8_delapan

51 4 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika travolta berjalan menuju gerbang luar kota, dia melewati lapak yang tadi. Lapak yang pertama kali didatanginya saat ingin membeli peta daun lontar itu. Rupanya si pedagang sudah pulang. Lapaknya hanya menyisakan sebuah meja yang dirapikan, ditempatkan menempel pada dinding dengan spanduk-sapanduk kain yang tergulung rapi.

Sekilas mengamati, mendadak membuatnya berhenti lagi. Di atas meja itu, terselip di antara tumpukan spanduk-spanduk, sesuatu mencuat dari dalam. Dia menariknya keluar. Peta daun lontar?

Peta itu digulung dengan selembar kertas yang membungkusnya. Dia membukanya. Ada sebuah pesan.

Follow the bird!

Tak lama kemudian, seekor burung merpati terbang rendah. Burung itu terbang pendek-pendek. Dari satu atap ke atap yang lainya. Travolta segera mengikuti dari bawah.

Burung itu menunggu saat Travolta tertinggal cukup jauh di belakangnya. Saat jarak mereka cukup dekat, merpati itu terbang lagi. Mendarat lagi, kali ini di sebuah tiang bendera. Lalu terbang lagi. Mendarat di atas genting. Lalu terbang lagi.

Merpati itu baru benar-benar terbang lepas ketika mereka sampai di gerbang luar kota. Travolta menaiki kudanya dan melesat jauh mengikuti kemana burung itu akan membawanya tanpa menaruh curiga sedikitpun.

.....

Jauh di jantung hutan, Binggo menuntun kedua manusia Bumi itu melewati setapak yang semakin jauh ke dalam, semakin samar terlihat. Terakhir kali Binggo melewati jalur ini, 150 tahun yang lalu.

Adi mengatakan pada Zach bahwa tipikal hutan seperti ini mirip dengan hutan hujan pada umumnya. Begitu juga dengan bahayanya.

"Jadi tidak ada anconda di hutan hujan?" Tanya Zach. Dia sudah menyimpan kemeja kotak-kotaknya di dalan tas, kini dia hanya menggenakan singlet putih itu, yang ngeplek dengan badan berototnya karena peluh.

"Ada, tapi bukan di daerah yang seperti ini. Anaconda itu ular air. Dia lebih suka hidup di rawa." Adi jadi ingat ketika dulu mendapat penyuluhan saat menjadi relawan pencarian pesawat jatuh di Pangkalan Bun. Hutan hujan, di balik cerita mengenai ganasnya harimau, ular berbisa, atau badak hutan dan gajah liar menyimpan sebuah fakta. Ukuran yang kasat mata tidak sebanding lurus dengan tingginya level bahaya yang disandang. Dari segala aspek perbandingan, mahluk-mahluk imut bertengger di posisi tertinggi hewan-hewan pembunuh manusia di dalam hutan. Tarantula, kalajengking, katak pohon beracun.

"Kalau begitu, apa yang ada di sana itu bukan anaconda?" Zach mendengar bunyi kemeresek yang aneh di belakang mereka. Dia membalikan badan dan memaku pandangan pada setapak yang dilaluinya tadi. Volume bicaranya semakin pelan. "He's getting closer."

Mereka bertiga berhenti. Berharap-harap cemas, berdoa bahwa itu, sumber bunyi kemereseknya bukanlah ular raksasa yang mengancam. Tapi mengingat bahwa ini bukanlah di Bumi, imaji-imaji liar bermunculan di benak Zach. Ekspetasinya jauh dari binatang-binatang umum seperti badak, gajah, atau harimau. Melainkan Dinosaurus, Big foot, Troll.

SISI BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang