5_LIMA

107 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setapak itu memanjang dari pantai ke suatu tempat yang jauh. Jalan itu lurus ke depan, tanpa sedikitpun berkelok, jadi ketika si Burung Enggak berbahasa Inggris itu meninggalkan mereka jauh di belakang, Adi dan Zach tahu arah yang mereka tuju, walaupun tujuanya masih tidak jelas.

"Kita istirahat disini." Adi membuka kaosnya yang basah kuyup menyerap keringat. Lebih menonjolkan warna gelap kulit matang dipanggang matahari dari pada bisep berukuran tanggung yang tidak bisa dia banggakan.

Mereka duduk di bawah pohoh kelapa di barisan terkahir, karena hanya beberapa meter di depan mereka wajah hutan nampak sangat berbeda. Itu sudah bukan lagi hutan homogen, yang hanya ditanami pohon kelapa, melainkan hutan perawan rimbun yang menyembunyikan suara-suara menggema di udara. Kelebatanya memancarkan aura mistis yang misterius. Ada semacam energi yang asing, yang membuat mereka ragu untuk masuk lebih dalam.

Sebenarnya, kalaupun mereka memang harus masuk ke hutan, Zach masih punya Adi.

Outdoor Java, dalam lima tahun eksistensinya kadang-kadang harus berada jauh ke luar dari pulau Jawa yang menjadi asal-muasal penamaanya. Karena tuntutan pasar, terpaksa Adi dan beberapa stafnya harus menambahkan spot diving di Karimun Jawa dan eksotisnya hutan Kalimantan di dalam menu-menu baru penjelajahanya di Instagram. Dia mengambil sertifikat menyelam di Bali, dan study banding ke jantung Kalimantan demi progam barunya di Outdoor Java untuk menarik para petualang. Adi Prakoso, bahkan pernah tercatat sebagai relawan dalam pencarian dan evakuasi korban pesawat jatuh di Pangkalan Bun. Dengan pengalaman itu, dan tanggung jawabnya atas Zach sebagai klienya, hutan itu pantas di coba. Lagi pula mereka hanya harus mengikuti setapak lurus itu kan.

"Kita nggak usah terlalu heran dengan hutan itu." Kata Zach menghentikan lamunan Adi. "Setelah portal dan Burung Enggak ajaib, pasti tempat ini menyimpan lebih banyak lagi yang ajai-ajaib."

"Kamu benar Zach. Kita memang bukan lagi di Bumi. Ini Wonderland."

Tak lama kemudian, Burung Enggak itu berbalik arah menyusul mereka berdua yang tadi tertinggal jauh di belakang. "Ayo manusia! Kita harus cepat." Katanya. "No time...No time."

"Bolehkah kita bernafas dulu." Jawab Adi. "Memangnya kita mau kemana? Kamu siapa sih?" Wajah si Burung memang agak lucu, tapi ini pertemuan mereka yang pertama. Kalau bukan karena panik, karena Burung itu mengatakan tentang pasukan iblis dan lain sebagainya, Adi tidak akan pernah setuju dengan Zach untuk mengejarnya memasuki hutan. Sebagai orang asing yang baru dikenal, wajar jika Adi menaruh pikiran negatif pada siluman burung ini.

"I'm a good bird." Jawabnya polos. Kini dia mendekat, kedua cakarnya menapak di tanah. Berjalan dengan sangat pelan mendekati mereka seraya berkata. "Panggil aku Binggo, aku berasal dari Kerajaan Timur. Kerajaan para monster." Dengan kukunya, dia mengetuk-ngetuk gelang di pergelangan kaki kananya. "Kami menyebut tempat kami Leaf and Flower."

Mereka mengamati gelang itu. Terbuat dari perak dengan ukiran sebuah lambang di bagian tengah, yang memisahkan kata 'Leaf' dan 'Flower.'

"Ini lambang kerajaan para monster."

SISI BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang