Chapter 7: Plan B

324 70 10
                                    

Index:

Bio-tech system: sebuah system yang diciptakan militer sebagai senjata mematikan yang bisa membunuh tanpa harus menyentuh target tertentu. Hanya dibutuhkan invasi chip dan zat kimia tertentu untuk kinerjanya.

Cyberviral: virus komputer.

Command: sebuah perintah yang diberikan dari susunan angka dan huruf untuk menjalankan sebuah file/program.

Player: hacker.

Wipe-off system: sebuah program yang dibentuk untuk menghapus semua command-history pada file/program dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pelacakan dengan menggunakan program/command apapun.

.

.

.

Plan B. Terdengar simpel? Jangan dianggap simpel. Sesungguhnya, di balik sebuah rencana A yang gagal, ada segudang Plan B yang tersimpan. Bisa tercipta begitu saja karena situasi dan kondisi, bisa juga terencana. Lantas, perjuangan kehidupan ini, Plan B macam apa yang akan mengakhirinya?

.

.

.

In Sehun's Eyes...

Ada momen ketika waktu tiba-tiba saja secara ajaib terhenti. Seolah kau menginginkannya padahal tidak. Ada pula kejadian tidak masuk akal yang sebenarnya tidak banyak berarti namun meninggalkan begitu banyak kenangan.

Dan ya, aku mengalami momen itu ketika seorang cyber-viral dengan kode nama LIV singgah dalam black area yang kuciptakan. Melebur bersama programku dan menjadi teman bicara terbaikku. Ia juga yang telah mempercayakan kehidupannya—meski tak bisa kukatakan sebagai kehidupan secara real karena sebenarnya ia tidak nyata—padaku.

Perlahan semua konversasi kami berjalan begitu lancar, dan normal. Seolah ia benar-benar ada. Seolah Liv adalah manusia sepertiku. Tapi lagi-lagi aku ditampar oleh fakta bahwa ia hanya sebuah system.

Dan ya, aku membenci fakta itu.

Aku benci fakta bahwa perasanku telah ditariknya begitu jauh dari batas normal yang seharusnya kubentengi agar tidak tersentuh oleh siapapun.

Aku tidak membencinya karena sudah membawaku ke tempat ini, menyerahkanku pada musuh yang berusaha kujauhi. Sekali lagi, aku tahu—dan sudah mengantisipasi—kemungkinan bahwa ia berada di bawah command tertentu.

Satu hal yang tidak aku duga adalah: kakakku ada di balik semua itu.

Kukenal B-54 sebagai player paling sombong di dunia cyber, semua player mengelu-elukan namanya, menganggapnya setara dengan dewa dan aku membencinya. Itulah mengapa aku sering berusaha menyerangnya, ingin mengungkap identitasnya.

Tapi kemudian aku terlarut-larut pada perasaan berteman yang dibawa oleh cyber-viral ciptaannya. Dan kusadari aku tidak seharusnya menyesali perasaan tersebut. Setidaknya aku berhasil menemukan seorang keluarga, yang tidak bisa kuingat.

Walau sekarang, agaknya kami hanya akan bertegur-sapa melalui ucapan selamat tinggal saja. Ironi bukan?

"Liv, ayo kita berhenti."

"Tidak!" sontak aku berteriak dengan sisa tenaga yang kumiliki. Mengetahui bahwa kami sama-sama berada dalam ancaman kematian, dan rencana nyaris sempurna yang sudah B-54 ciptakan—aku masih tidak tahu bagaimana harus menyebutnya dengan benar—adalah sebuah dilema.

CODE NAME LIV [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang