Prolog

259 20 4
                                    

Aku tak pernah tau apa yang akan terjadi esok, bahagiakah atau malah sebaliknya?

Yang aku tahu saat ini hanya satu .... Memberikan segenap rasa cintaku kepadamu meski bilamana takdir tak mengizinkan kita tuk bersama. Walau terkadang, aku masih ragu untuk menjalin ikatan atas nama ikrar.

Jika kau mempertanyakan mengapa?Yang pasti bukan karenamu. Bukan karena aku tak percaya kepadamu! Namun, karena masa laluku, masa lalu yang berselimut tabir rahasia. Masa lalu yang membuatku meragukan ikrar cinta.

Tak nampak kebahagiaan dalam ikrar itu meski hanya sekilas tawa. Perjuangan, duka, kepedihan, kekecewaan semua bersatu dalam air mata atas nama cinta.

Mungkin orang menganggapku belum dapat mengetahui apapun pada saat itu, tapi kenyataannya mereka salah. Aku sudah mengetahui semuanya dan aku cukup mengerti meski masih tertutupi keluguanku. Di setiap saat, aku selalu melihatnya meneteskan air mata. Walau ia berusaha menutupinya dengan topeng senyuman.

Aku masih mengingatnya, masih tersimpan sangat rapi di dalam memori kelamku. Sebuah kenangan yang jauh di masa lalu atas dasar rasa ingin tahu yang aku miliki saat itu.  Hingga kini ini aku menyadari bahwa itu adalah sebuah penderitaan nyata, senyata rasa sakit dan piluku hingga meragukan cinta.

Itulah yang membuatku takut. Sangat takut menjalani hubungan atas nama cinta, meski di landasi ikrar suci. Bukan karena aku tak mau, hanya saja aku butuh waktu tuk memahami semuanya.

Entah sampai kapan aku tidak akan mempercayainya. Mungkin selamanya akan meragukan  ikrar seumur hidupku. Tapi semua itu tak akan terjadi bilamana akan ada seseorang yang memberi kejelasan kepadaku. Kejelasan yang membuatku mengerti apa yang terjadi saat itu. Kejelasan yang mampu membuatku melupakan kesedihan masa lalu.

Surabaya, November 2013

Seribu Rindu Lebur Jadi DebuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang