16

3.4K 647 62
                                    

Om Minghao terus murung dari kemarin. Pandangannya kosong, penampilannya juga gak jauh beda dari kemarin.



Sekarang udah jam 8 pagi, sedari tadi gue nawarin om Minghao makan makanan yang udah disediain tapi om Minghao-nya gak mau. Gue khawatir kalo tiba-tiba bisa aja om Minghao pingsan, soalnya dari kemarin pagi dia belum makan apa-apa.



“Om... Makan dongg dikit aja.” ucap gue menyodorkan roti sandwich ke mulut om Minghao.



Seperti biasa, om Minghao nggak ngerespon apa-apa. Beberapa pelayan pribadi-nya aja yang di belakang nyampe kewalahan.



“Om bentar lagi pesawat-nya landing, mending om makan sekarang deh. Abis itu tidur, belum makan sama tidur dari kemarin juga.” ucap gue kesel.



Iyap. Sekarang ini gue, om Minghao dan beberapa pelayan pribadi-nya sedang berada di pesawat. (ini VIP btw ◐∇◐) Om Minghao memutuskan buat pergi ke China hari ini, gue yang gak tau apa-apa disuruh ikut.



Ngomongnya nemenin, tapi gue lebih mirip sama pelayan-pelayan yang lainnya. Gue serasa baby sister-nya om Minghao.



Tadi aja di bandara dia hampir aja nabrak orang. Kalo gak gue tahan, om Minghao udah malu-maluin gue disana.



Bang Seungkwan? Gue udah bilang ke dia, awalnya dia panik banget. Tapi pas dibilangin sama pak Mingyu om Minghao itu orangnya kek gimana, bang Seungkwan jadi berubah fikiran.



Bibi? Itu udah jadi urusan bang Seungkwan. Karena ini dadakan banget, gue langsung beres2 tanpa bilang ke bibi dulu. Bibi kemarin gak ada dirumah, terus kalo bilang ke bibi bisa aja dia marah.



Dan ngomongin soal paspor, gue bener-bener bikin dadakan. Paspor gue jadi dalam waktu singkat karena batuan pelayan-pelayannya om Minghao juga.



Gue menggaruk kepala gue dengan keras, nggak gatel sama sekali. Tapi entah kenapa gue kesel banget sama om Minghao sekarang.



“Om, kalo om tetep gini terus aku mau pulang aja. Om pergi sama pelayan-pelayan om aja.” ucap gue mengambil tas kecil gue lalu bangun sebelum om Minghao nahan tangan gue.



“Jangan pergi Zas...” ucap om Minghao lemah.



Gue berbalik, gak tega banget liat om Minghao kaya gini. Bejat amat gue:(



“Yaudah. Tapi om makan ya?”



Om Minghao mengangguk lemah.



Gue duduk kembali. Gue mengambil sandwich yang berada di meja-kursi lalu menyodorkannya ke mulut om Minghao.



Om Minghao menerima suapan gue lalu mengunyah makanan-nya dengan pelan.



Gue tersenyum.



Seenggaknya. Kalau om udah makan kaya gini, aku gak khawatir lagi. Om juga nggak terlalu lemes, gak tega aku ngeliat om kaya gitu terus.’ batin gue.



🍁🍁🍁

China. Hawanya beda banget dari indonesia. Kalau biasanya gue liat kota yang ramai tapi banyak polusi dan sampah, disini kebalikannya walaupun ramai tapi kota ini lebih bersih dan polusi dengan jumlah sedikit.



Sepanjang jalan dari bandara tadi gue cuma nganga doang. Gimana nggak? Tekhnologinya udah canggih banget bro.



Sebenernya gue pengen nanya ini-itu ke om Minghao. Tapi karena om Minghao sekarang lagi tidur nyender ke gue, gue memilih untuk diam. Kalo nanya ke pelayan pribadi om Minghao yang lagi nyetir mobil ntar yang ada malah nggak nyambung.



Gak lama mobil gue memasuki daerah yang beda dari kota tadi, suasananya lebih tenang. Banyak kebun sama pepohonan disana-sini. Serasa di kampung nenek yang dulu.



Mobil yang gue naikin tiba tiba berhenti. Sekarang tepat di depan gerbang, banyak karangan bunga sepanjang jalan ke dalam. Yang bikin mobil ini gak bisa lewat, ternyata wartawan yang memadati mobil gue. Beberapa dari mereka mengetuk-ngetuk kaca mobil.



Karena ketukan itu, om Minghao yang awalnya tidur jadi bangun. Dia ngucek ngucek matanya dan melihat sekeliling.



“Kita udah nyampe om? Kok rame banget?” tanya gue.



Om Minghao nggak ngerespon, dia malah ngeluarin ponselnya terus nelpon seseorang. Gue gak ngerti om Minghao ngomong apaan, yang pasti om Minghao teriak-teriak.



Nggak lama beberapa orang berbadan besar datang dan mendorong para wartawan itu supaya gak ngehalangi jalan. Mobil pun dilajukan, wartawan-wartawan tadi malah teriak-teriak manggil nama om Minghao.




Kayaknya om Minghao famous banget di china. Apalagi keluarganya, secara kan keluarganya yang punya perusahaan terbesar ke 2 di china.



Saat memasuki wilayah rumah om Minghao, gue kembali dibuat nganga. Ini villa gedongan isinya rapi banget. Mulai dari taman, jembatan kecil, rumah pohon kayu, sampe kolam renang, terus beberapa binatang kaya burung, anjing, dan lain-lain ada disini.



Pak supir ngeberhentiin mobilnya tepat di depan pintu utama rumah. Dihadapannya ada air mancur dengan patung malaikat yang terbang.



Seseorang membuka-kan pintu untuk gue dan om Minghao. Gue dan om Minghao pun turun lalu berjalan ke dalam rumah diikuti pelayan-pelayan lainnya.



Om Minghao menggenggam tangan gue dengan erat lalu membuang nafasnya kasar, air matanya kembali turun tak-kala mendengar suara isak tangis dan orang-orang yang memakai baju hitam di sekelilingnya.



Sesampainya di ruang utama, tempat dimana mendiang ayah om Minghao ditempatkan, seorang wanita paruh baya berlari lalu memeluk om Minghao. Dari yang bisa gue tebak, kaya-nya ini mama-nya om Minghao.



“Minghao....” isak wanita itu.



Gue melepaskan genggaman tangan om Minghao, membiarkan om Minghao memeluk mama-nya juga. Keduanya menangis.



Di depan sana, ada sebuah peti dengan foto pria paruh baya dengan seyuman yang manis. Di sekelikingnya terdapat karangan bunga dan beberapa lilin lalu kaligrafi aksara china.



Om Minghao melangkahkan kakinya mendekati peti itu, ia terjatuh lalu menangis di atasnya. Gue yang ngeliat om Minghao yang tumbang kaya gitu malah jadi ikutan nangis.



Mengingat kepergian mendiang mama dan papa gue. Gue juga mengerti apa yang dirasain sama om Minghao sekarang. Oleh sebab itu gue nangis.



“Permisi, apakah anda Boo Zazas?”


Gue menoleh, seseorang memanggil gue. Yang bikin gue kaget, dia ngomong pake bahasa Indonesia. Tapi wajahnya masih ke china-china an gitu.



“I-iya, memang kenapa?” tanya gue seraya mengusap air mata gue.



Gue liat kayaknya umur dia gak jauh beda dari om Minghao, mungkin dia lebih tua? Matanya juga sembab, mungkin ini anggota keluarganya om Minghao.



“Ada yang ingin saya bicarakan, bisa ikut saya sebentar?”



🍁🍁🍁

Oke gaes, yang bisa nebak orang tadi bakal dapet ketjup basah dari om Minghao💋

+votement
Tertanda, tukang tempe di bsd hall
—sempakminghao

Om Minghao✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang