•HALAMAN 4•

124 13 5
                                    

Pukul 06:10

"ASTAGA!!" Pekik Alena. Ia segera bangkit dari kasur lalu bergegas mandi. Beberapa menit kemudian Ia sudah rapih dengan seragamnya.
"Tuhan jangan terlambat lagi dongg.." ujarnya seraya menuruni tangga dengan langkah cepat dan terburu buru.

"Alenaa,! Pelan pelan turun tangga nya nakk" ucap seorang wanita paruh baya.

"Aduh, Alena telat, Alena langsung berangkat aja ya mah?"

"Loh gak sarapan dulu?"

"Aduh udah gak keburu deh kayanya, Alena pamit maaahh, assalamualaikum" ucap Alena seraya mengecup punggung tangan wanita itu. Ia adalah Kinan, ibu angkat alena sekaligus sahabat dari Dinar, ibu kandung alena.

Perjalanan dari rumah ke sekolah memakan waktu sekitar 20 menit.
Alena selalu berangkat sekolah menggunakan angkutan umum begitupun saat pulang sekolah, ia tidak mau diantar jemput oleh supir yang ditawarkan Kinan dengan alasan tidak mau menyusahkan Kinan. Selama ia bisa berangkat sendiri kenapa tidak?

Biasanya Alena akan menggunakan metro mini untuk kendaraan transportasi. Namun sepertinya kali ini harus menggunakan taksi.

15 menit berlalu. Ia masih saja berada di jalan. Karena sudah pukul setengah tujuh kurang jalanan jadi tambah macet. Alena meremas roknya khawatir. Ia tidak ingin terlambat lagi seperti kemarin saat MOS. Bagaimana kalau ia disuruh lari 20 putaran lagi oleh kakak OSIS yang waktu itu.

Flashback on!

Alena berjalan dengan langkah lebar sesekali berlari kecil. Hari ini hari pertamanya MOS. Dan ia terlambat. Catat itu, ia terlambat. Sesampainya di depan gerbang, ia melihat pak Koko sudah menutup gerbang itu setengah.

"Eh pak, pak jangan ditutup dulu dong saya mohon.." dengan muka melas ia memohon pada pak Koko untuk belas kasihannya. Pak Koko yang ditatap oleh gadis berambut kuncir dua dengan tali rafia, tas karung, dan kaos kaki selutus beda warna itu menggaruk tengkuknya bingung. Pasalnya ia takut jika ia membiarkan gadis itu masuk , ia akan dimarahi oleh atasan tetapi jika ia tidak membiarkan gadis itu masuk, hati kecilnya merasa bersalah, melihat bagaimana semua peralatan mos yang gadis itu bawa dengan susah payah dan keringat gadis itu yang membasahi sebagian seragamnya membuat dia jadi tidak tega jika harus menyuruhnya pulang.

Akhirnya, setelah melihat keadaan sekolah yang aman, ia membiarkan Alena masuk. Alena tentu sangat senang. Saking senangnya ia sampai Salim berkali kali kepada pak koko lalu berlari menuju lapangan melewati koridor sekolah.

Namun memang dasarnya nasib Alena sedang tidak baik, ditengah tengah berlari lengannya ditarik oleh seseorang membuat punggungnya menghantam tembok dengan lumayan keras.

"Awh" rintih Alena pelan.
"Kamu terlambat. Ikut saya" ucap seorang laki laki yang diduga kuat adalah salah satu anggota osis menarik pergelangan tangan Alena untuk berjalan mengikutinya.
"Kak maaf saya ga---"
"Gak usah banyak omong. Terlambat ya terlambat"
"Tapi kak--"
"Bawel banget sih kamu! Tinggal ikut saya apa susahnya"

Alena tidak bicara apapun lagi setelah itu. Ia hanya diam pasrah menerima konsekuensi karena ia terlambat. Ya sudahlah pikirnya.
Setelah beberapa menit berjalan, lelaki itu berhenti tiba tiba membuat Alena menabrak punggung di depannya. Saat ia menoleh ke sekelilingnya ternyata ia sedang berada di depan ruang osis.

"Duduk" suruh laki laki itu sambil menunjuk sebuah bangku di depannya dengan menggunakan dagu.
Alena menurut, kalau kalian pikir Alena baik baik saja kalian salah, Alena takut luar biasa apalagi sepertinya yang ada dihadapannya ini adalah seorang laki laki yang galak. Melihat bagaimana cara ia memperlakukan Alena tadi. Laki laki itu masih didepannya sambil melipat tangan di dada dan menatap sinis pada Alena. Berapa menit kemudian akhirnya ia membuka obrolan.

"Kenapa kamu terlambat? Baru hari pertama padahal. Gimana hari hari yang selanjutnya coba?!" Tanyanya panjang lebar.
Alena masih membeku di tempatnya, antara salting dan bingung harus menjawab apa.

"Ngg anu kak, saya memang tadi Bangunnya kesiangan gara gara alarm saya mati jadi--"
"Lari 20 putaran" ucap laki laki itu sinis.
"Tapi kak--"
"Protes tambah 10 putaran lagi"
"Siap kaaaaaak" ucap Alena sedikit berteriak seraya bangkit dari duduknya.

Flashback off!

Ternyata keberuntungan masih berpihak padanya. Ia berhasil masuk kelas dengan selamat. Guru yang mengajar di jam pertamanya pun belum juga datang.
Sampainya di bangku,

"Alena? Tumben Lo terlambat? Biasanya rajin bener" tanya Adi.

"Hah? Iya, kesiangan"

Ketika Alena menyelesaikan kalimatnya, guru yang akan mengajar baru saja datang. Semenjak Alena tau bahwa Adi adalah adik dari laki laki itu, entah kenapa hati Alena seakan menghindarinya. Padahal ia tahu Adi sepenuhnya tidak terlibat dalam masa lalu Alena. Namun Adi selalu mendekati Alena tak tau untuk apa tujuannya. Dan Alena tidak bisa menolaknya. Tidak enak hati. walaupun begitu Adi kan tidak salah apa apa.

"Len.." panggil Adi.

"Hm?" Alena menjawab seraya menengok Adi sebentar lalu kembali fokus kepada catatannya.

"Nanti pulang sekolah temenin ke toko bunga ya?"

"Hah?" Alena berhenti mencatat. Dan menatap Adi bingung.

"Temenin ke toko bunga, kok kaget gitu sih mukanya? Emang gue aneh ya ngomong begini?"

"Ga aneh sih, heran aja, tiba tiba minta ditemenin ke toko bunga."

"Yaudah, mau ya?"minta Adi memelas.

"Ya sudah, tapi nanti traktir aku es krim ya?"

"Siap tuan putri Alena" Adi menjawab sambil memeragakan gerakan hormat. Alena tertawa. Kalau dipikir pikir selama beberapa tahun ini ia tidak pernah tertawa seperti itu. Melihat Alena tertawa, Adi membuat suatu lelucon yang berakhir dengan mereka sama sama tertawa. Disaat mereka tengah bercanda tiba tiba,

"ITU YANG SEDANG BERCANDA DIBELAKANG, KELUAR!! KALIAN SAYA HUKUM SAMPAI JAM PELAJARAN SAYA SELESAI!!"

Alena dan Adi terdiam, lalu saling berpandangan.
"Len, dia ngomong sama kita?"
"Nggak tau di, kayanya i---"

"IYA KALIAN, CEWEK SAMA COWOK!"

"Beneran kita Len.." Adi memasang muka melas yang menurut Alena lucu.
"Yaudah yuk di, kita keluar" Alena sedikit menahan tawa. Lalu ia bangkit dengan disusul Adi dibelakangnya.
"Permisi Bu, maafin ya bu" celetuk adi.
"TIDAK ADA MAAF MAAFAN. CEPET KELUAR!"
Adi langsung berlari keluar bagaikan seekor anak Curut yang akan di terkam kucing. Alena yang masih berjalan santai di depan, tertawa melihat tingkah Adi.
"Gila Len, itu guru lagi pms apa ya galak bener. Mana suaranya menggelegar gitu macem toa. Takut gue." Ucapnya sambil mengusap dada. Mereka pun berjalan melewati lorong tanpa tujuan.

"Btw Len," ucapnya membuka obrolan.
"Hm?"
"Waktu pelajaran nya masih ada setengah jam lebih sedikit, Lo pasti bakal bosen dong ya, ikut gue yuk?" Ajak Adi.
"Hah? Kemana?"
"Ada deh, gue jamin Lo bakal suka"
"Tapi kamu ga---"
"Engga, percaya deh gue bukan orang yang demen aneh aneh kok, yuk?" Ucap Adi meyakinkan. Alena diam sebentar mengamati wajah Adi, tidak ada tanda tanda kebohongan dimatanya.
"Yaudah yuk"

// Alena.//

Halo! Hmm.. aku gak tau sih mau ngomong apa lagi.. intinya comment kalian masih aku nantikan hehe, aku masih menunggu pendapat kalian gimana tentang cerita ini. Aku belom pernah sih bikin cerita yang Baper Baper gitu. Ngayalnya sih sering haha. Makanya aku Gatau ini feel-nya dapet atau engga, soalnya secara pribadi aku baru bisa ngerasain sedikit dari ceritaku. Ya pokonya gitu deh. Kalo berkenan jangan lupa di vote yaa! Hehe.

Ciao,
Penulisnya (;

Alena.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang