[25] Akhir Semuanya?

73 5 0
                                    

"Raina, tolong jelaskan."

Raina tersentak. Ia berhenti menautkan tangannya kemudian melirik Agatha yang sudah siuman di sampingnya. Ujung bibir Agatha lebam dan darah itu sudah di bersihkan. Raina jadi merasa bersalah dan tentunya ingin meminta maaf. Namun ia masih mempunyai kesadaran bahwa dirinya benar.

Di samping Agatha duduk Raga. Memberikan Agatha ketenangan dengan memeluk cewek itu. Raina dapat melihat tatapan kecewa dari Raga untuknya. Dan itu cukup membuat hati Raina seperti tertusuk jarum.

Frella yang berada di samping Raina hanya bisa diam. Percuma ia membela Raina seperti tadi tapi Bu Rahman tidak mau mendengarkannya, malahan guru itu membentak Frella.

"Bu, saya tidak bersalah. Saat-"

Tiba-tiba Agatha menyela. "Jelas-jelas lo salah! Lo mukul gue!" cewek itu terisak. Wajah Raina berubah jadi pias. Frella dapat menangkap itu. Ia melihat Raina menggigit bibir bagian bawahnya, berusaha agar tangisnya tidak pecah. Mungkin sebagian orang melihat Raina sangat kuat dari luar, namun mereka tidak tahu bahwa Raina menyimpan kesedihan lebih dalam.

"Agatha," suara Bu Rahman melembut. "Biarkan dia menjelaskannya."

Raina menunduk. Mencoba menyembunyikan air matanya yang tiba-tiba saja menetes. "Waktu saya lagi makan di kantin, Agatha narik saya Bu. Bawa saya ke gudang belakang. Temen-temen dia nyiram saya pake air bekas pel. Saya diam. Dia juga maki-maki saya dan-"

"Bu," Raga memotong. Spontan semua menoleh ke arah cowok itu. "Percuma Ibu kasih dia waktu buat perjelas. Mana ada maling yang mau ngaku?"

Bu Rahman mengangguk membenarkan. Raina menoleh ke arah Raga, menatap cowok itu dengan wajah meminta penjelasan. Namun yang Raga lakukan hanya membuang muka dari Raina dan beralih menenangkan Agatha kembali. Sesaat Raina membeku. Raina tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Melihat itu, membuat ribuan pedang rasanya menusuk dirinya bertubi-tubi.

"Hanya karena dia memaki, kamu mukul dia? Raina itu namanya kekerasan. Jika Agatha melapor ke orang tuanya, dan orang tua Agatha menyangkut-pautkan ke pihak berwajib, kamu bisa dipenjara!"

"Sa-saya tahu Bu."

Bu Rahman menghela napas. Ia masih tidak percaya bahwa Raina yang terkenal tidak pernah membuat gara-gara di sekolah kini membuat ulah.

"Kamu di skors selama satu minggu dari sekolah. Dan minta maaf kepada Agatha."

Raina meneguk ludah. Ia melirik Agatha yang menatapnya sinis. Hatinya mengatakan bahwa ia tidak perlu meminta maaf.

"Raina." tegas Bu Rahman. "Kalo kamu nggak minta maaf, kamu dikeluarkan dari sekolah."

Sontak hal itu membuat Raina membelalakkan mata. Ia menghembuskan lalu membuang napas dan mengulurkan tangannya ke arah Agatha. Agatha menatap tangan itu keki.

"Gue minta maaf."

Bukannya menerima tangan itu, Agatha malah menepisnya kasar. Raina tersentak. Ia tidak tahan untuk tidak menangis saat ini. Ditambah lagi melihat tatapan Raga untuknya yang sulit untuk diartikan.

"B-bu, saya permisi."

Raina segera keluar dari ruang BP, membelah kerumunan yang ada di depan pintu ruang BP, turun ke lantai dasar. Ia menuju ke kelasnya untuk mengambil tas dan berlari dengan terisak ke luar sekolah.

----

Entah sudah beberapa tissu yang ia habiskan malam ini. Kejadian tadi siang masih terngiang-ngiang di kepalanya. Tatapan Raga yang sulit diartikan, kesinisan Agatha, ditambah lagi skors yang Bu Rahman berikan.

Hari ini Raina kacau.

Ia mengunci diri di apartemennya. Saat ini ia butuh waktu untuk menenangkan diri. Frella juga sudah berkali-kali menelponnya namun tak ada satupun yang Raina angkat. Bell apartemennya juga sudah beberapa kali dipencet oleh Frella yang datang kesini untuk mengecek keadaan Raina, namun Raina hanya diam bergeming di kamar. Memeluk bantal nya kuat-kuat sambil menangis terisak.

Puluhan telepon dari Samudera juga masuk ke dalam ponselnya. Namun tidak ada satupun niatan untuk mengangkatnya.

Kemudian sebuah pesan masuk, Raina menatap layar ponselnya yang menyala. Pesan itu, yang berhasil membuat Raina membeku di tempat. Membuat tubuhnya bergetar hebat dan tangisnya makin menjadi-jadi. Rasa sesak juga tak kunjung hilang dari dadanya.

F. Ragantara : Gue kecewa sama lo

F. Ragantara : Jangan hubungin gue lagi. Di sekolah anggap aja kita nggak saling kenal

F. Ragantara : Jujur Raina, gue nggak suka liat lo kayak gitu. Apalagi korbannya Agatha

F. Ragantara : Jadi please jangan pernah hubungin hubungin gue. Jauh-jauh dari hidup gue. Gue terlanjur kecewa sama lo Rain. Jangan pernah lagi deket-deket gue

F. Ragantara : Gue harap lo ngerti sama gue

F. Ragantara : Cowok mana yang nggak marah ketika lihat orang yang ia cinta dihajar sama orang lain? Cewek pula

F. Ragantara : Intinya jauhin gue. Jangan deket-deket gue lagi, jangan hubungin gue. Anggap gue bukan temen atu apapun lo nganggep gue sebelumnya

Tak selang beberapa detik, Raga mem-block akun Raina. Tangis Raina semakin menjadi-jadi, menggema keseluruh penjuru ruangan sampai-sampai terdengar sampai di luar ruangan. Membuat Frella khawatir dan kembali memencet bell pintu. Raina patah hati. Ia akui itu.

Sementara itu, seorang cowok dengan rambut berantakan duduk di keramik dingin balkon kamarnya. Setelah mengirim pesan itu, ia mem-block akun Raina. Berharap cewek itu tidak menghubunginya dalam waktu dekat. Ia terlalu kecewa atas sikap Raina terhadap Agatha.

Raga menyenderkan kepalanya di pintu balkon. Kemudian membalikkan badan menatap Agatha yang tengah tidur lelap di ranjangnya. Masih dengan luka memar di sudut bibirnya.

Raga menghela napas. Ia melarikan tangannya ke sudut bibirnya dimana disana juga ada sebuah luka lebam beberapa hari lalu saat ia dihajar oleh geng kakak kelas itu. Dan bagaikan pahlawan kesiangan Raina datang menyelamatkannya. Raga tersenyum samar.

Kepalanya mengadah menatap langit mendung yang menutupi bintang. Ia memangku gitarnya dan mulai memetik senar.

Feeling use but I'm
Still missing you and I can't
See the end of this just wanna feel your kiss
Against my lips and now all this time
Is passing by but I still can't seem to tell you why. It hurts me every time I see you
Realize how much I need you

Sebenarnya, Raga tidak tahu dan tidak bisa menyanyikan lagu asing. Namun saat ia tahu Raina menyukai lagu ini, ia mulai melatih dirinya tentunya dibantu oleh teman-temannya. Dan, saat ini lagu ini berhasil membuatnya ingat akan perempuan itu.

I hate you, I love you... I hate that I love you
Don't want to but I can't put nobody else above you...
I hate you, I love you... I hate that I want you. You want her, you need her
And I'll never be her...

Suara merdu Raga berakhir seiring petikan gitarnya. Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah ini akhir semuanya?

*****

Gnash ft. Olivia O'brien.
I hate U, I love U.

A Hurt JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang