Aku lesu selama berjalan menuju ke sekolah. Mataku rasanya sakit karena semalaman gak bisa tidur dan justru menangis sendirian sampai pagi menjelang. Yang mengisi pikiranku sejak semalam hanyalah Aza seorang, yang masih belum juga mengirimi aku pesan atau apapun. Aku gak habis pikir aja, cowok macam apa dia yang sampai melupakan hari ulang tahun pacarnya sendiri? Kenapa makin ke sini sikapnya malah tambah bikin sebal coba?
Deru suara motor yang gak asing di telingaku terdengar cukup jauh dari belakang. Aku menoleh ke sumber suara, melihat motor Ninja hijau yang sangat aku kenali siapa pengendaranya. Tapi yang lebih membuatku heran adalah saat mendapati sosok cewek yang dibonceng olehnya. Cewek yang kemarin aku lihat menggandeng mesra tangan Aza. Kebetulan banget,ya, lagi aku pikirin.
Eh, lihat itu, Aza tertawa lepas banget sama cewek yang menempelinya. Padahal seingatku dia nggak pernah menunjukkan tawa selepas itu selama bersama denganku selaku pacarnya ini. Kok, miris ya?
Aku terus menatap laju motor Aza yang semakin mendekat ke arahku. Kemudian sesaat setelah sepasang mata kami saling bertemu tatap, tawa itu seketika berhenti. Bahkan dia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain lantas mengebut. Bikin dadaku ini merasakan sakit luar biasa. Kenapa sih dengannya? Apa memang seburuk itu aku di mata dia?
Tanpa sadar pipiku sudah basah. Kayaknya ini bakalan jadi hari ulang tahun paling buruk bagiku.
--
"Happy birthday, Yundana!" koor teman-temanku serempak sambil menebarkan butiran kertas-kertas kecil ke arahku saat aku baru membuka pintu kelas.
Lihat, tuh. Bahkan mereka saja mengingat hari ulang tahunku.
Heri merangkulku dengan akrab sambil tersenyum penuh arti, "Traktir, ya?" pintanya dengan mengangkat-angkat alis.
Aku mendengus lalu menjitak kepalanya gemas. "Belum apa-apa udah minta traktir. Kado buat gue mana?" aku menengadahkan tangan layaknya pengemis pada kawan sebangkuku ini. Heri terlihat merogoh kantung seragam, kemudian satu permen kiss diletakkannya di atas tanganku. Aku menekuk bibir, kecewa. Kuambil permen berwarna merah itu, yang di belakangnya bertuliskan 'happy birthday'. Mau gak mau aku tersenyum untuk Heri. "Makasih, ya." Heri cuma mengangguk. "Makasih semuanya!" kataku, yang sedang berusaha menahan perasaan haru juga sesak.
Sebab jauh di lubuk hati, aku masih mengharapkan Aza untuk bisa berlaku seperti ini juga kepadaku.
--
Dan di sinilah aku sekarang. Di kantin bersama Heri, yang sesuai permintaannya di kelas tadi, meminta aku untuk mentraktirnya.
"Lo gak makan, Dana?" tanya Heri masih dengan mulut penuh.
Yang segera aku jawab dengan gelengan lemah. "Gak, ah. Gue gak laper."
Nafsu makanku nggak bersisa sedikit pun jika mengingat Aza masih belum melakukan tindakan apapun sampai detik ini perihal hari lahirku. Aku menghela napas lesu sambil iseng bertanya-tanya, ada berapa jenis cowok seperti dia di dunia ini dari milyaran lainnya, ya?
Sedang galau-galaunya aku memikirkan Aza, sosok tingginya itu malah muncul dengan cewek yang sama lagi di depan mataku memasuki area kantin. Dan lagi-lagi mereka tertawa. Lihat itu, wajah tampannya tampak bahagia tanpa guratan rasa bersalah. Apakah dia nggak merasa melupakan sesuatu? Melupakan aku di sini yang terus menunggunya.
Aku mengigit bibir, menahan gelenyar menyakitkan yang kembali menyerang dada. Masih terus menatap Aza yang hanya berjarak beberapa tempat dariku. Mengutuknya dalam hati. Memaki ketidakpekaannya. Memelototi cewek centil yang gak kukenali itu. Dan lalu akhirnya, mata kami saling bersitatap. Yang membuatku seketika tersengih, adalah ketika tawa dan senyumnya pun lagi-lagi raib karena dia mengetahui kehadiranku. Apa sebenarnya salahku, sih? Mengapa dia menghentikan tawanya selalu sesaat setelah kami saling bertatapan? Seburuk apa aku di matanya? Apa arti diriku baginya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kau Kekasihku [BxB Story] ✔️
RomancePernahkah kalian berpikir tentang seseorang dan bertanya-tanya, "Sebenarnya aku ini dianggap apa sama dia?" "Apakah dia sayang juga ke aku?" "Mungkinkah dia pacaran sama aku hanya karena terpaksa?" Seorang Yundana Aditya hampir setiap hari mempertan...