18 - Tomboy, But I Love You [End]

89 3 0
                                    

Hari ini, merupakan hari kelulusanku di SMA. Aku ingin ada ayah disisiku disaat - saat berbahagia ini. Begitu juga dengan ibu.

Hari ini Nami, Ken, Shuu, dan aku sedang menjemput seseorang yang sangat kami rindukan di Bandara. Sudah lewat setahun setelah kejadian malam itu di rumah Karen, saat sebagian kisah hidupku terkuak di sana.

Karen disarankan untuk terbang ke Singapura untuk menjalani perawatan yang lebih maksimal. Bukannya Paman Kuga sudah tidak sanggup, melainkan demi kesembuhan Karen juga.

Sudah lewat setahun juga saat Karen harus meninggalkan Indonesia. Malam sebelum dia pergi, kami masih sempat menikmati angin malam di bawah langit yang ditaburi bintang. Aku masih belum tahu harus sedih atau bahagia pada malam itu.

Baru saja kami sampai di Bandara, Karen juga sudah keluar bersama ayahnya. Karen nampak sehat, dan aku sangat bahagia. Karen sudah bisa berjalan kembali, dimana saat pergi dulu dia harus menggunakan kursi roda.

Karen menangis terharu, sekaligus melepas rindu saat melihat kami berdiri menunggunya. Kami berlari mendekati Karen, dan berpelukan cukup lama. Ayahnya pamit sebentar meninggalkan kami berlima.

"Karen..., kau nampak sehat kembali setelah pulang dari Singapura. Syukurlah..."

Tahun ini Karen tidak lulus, setelah menjalani perawatan intensif, dia belum bisa kembali sekolah. Dia akan mengulang di tahun yang akan datang, dan kami selalu berusaha tetap berada di sisinya.

"Yo Karen. Sudah sehat?" aku bertanya.

Dia tersenyum, air matanya jatuh.

"Ya, lebih baik dari dulu kan?"

Aku mengangguk.

"Ngomong - ngomong, rambutmu sudah sebahu tuh. Mana kesan tomboymu?"

Nami menjewerku "Kau tidak punya sopan santun ya saat berbicara dengan wanita. Mana ada wanita yang suka dikatain tomboy oleh pria, meskipun jati dirinya memang seperti itu."

"Iya, maaf"

Karen tertawa. Aku merindukannya. Akhirnya aku mendengar suara tawanya setelah lama tidak bertemu. Aku selalu mencoba menghubunginya melalui telepon tapi tidak pernah berhasil.

"Lalu? Bagaimana denganmu, Arima?"

Aku menggeleng, dia tersenyum.

"Tidak apa. Nanti kita coba lagi!"

Yang dimaksud Karen disini adalah ingatanku. Aku terus berusaha mengingat kembali apa yang pernah terjadi pada diriku di masa lalu, tapi hasilnya, nihil. Aku masih tidak bisa mengingatnya hingga sekarang. Namun mendengarnya seperti itu aku merasa sangat senang.

"Jalan - jalan yuk!" Shu mengajak.

"Woi, bodoh. Karen ini baru saja tiba sudah kau ajak jalan." Ken berbicara dengan nada naik.

"Tidak apa - apa. Aku minta izin dulu pada ayah."

"Beneran tidak apa Karen? Kau ini istirahatlah dulu sehari." Ken masih tidak percaya.

"Iya tidak apa. Tunggu dulu ya!"

Kami mengangguk.

"Eh, Arima. Bisa ikut aku sebentar?"

Eh? Aku?

"Ettoo..., Ken bisa kau menemaniku beli minum? Haus nih..., ayo!!" Nami segera pergi.

"Mungkin aku harus ke toilet. Permisi!" Shuu juga beranjak pergi.

"Oee, Shuu. Toilet di sebelah sana." Shu berjalan ke arah yang berlawanan dengan jalan menuju toilet. Ia kemudian menepuk dahi seraya berlari menuju toilet.

"Nah sisa kita berdua. Ada apa, Karen?"

"Anu, begini. Eh ngomong - ngomong apakah aku harus potong rambut?"

"Itu sih terserah kamu,"

Dia kemudian memelukku.

"Arima..., Aku benar - benar merindukanmu. Sangat merindukanmu."

"Iya, Karen. Sama..." aku membalas pelukan Karen.

"Aku bersyukur bisa sehat kembali. Sangat bersyukur..."

"Iya Karen. Aku juga bersyukur atas kesehatanmu sekarang,"

"Dan, aku berharap kau tidak pernah melupakanku dan selalu mengingatku dimanapun kau berada,"

"Iya, Karen. Maaf. Aku janji tidak akan melupakanmu lagi."

"Dan, Arima..."

Aku tidak tahu apakah dia menangis sekarang atau tidak, tetapi suranya nampak seperti sedang menahan tangis.

"Aku mencintaimu!"

Karen...

"Iya, Karen. Sama..."

Dan begitulah, kisahku dengan seorang gadis tomboy.

Lalu, bagaimana hubunganku dengan Karen kedepannya? Kalau yang itu mungkin seharusnya kalian sudah mengetahuinya.

Aku menyukai Nami. Tapi aku mencintai Karen.

Lalu dengan Shu? Aku harap dia juga segera mendapat jodohnya.

Saat ini, aku hanya ingin menikmati saat - saat berhargaku lainnya dengan gadis tomboyku. Hanya saja sisi feminimnya sekarang sudah mulai keluar, seiring berjalannya waktu.

Meski begitu, dia masih tomboy. Tapi aku mencintainya.

Tomboy? But I Love You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang