sisi meja dimana tergeletak botol yang hampir kosong. Namun yang terjadi adalah kedua netra bertemu, atensi mereka terkunci satusama lain, mengabaikan gelas yang jatuh di atas meja. Jimin menelan ludah takut dan mencoba bangkit, melangkah mengitari meja dan menuangkan minuman ke laam gelas. Dia balik menatap sang boss yang masih menatap intens dirinya, mulut setengah terbuka dan pipi memerah.
"Tuangkan aku beberapa." Tuan min menggumam dan mengulurkan jimin gelasnya. Daripada menuangkannya, jimin justru meletakkan botol ke atas meja, tanpa mengalihkan kontak mata. Dia menatap lamat selagi tuan min menjilat bibir bawah dan mulut kembali setengah terbuka. Kesunyian menyelimuti kemudian, hanya kontak mata saling bertukar tatapan penuh gairah.
"Kemarilah."
Jimin mengambil langkah terburu dan naik keatas pangkuan sebelum memutuskan jarak diantara keduanya. Menubrukkan ranumnya ke atas bibir tipis yoongi, melupakan segala tantangan mengenai minum.
*end of flashback*
"L-lepaskan.." Jimin menarik dasi tuan min selagi lehernya dijamah.Dirinya memutuskan untuk melonggarkan simpul dasi, bahkan ia terheran mengapa simpul terikat begitu kencang, tidak ada kemungkinan dirinya mengikat sendiri sekencang itu. Tak berselang lama, sekelebat pemikiran diikuti secercah pertanyaan melingkupi benak jimin. Atensinya beralih, mengalihkan wajah dan bertemu pandang dengan tatapan terganggu dari penjamah. "Aa-anda sudah menikah?" Jimin bertanya takut. Tidak sekedar hendak barang melirik pada jemari yoongi dan apalagi mengungkit perihal pasangan.
"Tidak, dasar bodoh." Tuan min membongkar paksa kemeja jimin, hampir merobek beberapa kancing.
"Kenapa itu sangat kencang, D-dasinya?" Jimin bertanya sehabis melepas dasi dan membuka kancing kemeja tuan min. Tidak salah seorang memutuskan untuk mengikat simpul dasi begitu kencang, tidak juga dirinya, tetapi mengapa tuan min. Satu-satunya kemungkinan yaitu orang lain yang mengikatnya, mungkin istri tetapi tidak dalam kondisi tuan min saat ini.
"Nyonya K, me-mengikatnya."
"Wanita tua itu?"
Tuan min menganggukkan kepala. Tak lagi mampu bertahan dalam kondisi tidak nyaman, merubah posisi lelaki yang lebih muda menjadi berada dibawah kukungannya sekarang. Permohonan terucap pada ruangan yang hanya dua insan itu berada. Jika seseorang ada di kantor, mungkin indra mereka pastinya akan mendengar kegiatan panas yang berlangsung kemudian. Tidak lagi keduanya peduli pada kontrol suara, terutama lelaki yang lebih muda. Dirinya membiarkan kenikmatan memegang kendali pnuh, berfikir semua akan sirna dan atensinya terganti pada sang boss.
TBC
yah halooo... saya pendusta sekali bilang akan apdet cepat. Nyatanya men-translete saja lama hehe.....
Terima kasih untuk sekian ratus pembaca yang menyempatkan membaca translitan penuh kekurangan ini.
Of course all credit goes to
Dan teman-teman saya serta pembaca yang terus memberi semangat, saya berujar banyak terima kasih,
tidak memaksa, tetapi saya berharap atas vomment kalian. karna komen sangat berpengaruh terhadap kondisi semangat saya menulis hehe
Dan mungkin mulai minggu depan apdet akan benar-benar ngaret karena kuliah sudah dimulai.
Sekali lagi, terima kasih sudah menunggu,
best regard
Sena
![](https://img.wattpad.com/cover/119763314-288-k928492.jpg)
YOU ARE READING
Min Co. Indo Vers (Yoonmin)
FanfictionTempat Bekerja jimin terasa seperti neraka, bagaimana boss sialannya bertindak dan rekan kerja yang sungguh aneh? Hal gila mungkin akan terjadi di saat dirinya dipaksa untuk bekerja dengan jam yang menggila bersama sang boss yang luar biasa. All Cre...