5 - Jeng Jeng

2.2K 273 27
                                    

Kemarin gue nembak Nayla pake kostum badut. Kata Aldi, cewek-cewek suka dikasih surprise. Katanya gemas-gemas gitu. Karena Aldi sudah terbukti lihat soal cewek, jadilah gue ngikutin saran dia. Eh tapi nyatanya Nayla malah mukulin gue sampai badan ini remuk. Rupa-rupanya dia benci badut. Ah, bego banget gue ngikutin saran Aldi.

Ah tapi nggak papa. Suasana hati gue lagi cerah benderang, jadi gue maafin si Aldi maha—ah maha apa sih. Namanya aja kek drama India yang emak gue suka. Gue bersyukur minta ampun karena emak gue kagak nyelipin nama drama India ke dalam nama gue. Bisa-bisa gue eneg tiap kali lihat nama gue sendiri.

As you know, gue benci drama India. Beuh, sok-sokan bahasa Inggris gue.

Kemarin gue nembak dia. Dan kata 'oke deh' darinya membuat gue melayang macam layang-layang. Gara-gara itu juga, badan gue jadi panas dingin.

Oke deh. Oke deh. Oke deh.

Akhirnya gue melepas masa jomblo gue. Senangnya dalam hati euy kalau beristri dua~~

"Dedek! Dedek!"

Gue mendesah kuat. Teriakan mama bikin mood gue malah nge-drop. Padahal udah gue bilang berkali-kali jangan panggil gue dedek lagi.

Gue keluar dari kamar. Mama berdiri di hadapan gue, terlihat sudah cantik dengan kebaya berwarna coklat mudanya.

"Ada apa, Ma?"

"Dedek free kan hari ini?"

"Ma, jangan panggil dedek dong ah." Gue langsung masang wajah cemberut, pertanda penolakan nama panggilan dedek.

"Dedek! Jangan bikin Mama marah ya." Mama berkata sambil menatap gue tegas. Kalau udah begini, gue harus ngalah.

"Iya deh, Ma. Kenapa mama manggil End—eh maksudnya ..." Gue langsung menunduk. "Dedek."

"Mama mau kondangan. Dedek ikutan ya."

"Nggak deh, Ma. Dedek mau jalan-jalan sama pacar."

Gue jadi ngebayangin jalan-jalan sama Nayla. Ah, gue nggak sabar mau ngajak dia jalan-jalan.

"Loh, dedek udah punya pacar?" Mama mendekat ke arah gue. "Akhirnya ya, Dek." Mama ngecubit kedua sisi wajah gue kayak anak-anak. Karena gue lagi senang, gue biarin aja mama melakukan pelecahan ini.

"Kapan dikenalin ke mama?"

"Besok dedek kenalin deh," ucap gue antusias.

"Oke, mama tunggu ya." Mama tersenyum. Sepertinya senang. Gue jadi ikutan senang.

"Siap!"

Gue meluk mama sambil nganterin dia sampai masuk mobil.

"Daa mama. Hati-hati!"

Gue melambaikan tangan ke mana, dan mama membalas. Setelah itu mobil mama melaju menuju jalanan raya.

Gue kembali ke kamar dan merebahkan diri di atas kasur. Gue pandang langit-langit kamar sambil membayangkan adegan romantis bersama ayang tersayang.

Ah, Naylaku.

Gue jadi keringat mau ngajak dia jalan-jalan. Gue mulai mengambil ponsel di saku, mendial nomor Nayla dan meneleponnya. Selang bentaran doang, terdengar suara kasak-kusuk di seberang.

"Ay?"

Tidak ada suara sahutan.

"Ayang Ayla?"

Telinga gue nangkap helaan napas dari Nayla.

"Iya, End." Terdengar suara lembut di telinga gue. Akhirnya dia nyahut juga.

"Lagi apa?" tanya gue malu-malu tai.

J o m b L oTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang