3~A Mafia Obsession

106K 5.1K 30
                                    

Saat Fania akan membuka pintu yang ada di depan nya, Seila pelayan muda memegang tangan nya, mencegah Fania untuk membuka pintu tersebut.

Seila menggelengkan kepala nya mencoba untuk menghentikan Fania membuka pintu tersebut.

"No-Nona jangan. Tu-Tuan tidak akan suka di ganggu saat bekerja. Tu-Tuan akan marah."

"Tidak apa - apa Seila. Aku hanya akan berbicara dengan nya. Kau, kembalilah bekerja."

Dan Fania membuka pintu tersebut meninggalkan Seila di luar yang menatap nya khawatir sebelum ikut berbalik pergi.

"Itu terserah dari kau. Aku tidak ingin tauh tentang itu. Yang ingin aku tauh barang itu harus tiba secepat mungkin."

Hal pertama yang di lihat nya Lelaki bermata Amber itu sedang membelakangi nya dengan terus berbicara melalui ponsel nya.

"Sebaik nya kau selesaikan itu atau aku akan melemparkan mu kedalam kandang buaya yang kelaparan." Fania bergidik ngeri mendengar ucapan lelaki bermata Amber itu.

Dan seperti nya ucapan lelaki bermata Amber itu menutup percakapan nya dengan seseorang yang sedang menelphone nya di seberang sana.

"Sejak kapan kau di sana ?" suara dingin juga datar itu membuat Fania kaget.

Fania menatap lelaki bermata Amber itu, lelaki yang masih belum di ketahui nama nya sama sekali. "Ak-- Aku ingin bicara."

"Dan Aku tidak punya waktu." lelaki tersebut menatap berkas yang berada di meja nya.

"Aku tidak percaya padamu. Jika, memang ayah ku menjadikan ku sebuah jaminan, berikan aku bukti."

"Bukankah ayahmu sudah pergi dari 6 bulan yang lalu. Dan kau sama sekali tidak tauh di mana keberadaan nya bukan ? Di situ kau bisa simpulkan kenapa ayahmu pergi. Dia pergi karena dia tidak bisa membayar hutang nya." lelaki tersebut masih menatap berkas yang berada di meja nya tanpa menatap Fania saat berbicata.

"Itu bukan bukti.Ayahku pergi karena dia akan mengunjungi makam ibu
ku."

Lelaki bermata Amber tersebut tersenyum meremehkan mendengar alasan yang di berikan Fania dengan mata yang masih menatap berkas yang berada di depan nya. "Dan dia pergi mengunjungi makam ibumu selama 6 bulan ? Sejauh apa makam ibumu. Apa itu ada di luar Las Vegas? Australia ?"

Kali ini Fania tidak bisa berkata apa - apa. Apa yang dikatakan lelaki bermata Amber itu benar. Makam ibu nya tidak jauh dari kota ini. Tempat nya tinggal. Las Vegas.

"Mungkin ayahku sedang ada masalah yang di hadapi nya, sehingga tidak bisa pulang lebih cepat." lirih Fania, bingung dengan apa lagi yang harus di katakan nya.

"Ya, dia sedang menghadapi masalah. Dia tidak bisa pulang karena tidak bisa mengembalikan uang ku."

Fania berdehem, berusaha merubah situasi yang seakan sekarang menjepit diri nya. "Berikan aku bukti. Bukti tertulis. Pasti kau punya itu jika ayahku memang meminjam uang darimu."

Kali ini lelaki bermata Amber tersebut mengalihkan tatapan nya dari berkas yang sedari tadi di baca nya, beralih menatap Fania dengan alis yang terangkat sebelah.

Sebelum menganggukan kepala nya membenarkan apa yang di bicarakan perempuan yang berada di depan nya.

"Kau benar. Kami memiliki perjanjian tertulis. Tapi, perjanjian tersebut sedang tidak ada pada ku. Lebih tepat nya ayahmu mencuri nya dari ku. Tetapi, bukan nya perjanjian tetap perjanjian ?"

Ini terasa ganjil.

"Kalau begitu kau tidak bisa menyatakan aku sebagai milik mu. Sebagai barang jaminan dari uang mu."

Lelaki bermata Amber itu bersandar sebentar di kursinya menatap Fania dengan pandangan yang sulit di baca sebelum berdiri dari kursi yang di duduki nya, berjalan mendekati Fania yang kini menatap nya tanpa rasa takut.

Tepat di depan Fania lelaki bermata Amber itu menutup jarak nya dengan Fania, membuat jarak yang tersisa di antara mereka hanya 2 jengkal.

Saat Fania melihat lelaki bermata Amber itu mengangkat tangan nya dengan wajah yang tetap sama, datar. Fania tanpa sadar menutup mata nya.

Tetapi, itu tak berlangsung lama saat diri nya merasa sentuhan halus di pipi nya. Membuka mata nya diri nya melihat lelaki bermata Amber itu tersenyum mengejek ke arah nya dengan ujung jari nya mengelus pipi Fania, membuat Fania merasakan sensasi geli yang di rasakan nya dari tangan dingin tersebut.

Hingga lelaki bermata amber itu kembali menutup jarak, tetapi mengalihkan wajah nya ke sisi kiri wajah Fania lebih tepat nya ke arah telinga Fania.

Dengan bibir nya yang menempel di telinga Fania "Kau tauh aku suka pada sesuatu seperti mu. Kau menantang dan kau menggairahkan. Dan pada saat aku sudah mulai menyukai mu. Aku tidak akan melepaskan nya. Aku sedikit sensitif dengan apa yang menjadi milik ku."

Dengan gugup Fania mendorong dada lelaki bermata Amber tersebut berusaha menjauhkan nya tepat pada saat kedua tangan lelaki bermata amber tersebut menahan tangan nya.

"Ka-Kau menjauh dari ku. Kau seperti mengatakan bahwa kau adalah tuan dan aku adalah hewan peliharaanmu, yang harus mengikuti segala perintah yang kau berikan kepada hewan yang kau pelihara tersebut."

Sebuah senyuman tersungging di bibir lelaki bermata Amber tersebut, Fania dapat merasakan nya.

"Benarkah aku berkata seperti itu ? Apa kau lebih suka di sebut sebagai hewan peliharaan ku di banding milikku ?" Sebuah kecupan kini di rasakan Fania di sekitar telinga nya membuat nya merasakan sensasi aneh yang belum pernah di rasakan nya.

"Aku tidak mengatakan bahwa kau adalah hewan peliharaan tapi, aku tidak akan menyangkal bahwa orang yang tinggal di sini memang mirip dengan yang kau katakan. Aku tuan nya dan mereka hewan nya. Kau lebih suka seperti itu, di banding pemilihan kata ku yang sebelum nya bukan?" kini lelaki bermata Amber tersebut beralih mendekatkan wajah nya ke wajah Fania, tepat tersenyum di depan bibir Fania yang sangat dekat dengan nya.

"Tenang. Kau berbeda dengan mereka. Kau spesial bagiku." Dan tepat dengan itu sebuah kecupan terasa di bibir Fania.

A Mafia obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang