“Bisa gak, kamu pura pura jadi pacar saya dulu mulai sekarang?”
Diem, itu yang gue lakuin sekarang. Gue masih gabisa mencerna apa yang barusan om Minghao bilang.
Dia pan tajir, kenapa nggak nyewa cewek yang cantik ama semok gitu dibanding gue?
Gue ga habis fikir ama om Minghao. Dia punya otak gak sih?
Dan 1 lagi, gue pan masih bocah. Gila aja kalo gue dibawa kemana mana ntar malah dikira anaknya, atau cewek yang kegatelan ama om om :(
“huh...” gue denger om Minghao menghela nafas. Gue menoleh dan liat om Minghao yang lagi nunduk. Dari raut wajahnya keliatan, om Minghao kaya lagi ada masalah.
“Om ada masalah?” tanya gue memberanikan diri.
Om Minghao ngangguk.
“Masalah apa??”
Kalo dipikir2 lagi gue terlalu kepo anjir.
“Ini soal mantan pacar saya...”
Tertohok. Detak jantung gue serasa berhenti, kenapa agak sakit pas om Minghao bilang kayak gitu.
Tapi siapa gue?:)
“Dia wanita yang baik, saya kenal sama dia dari tahun pertama di SMP. Dia yang notabe-nya anak yatim piatu akhirnya ayahku merawatnya. Keberadaannya membantuku juga, ia pintar dan membantuku menyelesaikan tugas sekolah.”
“Kami selalu bersama hingga perguruan tinggi, saat itu juga kami memutuskan untuk memulai hubungan kami. Ayahku sangat senang saat itu, ayahku berjanji akan memberikan setengah warisannya kepada wanita itu jika ia mempunyai anak denganku kelak.”
“Kami berdua lulus di usia muda, ayah mempercayaiku untuk mengurus perusahaannya yang berada di Indonesia. Wanita itu juga ikut, ia berjanji akan merawatku dengan baik disini. Kami juga mempelajari bahasa Indonesia bersama sama.”
Pantesan rada pabaliut enger om Minghao ngomong.
*agak belibet“Selama beberapa bulan setelah itu saya melihat wanita itu memasuki club beberapa kali. Ia sendirian, namun setelah pulang dari sana tingkahnya menjadi aneh. Ia sering muntah muntah.”
“Hingga pada saat suatu hari saya mengikutinya ke dalam club itu. Saya melihatnya tengah bercumbu dengan seorang pria, saya melihat wajahnya tidak seperti wajah lokal disini. Namun kulitnya yang gelap membuat saya sedikit penasaran. Saya mengikuti mereka hingga ke kamar hotel yang berada dekat dari club itu, saya tidak tau apa yang mereka bicarakan. Namun sepertinya mereka berbicara bahasa korea. Wanita itu juga tinggal di korea sebelum ibu dan ayahnya meninggal.”
“Saya pulang dengan perasaan kecewa, hingga keesokan harinya saya melihat wanita itu pulang dengan kondisinya yang berantakan. Dengan penuh rasa berani saya menyetubuhinya hanya untuk mengetahui apakah ia masih untuh atau tidak.”
“Ia menghianatiku. Beberapa hari setelah kejadian itu ia membawa pria yang kulihat bersamanya di club ke hadapanku dan mengatakan bahwa pria itu berhak atasnya, lalu ia berlalu pergi.”
“Minggu lalu, ia datang kehadapanku dan meminta pertanggung jawaban atas kehamilannya. Padahal saya tidak melakukan sejauh itu. Ia mengancam akan mengambil setengah saham perusahaan jika saya tidak menikahinya. Saya tidak ingin menyakiti hati ayah, karena ia belum mengetahui kejadian ini selama 3 tahun lamanya. Ia hanya tahu saya dan wanita itu masih menjalani hubungan yang baik.”
“Namun disisi lain saya sakit hati dengan apa yang ia lakukan terhadap saya. Saya tidak ingin saham perusahaan ayah jatuh ke tangan yang salah. Oleh karena itu saya minta kamu berpura2 menjadi pacar saya dan menunjukkan pada wanita itu bahwa kau lebih berhak dan saya tidak bisa meninggalkanmu demi menikahi wanita itu. Saya juga akan berbicara pada ayah bahwa wanita itu telah bermain dibelakang saya.”
Gue cuma neguk saliva, ini om Minghao nyeritainnya detail banget. Dan nggak mikir dulu kalo gue ini anak di bawah umur.
Konfliknya om Minghao belibet banget, dan dia malah percaya ama anak kelas 10 buat bantuin masalah yang kayak gitu.
Bener, otak om Minghao udah error.
“Kenapa om percayain gue buat bantuin om nyelesai-in masalah segede ini? Gue kan masih sekolah, bocah lagi.”
Om Minghao natap gue. Gue takut om Minghao marah, yang tadinya gue selalu ngomong ‘aku’ berubah jadi ‘gue’
“Gue cuma nobita yang gak punya harapan sama sekali.” ucap gue lirih.
Gue kaget pas om Minghao megang tangan gue dan natep gue dalem. Gue cuma nunduk malu.
“Kamu satu satunya harapan saya. Saya percaya cuma kamu yang bisa membantu saya saat ini. Sebagai balasan saya akan ada buat kamu kapanpun dan dimanapun.” ucap om Minghao kemudian.
Gue natap om Minghao, mencari cari raut kebohongan yang ada di wajah om Minghao. Namun gue gabisa nemuin itu, dia bener bener serius.
Dengan ragu, gue menganggukan kepala gue.
“Makasih zas!” ucap om Minghao kegirangan sambil meluk gue.
Om Minghao meluk gue:)
🍁🍁🍁
Pendek ya?
Niatnya sih mau double update HEHE.
setuju ga??:vTertanda, calon mayyit
—sempakminghao
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Minghao✔
Short Story"Gue cuma nobita yang nggak punya harapan sama sekali" -bzz "Kamu satu satunya harapan saya. Saya percaya cuma kamu yang bisa membantu saya saat ini. Sebagai balasan saya akan ada buat kamu kapanpun dan dimanapun." -xmh ⚠Typo's ⚠ Bad words HIGHEST R...