OUR WEDDING 5

2.2K 280 9
                                    

Naruto duduk di sofa depan tv dekat suaminya. Dia menghela napas lelah. Dasi yang dia pakai, ia longgarkan. Membiarkannya menggantung disana. Dua kancing ia buka agar dinginnya ac dapat dia rasakan sesegera mungkin.

Naruto menoleh ke samping kanan, kearah dimana suaminya berada. Sedikit mengernyit melihat suaminya terlihat fokus pada acara yang dia tonton.

"Kau terlihat banyak pikiran," ujar Naruto setelah merenggangkan badannya yang pegal.

Mendengar penuturan suaminya, Sasuke hanya menoleh sambil mengernyit tak mengerti.

Mendapat tatapan itu, Naruto meraih remot tv yang berada di meja kemudian memindah salurannya ke acara game show.

"Tidak biasanya kamu menonton acara memasak," ujar Naruto dengan pandangan tetap fokus ke tv.

"Ceritakan padaku kalau kau punya masalah. Mungkin saja aku ada solusi untuk masalahmu itu," lanjut Naruto dengan nada bicara seperti seorang ayah yang berbicara pada anaknya.

Sasuke berdecih, sedikit kesal karena suaminya sok dewasa. Dia tau kalau Naruto itu ceroboh dan gegabah, namun disituasi tertentu suaminya memang dapat diandalkan. Tetapi dia benci saat dimana dia dianggap sebagai seorang anak kecil.

"Nothing," ujar Sasuke pada akhirnya.

Sekarang giliran Naruto yang mengernyit. Dia merasa kalau suaminya pasti memiliki sebuah masalah. Namun pikirannya diintrupsi okeh dering ponselnya.

"Halo, dengan siapa aku bicara?" ujar Naruto menjawab panggilan telepon di ponselnya. Tidak ada nama pada nomer yang memanggil.

"Naruto," jawab sang penelpon.

"Ah, Gaara?" ujar Naruto dengan nada gembira ketika mengetahui suara milik siapa diseberang sana.

Sasuke yang mendengar nama koleganya disebut, diam-diam mencuri dengar pembicaraan mereka. Dia tidak cemburu, sungguh. Dia bahkan tidak menaruh rasa cinta pada pria yang saat ini menjadi suaminya ini. Tapi bagaimanapun nereka orang yang menikah. Kunci dari sebuah keluarga memang harus percaya kan? Dia ingin kehidupan pernikahannga lancar meski tidak ada rasa cinta didalamnya.

"Aku ingin menanyakan sesuatu, kau hanya perlu jawab ya atau tidak," ujar Garaa. Merasa Naruto sedikit bingung dengan apa yang dikatakannya, kini dia melanjutkan. "Aku tau suamimu disebelahmu sekarang."

"Hah?" Naruto mengernyit kemudian memandang suaminya yang tetap fokus pada acara tv sekilas.

"Okay," ujar Naruto setelah pandangannya kembali pada tv di depannya.

"Aku ingin menanyakannya secara langsung, tapi sepertinya suamimu terlalu protektif untuk membiarkanmu berduaan dengan pria lain."

Naruto ingin menyanggah ucapan Gaara, namun pemuda merah diseberang sana segera melanjutkan ucapannya.

"Aku tidak percaya kau akan berakhir dengan Sasuke setelah putus denganku Hahaha. Aku membiarkanmu agar bersatu denngannya, tapi kau malah berakhir dengan orang lain."

Sedikit jeda, namun Naruto tidak berniat untuk memotongnya. Dia membiarkan pemuda merah itu melanjutkan ucapanny.

"Tau begitu, dulu biar aku yang melamarmu hahaha..."

Pandangan Naruto meredup. Jarang pemuda merah itu bicara sepanjang ini. Dia tipe seperti Uchiha, jarang bicara dan tenang. Namun sedikitnya sekarang pemuda itu jadi lebih hangat setelah bertemu dengan Naruto.

"Maaf," ujar Naruto pelan.

Sasuke yang sedari tadi menonton tv sambil diam-diam menguping, meski tidak kedengaran, menolehkan wajahnya. Penasaran kenapa suaminya mengucapkan kata itu pada Gaara.

"Maaf Naruto, bukan maksudku menyinggung masa lalu," ujar Gaara. Sedikitnya dia merasa bersalah karena membuat mantan kekasihnya sedih.

"Aku hanya berharap kau bahagia. Jangan memaksakan diri. Kau harus bahagia sesuai kehendakmu, Naruto. Dan pertanyaanku, apakkah kau bahagia saat ini?"

Naruto mengambil jeda cukup lama. Gaara diseberang sana bertanya kembali, memastikan Naruto tetap disambungan telepon.

"Entahlah, Gaara," ujar Naruto akhirnya.

Diawal dia diminta untuk menjawab ya atau tidak, tapi dia tidak yakin dengan kedua jawaban itu. Dia merasa ada temboj besar yang kini menghalangi gerakannya.

"Kuharap yang terbaik untukmu, Naruto. Bagaimanapun aku tetap menyayangimu," ada jeda beberapa saat. "Sebagai teman," lanjutnya.

Naruto tersenyum mendengar ucapan sahabatnya. Sahabatnya memang selalu bisa membaca kegundahan dihatinya yang bahkan dirinya sendiri tidak begitu mempedulikannya.

Setelah mengucapkan terimakasih, Naruto menutup telponnya, kemudian menatap suaminya yang dari tadi memandanginya.

"Gaara," ucap Naruto seolah menjawab pertanyaan Sasuke. "Dia menyemangatiku agar terus bekwrja keras hahahha..."

Sasuke tahu bahwa ada sesuatu yang ditutupi oleh suaminya. Namun dia tidak terlalu memikirkannya. Lagi pula suaminya sudah dewasa, pasti bisa mengatasi masalahnya sendiri.

.
.
.
.
TBC

Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang