[36] Untuk Terakhir Kalinya

94 4 0
                                    

Agatha mengajak Raina ke taman di dekat sana. Semilir angin berhembus membelai pipinya, lalu menerbangkan daun-daun yang mulai berguguran dari pohonnya. Sementara Frella, gadis itu mengamati Raina dari kejauhan. Khawatir jika 'Si Ratu Drama' itu punya rencana busuk terhadap Raina.

Agatha menuntun Raina untuk duduk di kursi besi putih di dekat mereka, kemudian dia mengadah menatap jendela terbuka dengan tirai yang berterbangan diterpa angin. Itu ruang rawat inap Raga. Terletak di lantai tiga dan berhadapan langsung dengan taman rumah sakit.

Helaan napas keliar dari bibir Agatha. Ia menenangkan diri terlebih dahulu dengan menatap aktivitas di sekitaran taman. Ada seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki dengan wajah pucat dan kepala botak di dorong menggunakan kursi roda, seorang wanita yang tengah jalan-jalan ditemani anaknya dengan infus yang menancap di tangan kirinya, dan sepasang lansia yang saling tertawa bersama di salah satu bangku dekat pohon rimbun.

Agatha tersenyum.

"Mau ngomong apa?" tanya Raina dingin.

Agatha menoleh kearah Raina. Kemudian nyengir lebar, "Senyum dong!"

Kini, Agatha yang dulu kembali lagi. Agatha yang ceria dan baik hati. Bukan Agatha yang menyimpan sejuta rencana busuk dibalik wajah polosnya.

Raina memberengut kesal. Tak ada ekspresi yang dipancarakannya.

"Ya deh, gue udah tau. Kalau bukan Raga alasannya, mana mungkin lo bisa senyum. Iya 'kan?"

"Iya." Raina menghela napas, "Coba deh, lo mulai ngomong sekarang."

"Gue mau minta maaf."

Seperti magic, perkataan Agatha tadi mampu membuat napas Raina tertahan. Dia tidak percaya jika kata-kata itu keluar dengan mudah dari bibir Agatha. Padahal, Raina yakin selama ini Agatha menyimpan dendam yang begitu dalam untuk dirinya.

"Lo nggak lagi sakit 'kan?" tanyanya tak percaya.

Agatha lagi-lagi tersenyum, "Enggak lah. Gue bener-bener mau minta maaf Rain. Gue harap lo maafin gue atas semua kelakuan gue selama ini. Gue tau gue salah. Obsesi udah ngalahin semua yang ada dalam diri gue. Gue jadi berubah, gue jadi orang yang ambisius. Tapi itu justru buat gue hancur. Raga jadi gini karena gue."

Raina hanya diam mendengar perkataan Agatha. Namun di dalam hatinya, ia mencoba mencerna semua kata-kata itu dan menghubungkannya dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini.

"Intinya, gue orang yang udah buat Raga benci sama lo. Gue adalah dalang dimana semua rahasia lo terbongkar."

Raina masih bergeming. Dengan tatapan kosong kedepan.

"Gue bakalan balik besok ke London, Mama telepon gue kemarin. Dan gue janji, gue akan berubah. Gue nggak akan usik kehidupan lo sama Raga."

Akhirnya, senyum Raina tertarik. Ia meraih tangan Agatha dan menggenggamnya.

"Lo orang paling baik yang pernah gue kenal," ucap Raina pada akhirnya. "Gue udah maafin lo. Nggak baik juga 'kan, nyimpen dendam lama-lama."

Agatha tersenyum dan langsung menarik Raina kedalam pelukannya. Menangis haru karena pada akhirnya semua kata-kata yang selama ini mengakar dipikirannya bisa ia keluarkan.

------

Hari ini, SMA Taruna Bangsa sangat sepi. Tidak ada keributan dari geng Raga dkk karena baik Raga, Devin dan yang lainnya tidak ada di sekolah. Hal itu membuat para murid XI. IPS 2 dan XI. IPA 2 berteriak heboh karena tidak ada pengganggu mereka lagi. Walaupun hanya satu hari. Bahkan, Edo sampai sujud di lantai dan mengucap syukur berkali-kali karena pada akhirnya ia berhasil keluar dari jeratan Raga dkk.

A Hurt JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang