Keluarga Alano

40 5 0
                                    

Sesampainya di rumah, lelaki itu buru-buru masuk kedalam kamarnya.

Sebelum ia menginjakkan kaki dilantai kamarnya. Ternyata suara nyaring dari bundanya sudah siap menyerangnya.

"Alano", panggil bundanya seraya berkacak pinggang sekarang.

"Eh, bunda. Ada apa bunda?" tanya Alano dengan wajah dimanis-maniskan seraya menuruni anak tangga.

"Dari mana kamu?" ucap bundanya sambil menjewer telinga putranya itu.

"Aduh, sakit bunda", ucap Alano sambil berusaha melepaskan tangan sang bunda dari telinganya.

"Dari mana?" tanya bundanya kembali kepada Alano.

"Alano main hujan sama Lea tadi", ucap Alano jujur sambil memegangi telinganya yang mungkin sudah memerah.

"Main hujan? Sama Lea? Kalo Lea sakit gimana? Kamu itu ya, laki-laki ngajaknya main hujan. Perempuan itu dijaga, Alano sayang", ucap bundanya sambil melepas tangannya dari telinga Alano dan beralih mengelus puncak kepala putranya itu.

"Siapa bilang Alano yang ngajak. Lea yang ngajak Alano, bunda", ucap Alano sambil membuntuti bundanya untuk duduk di sofa ruang keluarga.

"Jangan bohong", ucap bundanya setelah menjatuhkan bokongnya ke sofa dan kemudian menatap manik mata putranya untuk mencari kebohongan disana. Namun, usaha bundanya gagal. Nyatanya anaknya itu benar-benar jujur.

"Alano ngga bohong, bunda. Ngapain Alano bohong, kan ngga boleh sama bunda", ucapnya seraya menyenderkan kepala dipundak bundanya itu.

"Alano, kok kamu bau si? Mandi sanah", ucap bundanya sambil tetap mengelus puncak kepala putranya itu.

"Bau gimana, bunda? Orang wangi gini, dibilang bau", ucap Alano sambil menciumi ketiaknya sendiri.

"Jorok banget si. Sanah buruan mandi", ucap bundanya seraya berdiri kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur. "Bunda mau masak dulu. Nanti kalo kamu udah siap, panggil adik kamu buat makan sama-sama", ucap bundanya.

"Siap bunda", ucap Alano kemudian berlari menuju kamarnya untuk mematuhi perintah bundanya.

Sekitar hampir satu jam lelaki itu mandi, kini lelaki itu sudah siap dengan pakaian santainya. Kemudian, sekarang lelaki itu kini tengah mengetuk pintu kamar adiknya untuk mengajaknya makan.

"De, buka pintunya", setelah mengucapkan kalimat itu, Alano kembali mengutak utik ponsel yang digenggamnya.

"Ada apa, bang?" tanya adiknya itu.

"Disuruh makan sama bunda, buruan. Gue udah laper", ucap Alano.

"Ya udah, lo duluan aja, bang. Gue mau matiin laptop dulu", ucap adiknya itu sambil masuk kembali kedalam kamarnya.

"Okay, jangan lama-lama ya", ucap Alano seraya menuruni anak tangga.

Setelah seluruh anggota keluarga berkumpul. Mereka mulai melahap makanan mereka masing-masing sambil sesekali bercerita.

"De, lo mau lanjut sma mana?" tanya Alano kepada adiknya itu. Nama adiknya adalah Adeeva Putri Bagaskara. Ramah disapa Iva, gadis berumur 15 tahun itu, tengah menghadapi berbagai macam ujian disekolahnya. Ya memang ia ingin mengikuti jejak sang kakak dengan bersekolah disekolah favorite di kotanya. Gadis itu berpostur tubuh mirip sekali dengan Alano. Tinggi, hidung mancung, kulit putih mulus dan yang pasti cerdas.

"Gue pengennya ke sekolah lo, bang. Tapi takut ga bisa", ucap Iva rada pesimis.

"Jangan pesimis, dong. Gue aja bisa, masa lo nggak. Makannya dari sekarang itu rajin-rajin belajar, jangan korea mulu lo urusin", ucap Abangnya itu sambil menyendokkan makanan ke mulutnya sendiri.

"Bener tuh, Va. Bunda dukung kamu kalo kamu mau sekolah di SMA PERWIRA sama abangmu. Tapi ya itu syaratnya, belajar yang rajin", ucap bundanya sambil melirik sang ayah.

"Kenapa, bunda?" tanya sang ayah yang merasa diperhatikan.

"Diem mulu dari tadi", ucap bundanya sambil terus memakan makanannya.

"Ayah kan lagi makan, bunda. Masa iya makan sama bicara, ga baik tau", ucap ayahnya itu.

"Yee, si ayah. Biasanya juga yang paling cerewet itu ayah", ucap Iva meledek sang ayah.

"Haha, sebenernya ayah itu lagi nikmatin masakan bunda kamu yang ngga tau kenapa, hari ini tu lagi enak banget. Kalian ngerasa gitu ngga?" ucap ayahnya ala menggoda kepada bundanya sambil sesekali menyendokkan makanan kedalam mulutnya dan kali ini, adalah suapan terakhir.

"Ah, ayah. Bunda blushing tuh", ucap Adeeva kepada ayahnya guna meledek bundanya.

"Kalian ini", ucap bundanya sambil berjalan menuju dapur. Persis macam remaja yang tengah mabuk cinta.

"Haha, bunda blushing. Ngakak", ucap Adeeva sambil tertawa renyah.

"Ngga sopan, de", ucap Alano sambil mencubit pelan pipi sang adik.

"Ah, kaka ini. Lebay banget si. Gitu doang ngga sopan", ucap adiknya.

Setelah selesai makan, Adeeva kembali membuka suara.

"Bang, ajarin pr matematika, dong", ucap Adeeva.

"Sinih", jawab Alano.

"Bentar ya, bang. Abang tunggu di ruang tengah dulu", ucap sang adik lalu menuju kamarnya untuk mengambil buku.

"Hm", jawab Alano singkat.

ALANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang