01 - Rumah dan Sekolah Baru

962 33 3
                                    

Namaku Arima. Hari ini aku harus pindah lagi. Ayah selalu saja pindah lokasi kerja setiap satu sampai dua tahun. Saking seringnya pindah, aku sampai bosan. Temanku sedikit, karena aku dicap sebagai orang yang tidak menyenangkan dan sulit diajak bergaul.

Wajar saja. Wajahku nampak murung dan lesu. Aku dibesarkan tanpa Ibu dan Ayah yang sangat sibuk. Hanya ada pembantu setia keluargaku, yang juga terus ikut jika ayah pindah. Aku tidak pernah melihat ibuku secara langsung, hanya melalui foto – foto pernikahan Ayah. Ibu meninggal saat aku lahir.

Barang – barang sudah masuk ke rumah kontrakanku. Ayah tidak pernah membeli rumah kalau pindah, karena kami tidak pernah tinggal lama. Dan besok aku juga harus pergi ke sekolah baruku. Saat ini aku sudah duduk di bangku SMA kelas dua.

   “Wuanjirr…, tumben kontrak rumah yang besar, yah. Biasanya gak nyampe tingkat dua gini”

“Halah, begini dibilang gede. Tingkat duanya cumin ada satu kamar. Kau bisa tidur disitu kalau mau”

Akhirnya punya kamar sendiri. Biasanya juga cuma ada dua kamar. Satu untukku dan ayah, satunya lagi buat Pak Aki, pembantu keluargaku. Sekali – sekali begini kan enak.

Ranjangnya lumayanlah, bisa tidur nyenyak. Pakaian – pakaianku sudah masuk semua. Tapi sayangnya, kamar mandi hanya ada satu. Bisa telat ini besok kalau gak bangun cepat.

Aku berbaring. Main gadget, main game yang lagi terkenal sekarang. Capek main game, nonton Anime deh. Malas keluar rumah, nyapa tetangga baru. Sayangnya Wifi-nya belum dipasang, jadi belum bisa download film baru.

Perasaan baru saja aku nonton anime, aku tiba – tiba terbangun. Pasti semalam aku ketiduran saat nonton. Aku duduk sejenak, cek handphone. Ternyata masih jam 5. Sekolah kan mulai jam 7. Masih dua jam lagi, tapi tidak terasa. Setengah tujuh aku baru buru – buru mandi lalu sarapan. Ayah menunggu di depan tidak sabaran. Biarlah terlambat, aku masih anak baru juga.

Mobil ayah melaju kencang. Lima belas menit mungkin udah nyampe sekolah, dan pintu pagar juga udah ditutup satpam. Ayah bernegosiasi sebentar dengan satpam. Dan saat itulah kumelihatnya. Gadis itu berjalan dengan santai menuju sekolah, dengan tangan keduanya di saku jaket sambil mengunyah permen karet.

Satpam pun membuka pagar, dengan santai ia ikut berjalan masuk. Baru aku sadar, rambutnya sangat pendek. Ia seperti tidak memiliki sisi feminim saja. Lah satpamnya juga nggak sadar dia ikut masuk. Dan dia menyadari bahwa aku sedang memerhatikannya.

Tomboy? But I Love You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang