Gadis

66 9 6
                                    

Cinta merupakan anugerah, katanya. Cinta adalah keindahan, katanya. Namun, aku tak mau banyak tau pasal cinta. Belum cukup umur, katanya.

⏰⏰⏰

Lelaki itu tengah duduk di halte dekat rumahnya untuk menunggu bus yang akan mengantarnya ke sekolah. Biasanya, sepuluh menit saja sudah ada bus atau angkot yang lewat. Entah ada apa dengan hari ini, sudah hampir setengah jam lelaki itu menununggu bus. Namun, belum ada satupun yang nampak.

Setelah hampir satu jam, lelaki itu memutuskan untuk berjalan kaki ke sekolahnya. Alasan ia tak memakai mobil atau motor hari ini adalah karena fasilitasnya disita oleh ayahnya. Kalian tau kenapa? Haha, iya karena rangkingnya turun kemarin. Dan sekarang adalah tahun ajaran baru.

Lelaki itu berjalan sambil bersenandung ria menyanyikan lagu kesukaannya. Perfect-Ed Sheeran. Dia bilang, lagu itu akan ia nyanyikan saat nanti ia akan melamar gadis yang dicintainya. Walaupun belum tau siapa gadis itu, yang jelas dia akan mengutarakan perasaannya dengan lagu itu.

Ah, ya. Nama lelaki itu adalah Alano   Fortunio Bagaskara. Lelaki itu mempunyai rahang kokoh yang membuatnya terlihat semakin tampan, tinggi semampai yang jangan ditanya, dia itu mirip Chanyeol, hidung mancungnya itu bak Lee Min Ho, kurang perfect apa dia. Dan, mungkin tambah, otak yang memang cerdas. Lelaki itu sekarang duduk dibangku SMA. Tepatnya SMA PERWIRA.

Setelah sampai di sekolah, lelaki itu buru-buru berlari menyusuri koridor menuju kelasnya. Ia berlari karena ia tau, delapan menit yang lalu bel sekolah telah berkumandang tanda pelajaran pertama siap dimulai.

Tok.. Tok.. Tok..

"Permisi, bu. Saya ter..", belum selesai lelaki itu mengucapkan kalimatnya. Guru itu buru-buru menyerang Alano dengan kalimatnya.

"Kamu, Alano", ucap gurunya itu sambil menatap Alano tegas.
"Kenapa terlambat?" tanya gurunya itu lebih tegas.

"Saya nunggu angkot, bu", ucapnya jujur.

"Kenapa kamu ngga pake motor atau mobil?" ucap gurunya masih setia dengan nada tinggi.

"Motor sama mobil saya disita ayah, bu", ucapnya lagi-lagi jujur.

"Oke, kali ini kamu ibu maafkan. Tapi ingat, jangan diulangi lagi", ucap gurunya.

"Iya, bu. Terimakasih", ucapnya kemudian berlalu menuju bangkunya.

Sudah hampir dua jam pelajaran di kelasnya berlangsung. Namun, selama pelajaran, lelaki itu sama sekali tak mengerti apa yang dijelaskan oleh guru biologinya itu. Guru itu benar-benar menyebalkan menurut Alano. Sama seperti kalian, jika gurunya menyebalkan, maka penilaian terhadap mata pelajarannya pun sama. Menyebalkan. Karena bosan dengan suara gurunya, lelaki itu kemudian berdiri untuk izin ke toilet.

"Permisi, bu. Saya izin ke belakang", ucap lelaki itu.

"Iya", jawab gurunya tanpa menoleh pada Alano sedikitpun.

Walaupun ia izin untuk kebelakang (toilet). Tujuannya hanya satu, ia ingin pergi ke taman belakang sekolahnya.

Sesampainya ditaman, lelaki itu menjatuhkan bokongnya dikursi putih yang ada ditaman sekolahnya. Dia bilang, dia suka taman karena bundanya dulu sering membawanya ketaman saat ia masih kecil.

"Hei", panggil seseorang dari arah belakang.

Saat lelaki itu menengok, sekejap kemudian ia melihat sahabatnya tengah berjalan kearahnya.

"Apaan", jawab lelaki itu sambil mengubah posisi duduknya menghadap gadis itu. Iya, sahabatnya adalah seorang gadis. Ya walaupun tidak semua gadis. Namun, yang memang selalu ada untuknya adalah gadis itu.

"Ngga papa, males aja dikelas", ucapnya jujur.

"Lo buntutin gue?" tuduh lelaki itu.

"Engga, sih. Tapi ya bisa dibilang buntutin lo juga. Gue liat lo izin, dan gue tau lo ngga akan ke toilet. Ya udah, gue ngikut aja. Lagian, kan gue udah bilang, gue males dikelas", ucap gadis itu jujur.

"Ah, lo terlalu jujur. Gue jadi makin sayang", ucap lelaki itu sambil mengelus puncak kepala gadis itu dan menariknya untuk bersandar dipundak lelaki itu.

"Ya iya lah. Emang lo, boong terus bawaannya", ucap gadis itu.

"Eh, sapa bilang gue boong? Coba gue tanya, kapan gue boong?" ucap lelaki itu sambil menjauhkan kembali kepala gadis itu untuk menatap matanya lekat.

"Kemaren", ucap gadis itu terlihat santai.

"Boong gimana gue?" tanya lelaki itu.

"Lo bilang, lo sakit kemaren. Taunya boong, kangen gue juga. Bilangnya sakit. Bego, lo", ucap gadis itu sambil menoyor pelan kepala Alano.

"Tapi lo khawatir, kan?" ucap lelaki itu meledek.

"Kagak, lah. Masa iya gue khawatir sama lo? Emangnya sebego apa gue?" ucap gadis itu.

"Ya elah, ngga ngaku, lagi. Orang jelas-jelas kemaren lo kerumah gue pake sendal beda warna. Kurang bukti apa gue?" ucap Alano itu sambil tersenyum remeh kearah gadis itu.

"Yee, kepedean. Itu mah karena nyokap gue pake sendal gue yang satunya. Jadi, gue pake sendal nyokap. Ketuker gitu", ucap gadis itu.

"Ya udah, deh iya", ucap lelaki mengalah.

"Emang iya", ucap gadis itu sambil berdiri hendak meninggalkan Alano.

"Mau kemana lo?" tanya Alano sambil menarik pelan pergelangan tangan gadis itu.

"Kantin, lah. Bel udah bunyi, noh", ucap gadis itu sambil terus melangkah menuju kantin.

"Gue ikut", ucap lelaki itu sambil menyamakan langkahnya dengan sang gadis.

"Lebay banget lo, biasanya juga ngga izin", ucap gadis itu sambil merapikan rambutnya yang terlihat berantakan.

Tanpa ia duga, sahabatnya yang jahil itu menarik ikat rambutnya. Dan kalian tau? Hal itu sangat menyebalkan menurut gadis itu. Untung saja, rambut gadis itu tidak buruk. Malah bisa dibilang sangat bagus, namun gadis itu lebih suka mengikat rambutnya asal karena risih menurutnya.

"Lano, woy. Balikin", teriak gadis itu saat masih di area taman.

"Ngga mau. Gue pengen liat lo diurai. Sekali aja", ucap Alano.

"Ngga, ah. Risih gue", ucap gadis itu terlihat menggemaskan. Walaupun mungkin terlihat berantakan. Namun itu rapi. Ah, sial, mungkin Alano telah dibuat terpana oleh gadis itu.

"Lo cantik", ucap Alano lalu memberikan sisir untuk sahabatnya itu.

"Jangan diiket lagi rambutnya. Gue ngga suka", ucap Alano sambil menarik tangan gadis itu.

"Yee, siapa elo ngatur-ngatur gue", ucap gadis itu sambil menoyor pelan kepala Alano. Lagi.

"Lo itu ya. Nyebelin banget. Sakit pala gue, bego", ucap lelaki itu. "Gue bales juga lo", ucap lelaki itu sambil melangkah maju mendekati gadis itu. Tujuannya hanya satu. Kembali menjahili sahabatnya, dia suka sekali saat melihat ekspresi lucu sahabatnya  saat digelitiki olehnya.

Setelah beberapa saat. Akhirnya gadis itu menyerah juga.

"Alano.. Udah, ah. Cape gue", ucap gadis itu sambil sesekali tertawa geli karena masih digelitiki oleh Alano.

"Haha, gue juga. Ya udah yuk ke kantin", ucap Alano lalu melangkahkan kakinya terlebih dahulu sebelum kaki kecil gadis itu melangkah.

ALANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang